BAB - 2 TEMPURUNG RAKSASA

33 4 0
                                    

Perlahan aku mencoba untuk berdiri. Serangan itu membuat telingaku berdengung dan kehilang fokus pada penglihatanku.  Aku mencoba untuk melihat sekelilingku, dengan penglihatanku yang lambat laun menjadi semakin jelas. Alun - alun kota yang sebelumnya dipenuhi dengan rerumputan hijau dan pepohonan di sekelilingnya, menjadi hancur seperti di tengah medan perang. Pohon - pohon tumbang, dan dataran yang penuh dengan rerumputan menjadi berkawah - kawah terkena hujan meteor. Tidak ada lagi sorak sorai penuh dengan kegembiraan seperti sebelumnya. Alun - alun dipenuhi oleh tubuh penduduk kota yang tergeletak di tanah. Beberapa orang terlihat duduk penuh dengan kebingungan melihat sekitar. Tangisan yang penuh dengan ketakutan terdengar memenuhi alun - alun. Terdengar suara Juni terpeleset ketika mencoba untuk berdiri.

"Peganglah tanganku." aku menghampirinya dan membantunya berdiri.

"KURANG AJAR!!! Berani sekali mereka berbuat seperti ini kepada kita." Juni berteriak dan berbicara dengan nada marah ketika melihat keadaan sekitar.

"Tenangkanlah dirimu Jun, sebaiknya kita segera membantu mereka." ucapku.

Aku berjalan menghampiri seorang wanita yang tergeletak di dekatku. Aku menekuk kaki kananku hingga menyentuh tanah. Aku melihat wajahnya dan mengenali dirinya, seorang wanita yang mungkin seumuran denganku. Dia adalah Sofi seorang ahli ilusi. Ya, sebagian besar rumah jamur dan pohon penduduk adalah hasil dari karyanya. Wajahnya terlihat pucat, aku pun memegang pergelangan lengan kirinya untuk mengetahui keadaannya.

"Apakah dia masih hidup?" tanya Juni kepadaku.

"Iya, hanya saja denyut nadinya terasa lemah."

"Bagus, mungkin aku masih bisa membantunya." ucap Juni kepadaku.

Juni menghampiri Sofi dan duduk bersimpuh di samping kanan tubuhnya. Dia membuka kedua telapak tangannya dan mengarahkannya ke tubuh Sofi. Terlihat cahaya hijau menyinari tubuhnya, rambut nya terkibas bagaikan tertiup angin. Cahaya tersebut dikelilingi dengan butiran - butiran berkelap kelip mengelilinginya.

"Sembuhkan." ucap Juni ketika cahaya hijau telah terlihat penuh mengelilingi tubuhnya.

Perlahan cahaya yang mengelilingi tubuh Juni terserap kedalam tubuhnya. Cahaya tersebut mengalir dari pundaknya dan perlahan berjalan turun menuruni lengannya. Cahaya tersebut keluar dari telapak tangannya memasuki tubuh sofi dengan derasnya, bagaikan air terjun. Tubuh Sofi mulai telihat bersinar. Cahaya hijau dan butiran - butiran berkelap kelip mengelilingi tubuhnya. Perlahan, cahaya tersebut meresap kedalam tubuh Sofi dan menghilang.

Tak lama setelah cahaya hijau tersebut terserap kedalam tubuhnya, Sofi terbatuk - batuk.

Sofi mulai membuka matanya, dia melihat kearahku dan Juni. "Apa yang terjadi kepadaku?" tanya Sofi kepada kami.

"Kau pingsan, dan kami berhasil menyadarkanmu" ucap Juni kepada nya.

"Cahaya itu. Ya, aku ingat melihat cahaya perlahan - lahan menghampiriku dan terdengar sebuah ledakkan besar." sahut Sofi.

"Kau benar, kami juga melihatnya. Cahaya itu adalah sihir yang sangat berbahaya, jika dilihat dari akibat yang di timbulkannya. Ada yang menghujani kita dengan hujan meteor." Jawab Geni.

"APA!!! tolong bantu aku berdiri, aku ingin melihat keadaan sekitar." Sofi tersentak kaget.

"Baiklah, tapi jangan kau paksakan. Tubuhmu masih terlalu lemah." ucap Juni kepadanya.

Aku dan Juni menaruh tangan Sofi ke pundak kami. Kami perlahan membantunya berdiri, Sofi kepayahan mengangkat tubuhnya yang masih lemah. Sofi berusaha keras untuk berdiri tegak.

"Lemaskanlah tubuhmu, biar kami yang membantumu berdiri. Tidak perlu khawatir kami akan menopangmu, kau tidak perlu takut terjatuh." ucapku kepada Sofi.

GENI AND THE DEVIL INSTRUMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang