ingin berubah

605 4 3
                                    

Dia pergi kedepan sebuah masjid. Adzan pun bunyi menandakan sholat Azhar di mulai. Dia lalu masuk kedalam masjid tersebut, dan mengambil air wudhu. Dia lalu sholat bersama para jemaah yang lain. Sesudah sholat, dia bersalaman dengan orang yang disebelahnya. Hati dia menjadi sedikit lebih lega. Dia lalu duduk disebuah pondok depan masjid itu. Dia duduk sambil meratapi awan yang berwarna tampak kebiruan. Tak lama kemudian ada dua anak kecil, yang tertawa bersama temannya, karena dagangan yang dijualnya laku habis. Dua anak tersebut membuat air mata Aldi jatuh tak berhenti. Tak lama kemudian datang juga seorang bapak-bapak pincang
“lagi ngapain nak?” tanya bapak itu
“nggak pak!. Saya cuman istirahat ajah!” kata Aldi tersenyum
“kamu pasti ada masalah!”
“nggak pak!. Saya nggak ada masalah! Sama sekali kok!”
“kamu mungkin bisa menipu dirimu sendiri, tapi bagi saya tidak!. Ceritakan saja masalahmu!. Saya akan memasang telinga, untuk mendengar ceritamu itu!” kata bapak itu
“saya baru putus sama pacar saya pak!”
“terus apa lagi?”
“yah putus pak!. Nggak ada lagi!”
“kamu menyerah, hanya karena putus sama cewek kamu!. Kami berarti anak muda palsu!”
“maksudnya apa yah pak?” tanya Aldi melihat bapak tersebut
“kamu hidup didunia ini, bukan karena pacaran. Kamu hidup didunia ini hanya untuk beribadah. Dan akhir hidup kamu adalah ibadah, bukan putus. Kamu sudah dibutakan sama cinta. Kamu bisa mendapatkan banyak hal disekitar kamu. Baik itu motivasi, atau kisah tersendiri!” kata bapak itu
“tapi maaf pak!. Kata bapak itu nggak ada gunanya bagi cowok seperti saya!. Saya sudah tidak bisa melihat apapun lagi!. Saya sudah tidak bisa memikirkan apalagi. Karena saya dibuat menyerah dengan namanya cinta!”
“saya juga pernah berpisah sama istri saya, karena istri saya ingin mencari yang lebih sempurna dari saya. Tapi saya nggak menyerah. Kaki ini adalah milik saya!. Bukan istri saya!. Dan harga diri saya masih ada pada saya, bukan dibawa lari sama istri saya!. Kamu harus bisa melakukan yang lebih baik dari hari ini!”
“terus kenapa bapak nggak berusaha bangkit?”
“kamu pasti menilai saya dari penampilan!. Kamu tidak menilai saya dari apa yang saya punya. Saya sudah berhasil. Saya sudah bisa membeli makan sendiri!. Saya sudah bisa membangun rumah sendiri!. Dan saya juga sudah bisa menjadi inspirasi bagi orang disebelah saya!. Masih ada waktu buat berusaha. Kamu bisa memanfaatkan waktu itu!”
Aldi lalu yakin pada dirinya, dan tau harus ngapain. Dia lalu berdiri dari tempat duduknya.
“makasih yah pak. Bapak sudah berhasil menjadi orang yang bermanfaat disekitar bapak. Saya nggak akan melupakan bapak!” kata Aldi pergi dari tempat itu
Aldi lalu pergi ke kosnya kembali. Dia melihat Aksa yang sedang main game
“Aksa mau ikut gue nggak?”
“kemana?. Kalau cari cewek, gue nggak mau ikut!”
“kita cari Arda!”
“nggak usah dicari!. Paling besok udah pulang!”
“bodo amat!. Mending gue tidur!” kata Aldi masuk ke kamar.
Arda sendiri sedang jalan mencari tempat tinggal yang bisa ditempati. Diperjalanan, dia bertemu dengan seorang ustad yang memiliki pesantren sendiri
“kamu mau kemana?” tanya ustad itu sambil memegang pundak Arda
“saya...saya mau cari tempat tinggal pak!” kata Arda terkejut melihat ustad itu
“kamu ikut ke pesantren saya ajah!. kamu bisa tinggal disana beberapa hari!”
“beneran pak?”
“iya. ayo kita pergi bareng!” kata ustad tadi
Mereka berdua lalu pergi ke pesantren itu. tidak jauh dari situ, mereka pun sampai didepan pesantren itu.
“ayo masuk!” ajak pak ustad sambil memegang belakang Arda
Arda lalu melangkahkan kaki masuk kedalam pesantren itu. pada saat dia masuk, semua santri melihat Arda.
“kamu boleh tinggal di kamar lantai atas!”
“diatas yah!. Sekali lagi makasih yah pak, udah kasih saya tempat tinggal buat sementara!”
“iya nggak apa-apa!. Kalau kamu butuh saya, kamu bisa datang ke kantor saya di sebelah masjid disana!” kata pak ustad menunjuk kantornya
Arda lalu naik ke lantai atas dengan membawa tas berisi laptopnya. Sampai disana, dia melihat tempat tidur kosong, yang belum ada pemiliknya. Dia lalu manaruh tasnya disebelah tempat tidur, dan meluruskan kaki di atas kasur. Haripun tampak sore. Adzan magrib mulai terdengar. Santri yang punya kamar lalu masuk ke kamar, dan mengambil sarung. Arda juga ikut pergi ke masjid untuk menunaikan shalat. Dia lalu mengambil air wudhu, dan melaksanakan sholat bersama semua santri, dan pengurus pesantren. Setelah selesai sholat, dia lalu berjalan ke kamarnya. Pada saat dia sedang jalan, ada seorang anak yang memegang belakangnya
“anak baru yah?” tanya anak itu
“bukan!, gue bukan anak baru!. Gue cuman nginap disini beberapa hari ajah!” kata Arda
“punya rencana apa hari ini?”
“nulis novel, cerita pendek. Yang penting cerita deh!”
“lo suka nulis juga?”
“nggak sih!. Tapi gue mau coba buat satu novel”
“oh iya, kenalin Rayhan” kata Rayhan mengajukan tangannya
Rayhan adalah anak yang paling puitis di asrama pesantren itu. dia selalu menjadi perwakilan dalam lomba puisi. Dia juga suka mengetik seperti Aldi, namun karena kebutuhan yang kurang engkap, dia nggak pernah mengetik sekata pun.
“gue Arda” kata Arda mengengam tangan Rayhan
“tunggu gue sebentar malam di kamar lo!” kata Rayhan pergi ke arah kamarnya
Arda juga pergi kekamarnya buat nulis novel. Sampai di kamar dia lalu mengambil laptopnya. Dia membaca semua tulisan milik Aldi. ternyata Aldi juga suka sama Raditya dika. dia mengumpulkan semua informasi mengenai semua Raditya dika. dia lalu membaca semua tulisan itu, dan meringkas menjadi sebuah perjalanan hidup yang terdapat makna didalamnya. Arda lalu menuliskan apa yang dia tau kata per kata dia tulis di laptopnya, hingga nggak nyangka udah malam. Santri yang tidur dikamar yang sama lalu masuk, dan memakai selimut
“kalau udah tidur matiin lampunya yah!” kata santri itu
“iya, nanti gue matiin!” kata Arda sambil memangku laptopnya
Pada saat dia mau menulis kata lagi, terdengar suara ketukan pintu “tok..tok..tok”
“siapa lagi jam segini?” kata Arda meletakkan laptopnya disebelahnya
Dia lalu berjalan kearah pintu tersebut, dan membukakan pintu
“masih ingat gue nggak?” tanya Rayhan
“lo yang tadi kan!” kata Arda menunjuk Rayhan
“gue boleh masuk nggak?”
“masuk ajah!” kata Arda membukakan pintu
Rayhan lalu masuk ke kamar itu, dan duduk di tempat tidur Arda
“mana novel lo?”
“itu, gue baru ajah ketik!. Mungkin baru sepuluh lembar!”
“akhirnya gue bisa mengetik juga!”
“emang lo nggak pernah ngetik?”
“gue selalu ingin mempunyai laptop sendiri, buat kumpulan cerita gue, tapi sayangnya orang tua gue nggak mampu beliin gue laptop”
“yaudha, lo yang lanjutin!. Terserah yang lo mau berapa lembat. Tapi harus ikuti cerita dari awal yah!”
“siap!” kata Rayhan memangku laptop milik Arda
Pada saat dia hendak mengetik, terdengar suara hentakan kaki
“kasih mati lampu buruan!” kata Rayhan menunjuk ke saklar lampu
“kenapa?”
“udah, kasih mati dulu cepat!”
Arda lalu pergi kearah saklar itu, dan mematikn lampu. Pada saat dia mematikan lampu, lalu terbukalah pintu. Arda melihat dari jauh, tampak bayangan besar yang membuka pintu tersebut. pintu tersebut lalu ditutup kembali. Arda lalu berjalan kearah Rayhan
“siapa tadi?”
“dia penjaga kamar!. Kalau lo nggak tidur, lo bakal dipukul sama dia!”
“manusia?”
“yaiyalah, lo kira hewan?”
“gue kira tadi makhluk halus. Badan gue udah pada merinding semuanya lagi!”
“nggak ada makhluk halus disini!”
“lo tau darimana?”
“bro, itu cuman ungkapan supaya gue nggak takut!”
“berarti beneran ada?” tanya Aldi
“ssstt” kata Rayhan menyuruh Arda diam
Terdengarlah suara gelas jatuh. Mereka kaget, dan masuk kedalam selimut. Penjaga tersebut lalu kembali lagi ke kamar itu. dia melihat gelas yang jatuh, tapi semua orang dalam kamar itu udah pada tidur. Arda yang memakai selimut, sedangkan kakinya adalah kaki milik Rayhan. Keesokan harinya adalah hari jumat. Semua santri pergi bersholat jumat di masjid yang sudah disediakan pesantren. Tapi sayangnya Arda tidak ingin sholat disitu. Dia ingin sholat jumat di masjid yang ada di luar saja, karena menurutnya itu akan sedikit menghibur. Arda, dan Rayhan sedang dikamar, menunggu waktu shalat masuk
“mau ikut gue nggak?” tanya Arda kepada Rayhan
“kemana?”
“sholat jumat di masjid sebelah!”
“ayo” kata Rayhan berdiri
“emang boleh?” tanya Arda
‘ya, kan yang penting sholat jumat kan”
“yaudah ayo!” kata Arda berdiri
Mereka berdua lalu minta izin sama ustad yang kemarin menyuruh Arda tinggal  di pesantren. Kebetulan pak ustad yang kemarin sedang lewat didepan kamar mereka
“pak ustad!” kata Arda mengejar pak ustad yang sedang lewat
“ada apa?”
“saya boleh sholat diluar tidak?”
“silahkan!. Saya tidak melarang, asalkan kau sholat yang betul”
“iya pak. Makasih”
“sama-sama” kata pak ustad berjalan meninggalkan mereka
Mereka berdua lalu keluar dari pesantren, dan pergi ke masjid disebelah pesantren tersebut. masjid itu tidak jauh dari kos-kosan mereka. Hanya beberapa langkah. Secara tidak sengaja, Aldi, dan teman lainnya juga ikut sholat disana. Setelah mengambil air wudhu, mereka lalu masuk ke masjid. Mereka mendengar khutbah, yang disampaikan khatib.
“kalau kita sedang mendengarkan ceramah, jangan sekali-kali berbicara, atau mengeluarkan kata yang tidak penting!. Karena itu akan mengurangi pahala kita!” kata khatib didepan para jemaah
Aldi lalu melihat Arda yang sedang terduduk didepannya. Kira-kira dua barisan didepan Aldi. Aldi ingin memberitahu temannya yang lain, tapi takut akan mengurangi pahala sholat jumatnya. Jadi dia memutuskan untuk mengejar Arda apabila dia selesai sholat. Iqomah pun berbunyi. Mereka semuamengatur barisan sholat, dan melaksanakan sholat dengan tenang. Setelah selesai sholat, Aldi terus melihati Arda yang sedang baca doa. Dia juga langsung membaca doa. Setelah baca doa, dia lalu mengikuti Arda yang sedang keluar dari masjid. Tapi sayangnya, banyaknya orang membuat Aldi kehilangan Arda. Dia tidak melihat perginya Arda, tapi dia tahu, kalau Arda berada disekitar situ. Dia lalu memutuskan untuk pulang. Sampai di kos-kosannya, temannya sudah menunggu. Aldi lalu menghampiri mereka
“kalian kenapa nggak masuk?” tanya Aldi
“kuncinya di lo!” kata Rais
“masa?” kata Aldi mengecek dikantong celananya
Setelah mengecek semua bagian celananya, dia tidak mendapatkan kuncinya
“nggak ada di gue!”
“terus di siapa?” tanya Rais
“siapa apa?” tanya Aksa memegang hpnya
“kunci rumah. Siapa yang pegang?” tanya Idam melihat Aksa
“oh ini!” kata Aksa memerikan kunci ke Rais
Mereka bertiga lalu melihati Aksa
“kenapa?”
“nggak ada apa-apa” kata Rais membuka pintu
Sampai didalam mereka lalu masuk, dan duduk diruang tamu seperti biasa. Kebetulan karena tidak ada Arda, jadi Idam tidak duduk diatas kulkas
“gue tadi ketemu sama Arda di masjid” kata Aldi
“terus?” tanya Idam
“terus apa?” tanya Aldi melongo
“kenapa lo nggak manggil?”
“itu dia masalahnya!. Gue nggak lihat dia lagi pas keluar dari masjid, karena banyak orang didepan masjid tadi!”
“yaudah, kalau lo mau cari Arda, gue kasih lo uang. Lo sewa mobil dirental sebelah buat keliling cari si dia!” kata Rais
“yaudah mana?”
Rais lalu mengeluarkan dompet dari celananya, dan memberikan Aldi uang buat sewa dua hari
“ini enam ratus ribu!. Sewa dua hari ajah!” kata Rais memberikan Aldi uang
“yaudah, makasih!. Gue mau ke rumah mantannya si Arda dulu!” kata Aldi berdiri
“siapa?. Pevita?” tanya Idam
“siapa lagi, kalau bukan dia?. Yaudah, gue pergi yah” kata Aldi keluar dari kosnya
Aldi lalu berjalan ke tempat rental mobil itu
“beli!..beli!” kata Aldi mengetuk pagar tempat rental tersebut dengan sebuah batu
Tidak lama kemudian bapak itu lalu keluar
“ada apa dek?”
“saya mau rental mobil pak!. Dua hari ajah!”
“oh, kamu yang tinggal dikos itu yah!” kata bapak tersebut menunjuk Aldi
“iya. yang pernah sewa, tapi nggak bayar kan!”
“iya. oh iya, kamu pilih ajah yang mana, harganya sama kok seperti kemarin!”
“terserah bapak ajah deh yang pilihkan!” kata Aldi
Setelah mendapat kunci mobil, dan membayarnya, dia lalu berangkat ke rumah Pevita.
“pev..” hendak mengetuk pintu Pevita
Pada saat dia mengetuk pintu, dengan cepatnya Pevita keluar membawa sebuah sampah yang mau dibuang
“ada apa, kok tumben datang?” tanya Pevita
“gue mau bicara soal Arda” kata Aldi
Pevita langsung menutup pintu, tanpa berkata-kata
“gue tau, lo pasti dibuat sakit hati sama dia, tapi yang satu ini penting!. Tolong bukain pintunya gue mohon!”
Pevita hanya menangis dibelakang pintu itu, dan dengan wajah yang kecewa
“gue tau, lo dibelakang pasti menangis!. Tapi gue sebagai adiknya pasti lebih sedih dibanding lo!”
Pevita lalu memikirkan kata-kata yang pernah diucap oleh Arda. Arda pernah mengaku bahwa dia nggak pernah punya adik. Dia hanya anak satu-satunya. Pevita lalu membukakan pintu
“kamu adiknya?”
“iya. lo pasti nggak pernah diceritain sama Arda kan!”
“tapi dia pernah bilang...”
“kalau dia nggak pernah punya adik. Gitu?. Lo berarti salah besar!” kata Aldi memotong ucapan Pevita
“maksudnya?. Gue nggak ngerti, lo bilang apa!”
“pada saat kalian satu SMA, gue waktu itu masih kelas satu, kalian sudah kelas dua. Dia nggak pernah bicara soal gue, karena dia nggak mau gue ngebocorin semua rahasia dia!”
“rahasia apa?”
“dia sekarang pergi dari rumah!, hanya buat ngebikin novel sebagai hadiah ulang tahun lo!”
“biarin ajah!. dia kan udah punya pacar baru sekarang!”
“siapa?. Si Arda udah punya pacar baru sekarang?”
“iya, gue lihat sendiri. Dia jalan di mall berduaan, dan sok romantis banget”
“siapa ceweknya?”
“kalau nggak salah, namanya Anggun pratiwi”
“si Anggun?”
“iya Anggun. Kenapa?”
“ya ampun, dia pacar gue. Kita baru ajah pacaran waktu di taman yang lari pagi itu!” kata Aldi
“jadi dia pacar kamu?” tanya Anggun
“iya. pacar aku. Tapi gue kesini, bukan buat bahas itu. gue kesini, cuman minta bantuan lo buat cari Arda. Itu ajah!”
“terus kita mau ngapain sekarang?” tanya Anggun
“yah, kita cari dia. Apalagi?”
“iya, tapi dimana?”
Aldi lalu mengantarkan Pevita ke masjid yang tadi. Diperjalanan, dia merasa bersalah dengan yang dia perbuat. Sampai disana, Aldi lalu memarkir mobilnya, dan turun dari mobil. Dia lalu keliling disekitar masjid itu. kebetulan pada saat itu, Arda sedang mencari telur buat dimasak
“makasih yah, lo udah bantu gue nyusun novel itu!”
“justru gue yang berterima kasih. Lo udah kasih gue kesempatan buat nyusun novel, walaupun bukan novel gue. Tapi gue senang banget!”
“sekali lagi makasih yah!. Sebagai gantinya, gue beliin lo telur!”
Aldi yang melihat Arda sedang berbicara dengan orang yang tidak dikenal itu, lalu bersembunyi dibelakang sebuah pohon bersama si Pevita
“itu Arda kan?” tanya Pevita menunjuk ke arah Arda
“iya, itu dia!”
Karena gaya mereka yang sembunyi-sembunyi layaknya pencuri, hal itu lalu mengundang seorang anak muda yang sedang main gitar bersama temannya. Orang itu adalah orang yang berasal dari Makassar.
“kayak pencuri itu sana eh!” kata pria tersebut menunjuk ke Aldi
“pergimko kesana, mungkin mau mencuri” kata temannya
Pria itu lalu mendekati Aldi, dan Pevita
“mas ngapain?” kata pria itu mencolek belakang Aldi
“sa..saya lagi..”  kata Aldi binggung mau jawab apa
Tiba-tiba datang Rais, dan Idam dari belakang, dan Idam langsung memukul pria itu. pria itu lalu terjatuh
“eh, lo kok main hantam ajah!. mas nggak apa-apa?” kata Aldi menarik tangan pria itu
“udah lari cepat!” kata Idam
“palluka(pencuri)!...palluka(pencuri)!” kata pria itu menggunakan bahasa Makassar
“ini orang ngomong apaan?”
Datang temannya yang tadi main gitar
“mas mau mencuri yah!” kata temannya menunjuk Idam
“saya cuman mau lari!” kata Idam
“enak ajah!. kalau mau lari, bayar ganti rugi teman saya!”
“emang berapa mas?” tanya Idam
“empat ratus ribu cukup!” kata temannya
“buset mahal amat bang!. Bagaimana kalau tiga setengah ajah?”
“yaudah deh!”
Idam lalu mengambil dompet di celananya. Dia lalu memberikan uangnya
“ini bang, hitung dulu!” kata Idam memberikan uangnya
“udah, saya percaya sama kamu. Sekarang pergi!”
“iya bang, makasih!” kata Idam pergi dari tempat itu
Mereka berdua malah senang mendapatkan uang itu
“yes kita dapat!” kata temannya
“alhamdulillah, adami uang panainya Anca”
“yes, kita dapat!. Kita dapat! Kata temannya yang jatuh tadi sambil lompat-lompat
mendengar hal itu, Idam lalu kembali, dan mengambil foto bersama mereka
“makasih yah bang!” kata Idam pergi dari tempat itu.
Mereka berdua adalah pemain dalam film “uang panai”, yaitu Tumming, dan Abu. Setelah masuk kedalam mobil, Idam lalu duduk di kursi supir
“ini gue yang bawa juga?” tanya Idam menunjuk stir
“udah jangan malas amat!. Lo kan bisa”
Idam lalu mengambil hpnya
“eh, tadi gue dapat foto bareng artis film Makassar itu. yang tadi gue pukul” kata Idam
“uang panai?. Jadi dia artisnya?” tanya Aldi melihat Idam
“iya”
Aldi lalu cepat-cepat membuka pintu mobil
“eh..eh, lo mau ngapain?” tanya Rais balik ke belakang
“gue mau foto juga!” kata Aldi turun dari mobil
“nggak usah!. Nanti di acara kawinnya, baru kita foto!” kata Rais
Pevita lalu melihat Arda masuk ke dalam pesantren bersama si Rayhan. Dia lalu turun dari mobil, dan menghampiri Arda, tanpa pamit sama mereka bertiga.
“Arda”
Arda yang sedang bicara dengan Rayhan, lalu balik melihat Pevita
“pe...pevita. kamu ngapain disini?” kata Arda dengan wajah binggung
Datanglah mereka bertiga yang turun dari mobil. Mereka ingin menahan menghampiri Pevita, tapi mereka memutuskan untuk sebaiknya tidak melakukan hal itu
“kalian bertiga kok bisa disini?” tanya Arda melihat ke Aldi, Idam, dan Rais
“kita semua nyariin kamu. Kamu itu nggak pernah pikir, kalau orang yang kamu pernah suka, yang pernah kamu dekati, masih sempat nyariin kamu, dibandingkan dengan mantan kamu Anggun itu!” kata Pevita didepan Arda
“iya..iya gue tau itu!. Bahkan dia sekarang udah punya pacar baru sekarang!”
“tunggu!..tunggu!. Jadi dia udah punya pacar baru?” tanya Aldi
“iya pacar baru. Tujuan dia dekati gue waktu itu, hanya satu. Dia nggak mau gue move on dari dia”
“yang penting, kamu selamat sekarang!. Kita pulang sekarang!” kata Pevita menarik tangan Arda
Arda lalu melihati Rayhan
“kenapa?. Gue nggak nangis kok!” tanya Rayhan memegang wajahnya
“dia siapa?” tanya Aldi menunjuk Rayhan
“dia teman gue di pesantren ini. Dia juga ngebantu gue buat bikin sesuatu”
“sesuatu?. Sesuatu apa?” tanya Pevita tersenyum melihat Arda
“ada deh, yang penting dia adalah sahabat gue disini”
Aldi lalu heran, karena tidak melihat Idam, dan Rais disebelahnya. Dia lalu membalikan badannya, dan melihat mereka berdua sedang berfoto dengan Tumming, dan Abu.
“eh, tunggu gue!” kata Aldi berlari kearah mereka
Setelah mengambil mengambil foto bareng mereka, dia lalu pergi ke Arda, dan Pevita yang sedang bicara
“pulang yuk!” ajak Idam
“iya, rumah aku juga nggak ada yang jaga. Kita pulang ayo!” kata Pevita
Arda lalu melihat Rayhan. Dengan hati yang terpaksa dia pun harus mengatakan yang sebenarnya
“bro, gue kayaknya harus pergi!” kata Arda dengan
“yah, silahkan!. Gue nggak pernah melarang lo buat pergi ninggalin gue. Tapi gue selalu melarang lo buat jangan menghapus file gue. Itu ajah!”
“gue pasti akan kembali, buat ngasih lo apa yang selalu lo impikan. Gue janji” kata Arda
Mereka lalu berpelukan didepan pintu masuk pesantren itu. Arda juga sempat pamit kepada ustad yang pernah nyuruh dia buat tinggal di pesantren itu
“ustad, makasih buat semuanya!. Makasih juga udah nyiapin saya makanan, dan tempat tinggal” kata Arda mencium tangan pak ustad
“tidak apa-apa. Saya juga senang, kamu sudah bisa mengajarkan murid saya cara menulis novel, yah siapa tau bisa bermanfaat”
Setelah pamit, mereka berempat juga bersalaman dengan ustad itu. setelah pamit kepada semua orang yang di pesantren, mereka lalu masuk kedalam mobil, dan mengantar Pevita pulang. Mereka bertiga hanya menunggu didalam mobil saja, karena tidak mau menggangu mereka berdua.
“makasih yah, udah mau ngantarin aku sampai rumah” kata Pevita
“oh iya. kamu ulang tahunnya lusa kan?”
“iya. kamu datang yah!”
“sorry, bukannya nolak, tapi gue ada tes buat terima kerja”
“jadi, kamu nggak bisa datang?”
“gue usahain kok datangnya!. Gue juga berharap, lo bisa dapat apa yang lo mau. Yang lebih dari gue”
“kamu udah cukup kok buat aku!” kata Pevita tersenyum
Tiba-tiba pagar sudah dikunci sama ibunya si Pevita yang baru datang
“bunyi apaan tuh?” tanya Arda melihat kebelakang
“kamu buruan keluar!. Ibu aku udah kunci pagar, ntar nggak bisa keluar loh!”
“yaudah, aku duluan yah!” kata Arda berlari kedepan pintu masuk
Didepan pagar sudah terkunci, dan mereka bertiga  berdiri melihati Arda
“gue bagaimana lewatnya?” tanya Arda
“lo bisa manjat nggak?” tanya Aldi
“lo nggak lihat, diatas pagarnya itu tajam semua!” kata Arda
“tapi kan masih ada jarak sedikit diatas. Lo nyelipin kaki lo disitu, lalu lo loncat!” kata  
“gue nggak mau bunuh diri disini!. Gue masih mau hidup!”
Arda lalu mondar-mandir mencari jalan buat melewati pagar itu. tidak berpikir lama, dia terpaksa harus memanjat pagar itu. pada saat pagar sudah digenggamnya, dia lalu menaikan kaki kanannya dahulu. Pada saat dia menaikan kaki kirinya, terdengar suara pintu  yang dibuka
“sembunyi!..sembunyi!” kata Aldi menarik tangan Idam, dan Rais yang sedang melihat fotonya
Arda juga ikut bersembunyi di tembok sebelah pagar. Ternyata itu adalah ibu dari si Pevita. Dia keluar, karena mendengar suara-suara seperti pagar yang sedang dibuka. Dia lalu membuka pagar, dan melihat kekanan-kirinya. Arda lalu secara perlahan mendekati belakang ibu itu, dan mencolek belakangnya
“siapa itu?” tanya ibu Pevita balik badan
Untungnya balik badan kekiri, jadi Aarda bisa keluar lewat kanan. Mereka lalu masuk kedalam mobil, dan pergi dari tempat itu. ibu Pevita sendiri tidak menanggapi hal itu. Dia lalu mengunci pagar, dan masuk kedalam rumah. Ibu dari Pevita lalu masuk kedalam kamar Pevita, tanpa mengetuk pintu. Pevita sendiri sedang mengetik novel, buat dirinya yang akan berulang tahun dihari lusa.
“kenapa mah?” tanya Pevita sambil menutup laptopnya
“tadi ada orang diluar. Pas mamah buka pintu, dia langsung lari keluar. Tapi sayangnya mamah nggak lihat wajahnya”
Pevita lalu senyum-senyum melihati mamahnya
“kamu kenapa ngelihatin mamah kayak begitu?” tanya mamahnya
“oh, nggak kok mah!. Paling itu tadi cuman kucing. Mamah nggak tidur?” tanya Pevita
Mamanya lalu berdiri menuju depan pintu
“mamah lupa yah!”
“lupa apa?” tanya Ibunya yang hampir menutup pintu
“yang biasa mamah lakuin setiap malam”
“oh iya, mamah lupa. I love you sayang”
“i love you to for my mother” kata Pevita tersenyum melihat mamahnya
Dia lalu mematikan laptop, dan menyimpannya disebelah tempat tidurnya. Sampai di kos, mereka lalu masuk kedalam kamar. Disitu sudah ada Aksa yang tidur duluan
“yah, dia duluan dapat kasurnya” kata Aldi melihat Aksa
“disebelah ajah!. gue udah ngantuk berat nih!” kata Arda duduk di karpet sebelah Aksa.
Mereka lalu tidur diatas karpet yang ada disebelah kasur. Keesokan harinya, Aldi yang pertama bangun diantara mereka semua. Dia lalu mengambil sebuah kertas, dan pensil. Dia menuliskan kata-kata bijak, yang nantinya akan diberikan kepada semua temannya. Berjam-jam dia habiskan buat menulis kata mutiara itu, tapi tidak ada satupun yang jadi. Hingga jam sudah menunjukkan pukul 09.00. semua temannya sudah bangun. Dia lalu memungut semua kertas itu, dan membuangnya di tempat sampah.

Raditya Dika Is MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang