•Young Teacher

624 11 0
                                    


Tercium bau harum yang menyengat dari dapur. Seorang gadis beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju dapur. Duduk dengan tenang dan membalikan piring dengan perlahan dan mulai bersiap untuk mengambil beberapa makanan didepannya. Dengan sigap ia menyergap semua makanan layaknya tentatara yang siap menyergap semua musuhnya dimedan perang.

Wajah yang semula datar seakan menjadi wajah yang memancarkan kebahagian karena merasakan rasa yang nyata. Seorang pria parubaya tersenyum melihat anaknya senang akan masakan yang dibuatnya.
"masih terasa aroma tubuh ibu yang lalu lalang..."
"jangan sampai kamu tidak masuk hari ini, jika tidak, ayah akan sita semua barang-barangmu" peringat pria paru baya itu dengan angkuhnya. Gadis itu hanya mangut-mangut mendengar ucapan pria parubaya itu.
Pria parubaya itu mencium kening putrinya lalu pergi dengan seorang pria yang ada dibelakangnya. Gadis muda itu menghela nafas panjang dan mulai bersiap-siap.

"nama saya Alexandera Rayhana Mangkubana, panggil Andera" ucap gadis itu memperkenalkan namanya didepan kelas. Beberapa murid terlihat mangut-mangut melihat penampilan Andera yang sangat berantakan.
Guru yang sedang mengajar merasa sangat sebal akan penampilan Andera. Guru itu menarik napas panjang dan memaafkan kesalahan Andera yang cukup fatal.

Hari pertama menjalani kehidupan barunya di sekolah, Andera tak ingin mengenal satu pun murid yang ada di sini karena Andera berfikir bahwa dirinya akan cepat keluar dari sekolah yang memuakan ini.
Setelah usai pelajaran dari Wesley dengan cepat Guru yang memakai kacamata tebal dengan gaya 90-an masuk kedalam kelas dan mendapati salah satu murid didiknya melanggar tata tertib sekolahan. Guru itu yang bernama Consaint bertanya mengapa Andera berpakaian seperti itu. Andera menjawab dengan nada santai kalau dia masih murid baru dan tak tahu apa-apa. Consaint membiarkan penampilan Andera. Pelajaran dimulai dengan pelajaran matematika, pelajaran yang mampu membunuh muridnya perlahan-lahan tapi pasti dengan semua rumus yang berakar racun.

Andera tertidur sangat nyenyak dibangku belakang. Consaint yang sejak tadi mengajar mengetahui Andera tertidur nyaman dibelakang. Penghapus papan tulis langsung terbang menuju arah Andera yang sedang tertidur.

Andera merintih seketika karena penghapus papan tulis itu langsung mengenai kepalannya.
Consaint yang terkenal garang menyuruh Andera untuk mengerjakan soal yang sulit di papan tulis, ia sengaja karena ia tak mau melihat muridnya tertidur saat jam pelajaranya walaupun murid baru. Andera berjalan menuju papan tulis dengan santai.

"aku tak bisa mengerjakannya" ucap Andera dengan gampangnya sebelum melihat soal yang akan dikerjakannya itu. Amarah Consaint memuncak drastic karena sikap Andera. Dengan lantangnya Consaint menyuruh Andera untuk keluar dari kelasnnya.

Mulanya Andera diam seribu bahasa dan tanpa sepatah katapun ia pergi meninggalkan kelas. Tidak ada rasa kecewa atau malu dalam wajah dan fikirannya. Ia malah merasa senang jika tak mengikuti pelajaran yang membosankan itu.

Andera pergi menuju lapangan basket. Kebetulan sebuah bola tanpa pemilik berada ditengah lapangan. Dengan cekatan Andera mulai membuang tasnya dan mulai mendrible bola basket itu dan sedikit memulai satu permainan dengan bola itu.

Setelah bola masuk kedalam ring terdengar suara tepukan tangan. Andera mencari asal suara itu yang membuatnya kaget. Munculah sesosok manusia yang cukup tampan nan tinggi. Ia mendekati Andera dengan tepukan yang masih terdengar jelas. Pria itu menatap Andera dengan seribu pertanyaan dibenaknya.

Sebuah pujian terlontarkan dari bibir kecil pria itu. Andera tak peduli dengan pujian yang manis itu dan memilih pergi. Pria itu mencoba memegang pergelangan tangan Andera dan bertanya siapa namanya. Andera menjawab dengan singkat 'cari saja sendiri, saya mau pergi'. Setelah mengatakan itu Andera mencoba mencari tempat yang asyik dan sepi untuk menyendiri.

Pria itu hanya tersenyum malu dan merasa tertantang untuk mencari nama dari gadis itu. Saat jam istirahat, Andera kembali ke dalam kelas dengan cemilan yang tadi ia beli di kantin. Seorang pria duduk didepan Andera, Andera tak perduli dengan keberadaan seseorang yang ada di depanya. Andera melanjutkan memakan cemilanya yang belum habis. Andera tak berguming saat pria itu mengajaknya berbicara.

Save My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang