•Kembalilah!

261 7 0
                                    

Hembusan angin sepoi-sepoi membuat para rerumputan bergoyang dengan asyiknya. Sebuah senyum terukir di kedua ujung bibir seorang pria. Dengan senang ia menghirup udara pagi dengan senyum dan mata tertutup bahagia.

Lambaian dari orang-orang mengarah kesatu orang yaitu seorang pria tampan nan gagah tapi kurus sekurus lidi. Semua tersenyum kepadanya, ia membalas dengan senyum yang cukup manis. Pria itu seperti orang yang sangat bahagia pada pagi ini.

Hampir saja melupakan seseorang yang ada di belakang pria itu. Ia memasang wajah cemberut dan berjalan dengan gontai. Di kedua ujung bibirnya tak ada senyuman manis yang terlukis di bibirnya tapi senyuman yang sangat pahit sepahit kopi tanpa gula. Wajah yang terlihat kesal karena pria yang ada didepanya itu membangunkanya pada pagi buta seperti saat ini.

"ron.. tersenyumlah" ucap Afle menengok kebelakang.
"ogah, kan aku sudah bilang jangan bangunkan aku sepagi ini" ucap Aron memasang wajah lesu dan tak bersemangat.

Seorang gadis merasa sangat kesal karena orang yang ada di sampingnya membangunkanya sepagi ini. Seharusnya gadis ini sekarang berada di kasur yang nyaman di dalam kamar dan bisa melakukan seseatu yang paling disukainya.

"ayo lomba lari menuju taman"
"ogah.. tapi kalau ada taruhanya mau.."
"kalau aku menang kamu jangan ganggu hidupku lagi, dan jika kau menang mungkin aku akan mengabulkan permintaanmu"
"bersiap mulai..."

Alex dan Diana berlari dengan sangat cepat mereka berdua tak memperdulikan orang-orang yang lewat karena mereka focus dalam memenangkan perlombaan ini. Alex mencoba mempercepat langkahnya karena Diana sudah hampir mendahului Alex.

Sebuah tabrakan yang tidak mungkin bisa dihindarkan terjadi di depan mata Alex, sebuah tabrakan yang terjadi karena pengendara mobil yang tidak was-was. Kepala Alex pusing saat melihat kejadiaan itu, Ia memegangi kepalanya yang sangat terasa berat, mata yang mengeluarkan air terus mengalir, mata Alex menjadi berat dan merah seketika itu.

Diana bingung apa yang terjadi denga Alex, Alex terus menangis tanpa sebab, Diana bingung dan mencoba meminta tolong kepada seseorang. Alex menutup matanya dan merasakan tubuhnya akan jatuh.

Diana terus meminta tolong karena sahabatnya belum sadarkan diri dari pingsannya. Alex mencoba membuka mata, ia melihat bayangan yang tak jelas tapi ia tahu kalau bayangan itu adalah Diana dengan dua orang laki-laki disampingnya.

"jangan bawa aku kerumah sakit, bawa saya kerumah saja" Alex mencoba berkata pelan dan merasakan pening di kepala yang sangat hebat.
"ah ayolah kita kerumah sakit, jangan fikirkan ego mu sekarang ini"
"ah CEPAT BAWA AKU KERUMAH" ucap Alex membentak Diana karena ia terlalu lambat untuk membawanya menuju rumah.

Jarum suntik terpasang di pergelangan tangan Alex. Sebuah alat bantu pernafasan sudah ada di samping Alex saat ini. Alex tertidur tenang di atas ranjang yang saat ini telah penuh karena di duduki oleh beberapa orang yang Alex kenal.

Dua orang yang sejak tadi hanya melihat dan diam begitu tenang di pojokan. Tak ada obrolan dari kedua insan ini karena mereka masih sok apa yang terjadi tadi saat Alex memarahi mereka berdua karena tak cepat membawanya kerumah.

"om Bana permisi saya dan a.. teman saya mau pulang" ucap Afle pamit pulang.
"sekali lagi terimaksih sudah menolong anak saya" ucap Ban tersenyum manis kepada Afle dan Aron.

Cahaya remang-remang memenuhi mata Alex yang saat ini perlahan-lahan terbuka untuk melihat apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Sebuah lambaian tangan sudah berada di depan mata Alex. Alex mulai menguatkan pandangannya dan mencoba duduk.

Sebuah suara mulai terdengar tapi sepertinya Alex tak mendengar suara itu. Suara itu semakin keras dan Alex mulai menutupi telinganya karena suara itu terlalu keras saat mendengarnya.

Save My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang