"Keluar! Dan jangan kembali sebelum aku mengijinkan!" ayah Arthur mengulangi kata-katanya lagi,dan kali ini semakin membuat hati Arthur sakit. Begitu tega ayahnya sendiri mengusirnya dari rumahnya sendiri. Tapi tiada yang tahu bagaimana hancurnya perasaan ayah Arthur ketika mengetahui Arthur yang mencintai adik tirinya sendiri,tiada yang tahu kan?
Arthur yang mendengar semua itu pun segera beranjak dan melangkahkan kaki untuk keluar dari rumah yang menrurutnya seperti neraka ini.
"Ayah jangan lakukan itu" ibu Febry turut berbicara. Ia tidak mau keluarga ini hancur karena kehadirannya bersama putrinya.
"Biarkan!"
"Aku mohon ayah" Febry memohon kepada ayahnya supaya menarik kembali kata-katanya. Namun ayahnya tak bergeming,dan Arthur tetap melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah ini. Ia berlari mengejar Arthur yang sudah sampai didepan pintu.
Grep
"Jangan pergi" Febry memeluk tubuh Arthur dari belakang,membuat Arthur mau tak mau menghentikan langkah kakinya. "Aku mohon jangan tinggalkan aku" Febry meneteskan air matanya semakin deras,ia benar-benar tidak mau kehilangan kakaknya ini. Walau bagaimanapun Arthur adalah kakaknya.
Arthur memegang tangan Febry yang bersarang diperutnya dan melepaskannya pelan. Lelaki itu memutar tubuhnya dan memeluk tubuh Febry erat,seakan tak mau melepaskannya barang sedetik pun.
"Maafkan aku Feb,maafkan aku.Maafkan semua kesalahanku selama ini" Arthur berkata lirih. Ia mencium rambut gadis dalam dekapannya ini lembut. "Aku harus pergi..." Arthur melepaskan pelukannya,mengusap air matanya yang sempat menetes,dan berlari meninggalkan Febry yang terisak.
"Kakak!!"
Febry mencoba mengejar Arthur namun tangannya ditahan seseorang. Ternyata ayahnya.
"Biarkan lelaki kurang ajar itu pergi" sang ayah menarik tangan Febry dengan kuat untuk masuk kedalam rumah.Febry tak bisa lagi menahan semua ini,ia terus menangis hingga wajahnya memerah dan matanya semakin sembab. Membuat mata kecilnya semakin terlihat kecil.
******
Febry's POV
Kusisir rambut panjangku dengan perlahan. Aku baru sadar jika rambutku ini begitu kusut,sangat susah untuk disisir. sudah berapa hari sih aku tidak menyisir rambutku? . Bahkan kepalaku sangat sakit jika aku menggerakkan sisir ini lebih keras,walaupun tak sesakit jambakan kak Arthur. Eh?
Kuletakkan sisirku diatas meja riasku,kuelus rambutku perlahan. Kupejamkan mataku sejenak. Rasanya tangan dingin kak Arthur masih terasa di kepalaku,kala ia menjambak rambutku sampai dimana ia pernah mengelus rambutku dengan lembut. Ya,semuanya masih terasa.
"Febry,sarapan dulu sayang" suara teriakan ibuku terdengar,menandakan sarapan telah siap.
"Iya bu,sebentar" kutatap bayangan diriku didepan cermin. Ah,ini mengerikan. Wajahku pucat,lingkaran hitam dibawah mataku membuatku terlihat seperti boneka panda diatas kasurku itu. Sungguh memprihatinkan,sebenarnya apa yang terjadi padaku?
Aku mengambil tas selempangku dan beranjak dari kamarku menuju ruang makan. Disana sudah ada ayah dan ibu yang telah duduk rapi sambil menikmati sarapannya.
"Ibu pikir kau tidak sarapan lagi pagi ini" ujar ibu sesaat setelah aku mendudukkan diri didepan mereka-ayah dan ibu.
"Sebenarnya aku tidak lapar,tapi kurasa perutku membutuhkannya bu" aku tersenyum sekilas,kurasa senyumku ini terlihat aneh. Kulihat ayah menundukkan kepalanya,sedangkan ibu memandangku dengan prihatin mungkin?
Kusuapkan sesendok demi sesendok makanan yang berada dalam piring ini dengan perlahan. Rasanya hambar. Padahal ibu memasak makanan kesukaanku pagi ini. Pandanganku beralih kearah tangga,aku melihat seorang lelaki tinggi berkulit putih yang memakai kemeja hitamnya sedang menuruni tangga dan tersenyum kearahku. Matanya tajam,alisnya tebal,hidungnya mancung,dan bibirnya tak berhenti mengukir senyum. Ia sangat tampan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister
RomansaArthur dan Febry memiliki hubungan saudara tiri. Arthur sering memaksa dan menyiksa Febry karena suatu hal. namun bagaimana jika sebenarnya Arthur mencintai Febry yang notabene adalah adik tirinya itu?