04. MOMI

94 19 5
                                    

     Aku sangat terkejut sekaligus penasaran. Siapa dia? Aku bangun dan mencoba untuk menyentuh pundaknya.

Dan ...

----- -----

     Ketika aku hendak menyentuh pundak pria tua itu, tiba-tiba dia terlebih dahulu berbalik dengan seketika menghadap kearahku. Aku sontak menjadi terkejut, aku lihat wajahnya yang keriput, berjanggut panjang,  memakai tongkat dengan badan membungkuk dan rambutnya yang putih.

     Aku spontan melangkah mundur ke belakang dan tersungkur ke tanah, aku takut, siapa dia sebenarnya?.

"Dari manakah asalmu wahai anak muda? Dan pakaian apakah yang kau pakai itu?" tanya kakek itu dengan suaranya yang besar dan serak.

Aku walaupun dengan rasa takut menjawab "Sa ... saya dari Antropolis em, kek."

"Apa? Anogolis? Tempat macam apa itu?" tanya kakek tua bingung.
    
     "Dasar kakek tuli! Antropolis jadi Anogolis, biarin lah!" pikirku.

     "Emm ... itu kek, Antropolis ... itu loh, kota besar" jawabku dengan terbata-bata.

"Lah! sudahlah, aku tak paham dengan omonganmu itu. Sekarang jelaskan saja, apa tujuanmu berada disini?" sahut kakek tua sambil memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah.

     "Nyebelin banget sih ni kakek tua! Gua sungkurin aja sekalian," batinku kesal.

     "A anu kek, saya juga tidak tau, saya tersesat kek, saya tidak ada maksud apa-apa," jelasku.

"Mencurigakan! Apa maksudnya kau berada di kandang momi milikku ini? Jangan-jangan kau pencuri?!" ucap kakek tua dengan curiga.

     "Ha?! Momi? apaan tuh?" pikirku keanehan.

     "Em, maaf kek, Mo Momi apa ya?" tanyaku heran.

"Emang kau pikir aku ini bodoh, mentang-mentang aku sudah tua, jangan pikir aku bisa dibodohi olehmu wahai anak muda!" bentak kakek tua itu sambil mengarahkan tongkatnya ke hidungku.

     "Eng, enggak kok kek, saya berkata jujur. Saya memang tidak tau Momi itu apa," ucapku takut.

"Kau benar-benar tak tau apa itu Momi?! Nah ini dia Momi!" ujar kakek tua sambil berjalan ke luar.

     Aku pun bangun dan mengikuti kakek tua itu. Dan aku tak percaya dengan yang aku lihat.

___ KIAAK ... KIAAK ...

     Aku yang baru keluar dari gubuk tua itu sontak kembali lagi ke dalam karena terkejut dengan empat makhluk yang aku lihat.

     "I i iiii itu ... itu makhluk apa?!!!" ucapku ketakutan.

     Makhluk itu hidungnya seperti babi, tapi ukurannya sebesar domba. Tanduknya ada tiga, bulunya seperti ayam berwarna putih. Sungguh menyeramkan, aku tak berani mendekat.

     "Hei ... Ada apa denganmu? Makhluk ini tidak berbahaya, ini ternak kami," jelas kakek tua.

"Ha?! ternak? Gua gak pernah liat yang beginian," pikirku.

     "Ayolah, mendekat kesini. Apa kau takut?" ajak kakek tua itu.

     Aku pun menghampiri dengan langkah yang pelan. Aku memberanikan diri untuk melihat makhluk itu lebih dekat.

     "Ayo, pegang tali ini," ujar kakek tua sambil menyodorkan tali yang terikat dengan momi  itu. Aku mencoba memegang talinya.

___ KIAAKKK ... KIAKKKK ... !!!

     Aku sangat terkejut karena momi itu mendekatiku dengan mulutnya yang ternganga dengan air liurnya yang kental tercucur seakan-akan mau menyerang.

      "Hahahaha ... Sama seekor momi saja takut, bagaimana nanti kalau bertarung?!" ucap kakek tua dengan tertawa sampai terbatuk-batuk.

     "Hah?! Bertarung?!" kataku bingung.

"Iya, bertarung. Di desa kami sering didatangi oleh Gorgon yang turun dari gunung, setiap pemuda di desa kami harus bisa berkelahi untuk menyerang Gorgon itu," jelas kakek tua.

     "What?! Apa yang kakek tolol itu omongin?. Kayaknya udah gila dia, emang ini dunia dongeng apa? Mana ada gorgon?!" pikirku tak percaya.

     Aku tak mengucapkan kalimat yang bisa membuat kakek itu marah, aku baik-baikin dia. Yang penting sekarang adalah mencari cara untuk keluar dari tempat yang aneh dan menjijikan ini.

     "Kek, kalau saya boleh tanya, bagaimana ya saya bisa keluar dari tempat ini?" tanyaku.

"Apa?! Apa yang kau bicarakan?! Di sini hanya ada desa kami yang dikelilingi hutan yang sangat luas dan lebat. Kau bilang mau pergi dari sini?! Yang ada kau akan mati dimangsa hewan buas," jelas kakek tua dengan panjang lebar.

___ BRRR ... !!

     Seketika bulu kudukku berdiri. Aku langsung takut ketika mendengar penjelasan kakek itu. Ini benar-benar tak masuk akal, jika aku yang berasal dari Antropolis yang tiba-tiba berada di tempat aneh ini berarti aku seharusnya juga bisa keluar. Aku pokonya harus mencari cara untuk kembali. Aku harus kembali.

*
*
*

Teman-teman, kalian dimana? Apakah kalian juga ikut terjebak sepertiku di tempat ini?.

MATI SURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang