1

1.9K 49 1
                                    

"Yakin gak ya?"

"Terserah kamunya aja sih"

"Harus yakin dong, kan ada Allah"

"Kamu itu udah gak pantes"

"Dosa kamu tuh udah numpuk, gak mungkin bisa berubah"

Lagi-lagi aku bermonolog.

Ini memang pilihan sulit bagiku, "masih pantaskah aku?" Kata-kata itu bagi kaset rusak yang terus berputar di kepalaku.

Argh.

Ini sulit!


"Siapapun meninggal punya dosa teman-teman sekalian, hati-hati. Sekecil apapun dosa itu sudah cukup mendatangkan siksa kubur, walaupun dia belum tentu masuk ke dalam api neraka. Jadi jangan di anggap remeh. Makanya kisah yang mahsyur yang berhubungan dengan masalah ini adalah kisah Utsman bin Affan r.a yang pernah menziarahi kuburan lalu terisak-isak menangis seperti anak kecil. Lalu beberapa temanya di zaman khilafah beliau bertanya, "wahai amirul mukminin, kenapa anda menangis melihat kuburan? Padahal Nabi s.a.w sudah menjamin buat anda surga? Dan anda ini siapa? Terkenal anak mantunya Nabi s.a.w, dapat jaminan surga, Nabi sebutkan dari lisannya langsung."
"Utsman di surga", dijamin.
"Bagaimana bisa anda bisa menangis seperti ini?" Jawaban Utsman r.a sangat bijak. Orang yang beriman dan berilmu punya jawaban yang tepat. Dia mengatakan, "Rasulullah s.a.w menjamin saya surga, tapi tidak menjamin saya selamat dari siksa kubur. Darimana jaminan saya tidak di siksa di kubur? Nanti saya masuk surga, betul, tapi di kubur saya di siksa dulu karena masih ada dosa." Maka pemahaman yang dikeluarkan oleh para ulama tentang tadi saya bilang, dosa itu sekecil apapun sudah cukup untuk adanya siksaan. Itu karena pernyataan Utsman bin Affan yang menyebutkan statement tadi, gitu kan. Utsman saja, yang dijamin masuk surga, menangis karena takut akan siksa Allah. Jadi bagaimana dengan kita? Yang belum memiliki jaminan, yang memiliki tabungan dosa yang sangat melimpah? Yang memiliki jaminan di neraka, tapi tidak di surga. Apa yang sudah kita persiapkan untuk menghindari siksa itu?"

Telinganya mendengar ceramah seorang ustadz dari masjid yang tidak jauh dari rumahnya.

"Ternyata Allah memang menginginkan aku untuk berubah"

Dari beberapa hari yang lalu, pikirannya selalu terusik. Entah itu karena mimpi atau kejadian-kejadian disekitarnya, seakan Allah berkata "Lihatlah betapa pedihnya azabku, betapa dahsyat murkaku. Maka kembalilah pada-Ku karena Aku mencintaimu" padanya.  Dia pun berpikir mungkin inilah hidayah, agar aku kembali ke jalan yang benar, bukti rasa sayang-Nya padaku.

Berubah memang bukan perkara yang mudah apalagi instan, karena segala sesuatu butuh proses yang panjang untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Konsekuensi yang kita tanggung bukan hal yang kecil dan sepele, memiliki tanggungan seumur hidup, setelah mati pun pertanggung jawaban itu masih ada.

Itulah yang membuatnya berpikir tadi, tapi jika dipikir lebih mendalam akan lebih berat pertanggung jawaban yang akan dia tanggung kelak.


------------------------------------------------------

*Assalamu'alaikum ukhti fillah.. Gimana kabarnya? Alhamdulillah kan? Kalo gak, laa baasaa thohuurun in syaa Allah, aamiin.😊
Maaf, kalo typo bertebaran & ceritanya yang gak srek di hati para readers.
Ambil manfaatnya aja.
Kalo ada yang vote or comment, alhamdulillah.
Saran diperlukan!

The Real MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang