Prolog

1.4K 94 8
                                    

"AAAAAAAAAAAaaaaaa..."

Lengkingan suara pemecah sunyi tengah malam terhenti begitu jarum detik melewati angka 12. Seorang wanita terkapar bergenang darah dengan wajah ketakutan dan mulut menganga bekas teriakan 1 menit yang lalu. Wanita yang merupakan target sang pemuda bertopi hitam misterius. Wanita yang memiliki pendendam setia.

Pemuda itu melepaskan jubah hitam berhiaskan darah dan menyelimuti wanita itu hati-hati. Berlutut disebelah pundak wanita tersebut, dia menutupi kedua kelopak mata targetnya hingga terpejam. Tanpa serigaian, tanpa ekspresi, dia bangkit kembali mengambil botol berisi minyak tanah dari dalam tas gendongnya. Melumuri wanita beserta jubah dan pisaunya. Setelah beres, dia melemparkan botol itu dekat dengan wanita dan merogoh korek api kayu dari dalam tasnya pula.

Craak. Craark. Crassshh.

Wuuuurrrsssshhh.

Api mulai tersulut ketika pemuda itu melemparkan batang korek api tepat diatas dada wanita tersebut dan dengan cepat terbakar. Pemuda bertopi berbalik membelakangi api dan korban serta seluruh barang buktinya yang dilahap habis oleh si jago merah. Berjalan dengan santai keluar dari gang sempit, saku celanannya bergetar panjang. Ada telepon masuk.

[Bagaimana semuanya...? Beres?]

Kedua mata merahnya berkilat tajam dibawah bayangan topi.

"Mission complete."

Ledakan yang terjadi dalam gang kecil dimana tempat pembunuhan itu, tak dapat terelakkan. Dia segera berlari cepat menjauhi tempat kejadian perkara dengan memanjat atap rumah penduduk. Sirine polisi berbunyi datang mendekat setelah 10 menit ledakan terjadi. Pemadam kebakaran, dan para penduduk kota yang panik pun turut mengerubungi area ledakan.

"Lagi-lagi para kru anti-kriminal. Bisakah mereka menghargai sebuah karya seni yang apik?" Menggelengkan kepala, dia mendangak menatap bulan purnama yang tergantung sendiri dilangit tanpa satupun bintang disisinya. Memandangi itu semua, pemuda itu berpikir nasib sang bulan purnama tidak jauh beda dengan dirinya sendiri. Menghela nafas panjang, dia hendak berlari namun diurungkan niatnya ketika ponselnya kembali berbunyi. saat diangkat, didapati nama adiknya tercantum dilayar ponsel.

"Mengganggu sekali, sih.." Meski berkata seperti itu, dia tetap menjawab telepon dari adiknya.

[Kakak sedang apa sih? Cepatlah pulang! Kau dalam bahaya!]

"Iya. Tunggu aku dirumah saja."

[Kak-]

Tak ingin berargumen dengan sang adik, dia menutup telefonnya dan menyembunyikan ponsel kembali ke saku celana hitamnya. Memandang langit sebentar, dia pun mulai berlari melompati setiap atap rumah penduduk tanpa bersuara sedikitpun. Meninggalkan semua keramaian sedikit demi sedikit hingga suara menyaup dan hilang ditelan malam.

"Target selanjutnya...?"

12 April 2017

A/N : Welcome back to Aegis Blizzard di cerita Fanfiction Boboiboy berjudul "Blooded Rose". Saya tak ingin banyak-banyak menulis di author note. Tapi yang terpenting cerita ini mengandung Typo, AU, Blood and Gore, baper berkepanjangan (Mungkin?), bahasa kasar dan beberapanya tak pantas dibaca dibawah umur 15 tahun kebawah. Sudah? Yang terpenting, jangan ada Flame Comment aja sih. Saya senang jika readers bisa membaca karya saya dan menghargainya dengan baik. Baiklah, selamat menikmati.

Jadwal update? Masih belum teratur ya... ;] tunggu saja!

Salam,

Penulis.

Blooded RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang