Li Wang Weo seorang berkebangsaan Indonesia keturunan Tionghoa terselamatkan dari penyaringkan warga non pribumi yang sedang mewabah di Jakarta tepat nya pada tanggal 14 mei 1998. Li yang kala itu berusia 17 tahun di bawa oleh seorang relawan menuju Sleman, Jogjakarta dalam keadaan terluka. “ kau akan aman di sini,luka mu telah ku obati.” Suara itu terdengar jelas di telinga Li ,namun Li tak mampu membuka matanya karena rasa pusing yang amat sakit saat ia mencoba membuka mata. Li hanya menerka bahwa seseorang yang saat itu ,menolongnya adalah seorang wanita ,terdengar jelas dari suaranya yang lembut. “ kau siapa? Dan aku ada di mana??” tanya Li sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. “Namaku Sarah dan kau sekarang ada di rumah ku, di Sleman Jogjakarta.” Jawab Sarah yang kala itu sedang membuatkan ramuan untuk Li. “ Bagaimana kau bisa membawa ku kesini? Ini sangat jauh dari Jakarta “ Li mencoba bangkit dari tidurnya namun gagal dan rasa pusing itu lagi – lagi menyerang kepalanya. “ simpan pertanyaan mu itu hingga esok. Yang kau butuhkan sekarang hanyalah istirahat. Minumlah ramuan ini dan kemungkinan rasa sakit di kepala mu itu akan hilang.” Sarah mencoba membangunkan tubuh Li dan menopang kan tubuh nya Ke dinding kamar yang terbuat dari kayu itu dengan beralaskan bantal. Li pun menuruti perintah Sarah untuk meminum ramuan itu yang terasa sangat pahit.
Rintikan air terdengar mengalir melalui atap yang tersusun dari bata merah, menyusuri dinding kayu dan menyadarkan Li bahwa di luar sedang hujan. Li mencoba membuka mata dan ternyata nyeri di kepalanya sudah mereda, apa yang di katakan Sarah benar. Li mencoba mengamati daerah sekitar, kamar yang jauh dari kata sempurna ini hanya terdapat sebuah lemari dan meja kuno ,sebuah kasur yang di topang dipan besi serta tulisan arab yang tidak dapat ia mengerti sama sekali. Adapun jam analog yang tergantung di dinding sedang menujukan pukul lima dan terlihat dari jendela langit begitu gelap. “ini masih subuh, tapi di mana wanita itu?” ucap Li mencoba menyusurui selah dari kamar itu.
Li mencoba melangkahkan kakinya untuk menyusuri rumah yang berlantai papan itu. Dengan berpapahkan benda yang ada di sekitarnya ,Li melangkahkan kaki nya satu persatu. Tubuh nya terasa sakit yang mungkin di akibatkan pukulan para komplotan penyaringan warga non pribumi yang sedang terjadi di Tanah Kelahirannnya saat ini. Lantunan merdu terdengar di telinga Li, Li mendapatkan wanita itu. Beralaskan kain yang bergambar sebuah masjid dan di baluti kain putih menutupi sekujur tubuh sambil memegang sebuah buku, wanita itu duduk di atas kain itu begitu khusyuknya tanpa menyadari keberadaan Li yang memperhatikannya melantunkkan kata dari buku yang ia baca itu. Li terhanyut hingga tanpa sadar Sarah telah memperhatikannya yang sedang bersandar di dinding. “ apa yang sedang kau lakukan di situ?” Li tersentak kaget dan kembali memusatkan pandangannya ke Sarah. “ aku sejak tadi memperhatikan mu. Kau sangat fasih membacakan buku itu. Apa yang sedang kau lakukan ? “ sarah tersenyum ,sambil melipat mukenahnya Sarah menjawab pertanyaan Li yang mungkin terlihat polos. “ yang aku lakukan adalah beribadah kepada tuhan ku, dan yang sedang aku lantunkan tadi adalah ayat-ayat suci al’qur-an yang merupakan kitab suci agama ku. Sejak aku menolong mu , aku belum mengenal mu.” Ungkap Sarah seraya melipat sajadah dan mengemasi barang- barangnya. “ Nama ku Li Wang Weo kau bisa memanggil ku Li, itu terdengar mustahil. Bagaimana bisa kau menolong ku sedangkan kau tidak mengenali ku. Dan bagaimana bisa kau berada di daerah seberbahaya itu sedangkan kau seorang wanita? “ pertanyaan bertubi – tubi yang di lantunkan Li hanya membuat Sarah tersenyum dan berlalu meninggalkan Li.
Li membuntuti kemana Sarah pergi,seakan membutuhkan jawaban. Sarah menuju dapur dan di ikuti Li “aku telah membuatkan mu sarapan, dan minum lah air putih ini . tubuh mu sangat membutuhkan energi. “ Sarah menuangkan air putih dan pergi meninggalkan Li. “ Apakah kau tidak ikut makan ?“ tanya Li heran. “tidak, aku sedang berpuasa.” Jawab Sarah tanpa menatap Li. “ Dasar wanita aneh.” Grutu Li, namun Li tetap mengikuti perintah Sarah. Li tidak memungkiri bahwa diri nya saat ini sedang lapar dan tubuhnya sangatlah membutuhkan energi.
Setelah usai makan, Li kembali menghampiri Sarah. Sarah yang kala itu sedang merapikan kamarnya terkejut melihat Li telah berdiri di sampingnya. Sarah pun memilih keluar. “Sarah.” Suara Li membuat Sarah berhenti.” Kau belum menjawab pertanyaan ku.” Tanpa menoleh Sarah menjawab “ sebaiknya kita bicara di luar saja.” Li pun mengikuti kemana Sarah pergi. Sarah menuju halaman belakang rumah . Li pun memilih duduk di kursi bambu yang tersandar di dinding rumah.
“aku harus mulai bercerita dari mana?” tanya Sarah sambil menaburkan umpan untuk ayam-ayamnya. “ dari pertama kau menemukan ku.” Pernyataan Li membuat Sarah menghembuskan nafas panjang. “ ini untuk pertama kalinya aku pulang ke Indonesia setelah 4 tahun aku berada di Kairo , Mesir. Saat aku tiba di Jakarta tanggal 10 mei yang lalu, keadaan Jakarta sangatlah parah. Aku melihat Demo di mana – mana. Malam itu aku harus menginap di rumah temanku dikarena kan akses jalan di tutup. Kedatangan ku ke Indonesia bukanlah sekedar melepas rindu,namun untuk melanjutkan S2 ku, aku harus membuat sebuah liputan dan artikel agar perusahaan tempat aku bekerja mau membiayai sekolah ku. Dan aku mencoba mengambil permasalahan yang ada di Indonesia, lebih tepatnya permasalahan rasis dan penyaringan orang-orang non pribumi yang telah menelan banyak korban.” Sarah meletakan bejana umpan ayamnya itu dan duduk di samping Li dengan jarak yang lumayan jauh. Sarah pun melanjutkan ceritanya.” Puncaknya ,pada malam 14 mei itu. Aku mencoba kabur dari rumah teman ku. Aku pun mencoba meliput apa yang sedang terjadi,dan berhasil. Tanpa di sengaja, aku menemukan mu yang tergeletak tak berdaya. Saat aku memastikan keadaan benar – benar aman aku mencoba menyadarkan mu. Saat itu kau setengah sadar, aku berfikir jika membawa mu dengan keadaan seperti itu kemungkinan besar aku dan kau akan menjadi korban. Dengan terpaksa aku memakaikan mu kerudung yang ada di dalam tas ku, dan sedikit menambahkan eyeliner di mata mu agar tidak kelihatan sipit. Aku pun membawa mu ikut dengan ku, saat itu relawan menemukan ku dengan barang – barang bawaan ku dan kau. Dia menyuruh ku untuk keluar dari area Jakarta sementara waktu, dan aku hanya meminta pulang ke Jogjakarta. Relawan itu pun mengantarkan jalan ku menuju Jogjakarta.”
Mendengar jawaban itu ,Li belum puas. “ semudah itu kah kau menyelamatkan ku dan semudah itukah kau meliput? Dan pertanyaan ku yang belum kau jawab adalah megapa kau menolong ku?mengapa kau tidak membiarkan ku sedangkan yang kau butuhkan hanyalah liputan itu?” Pertanyaan Li lagi – lagi membuat Sarah Tersenyum. “ tidak Li,sangat lah tidak mudah. Banyak rintangan yang aku lewati. Seperti halnya kau , mencoba mengelak dari komplotan penyaringan begitu juga aku. Namun atas izin allah ,aku mampu melewati itu semua. Jika kau bertanya mengapa aku menolong mu? Karena tuhan ku mengajarkan ku untuk selalu menolong mereka yang sulit. Dan kala itu kau kesulitan dan dosa bagi ku untuk membiarkan mu.” Adzan pun berkumandang, mengajak seluruh umat muslim untuk melaksanakan sholat zuhur . Sarah pun pamit kepada Li untuk melaksanakan sholat. Li hanya mengangguk, dan membayangkan apa yang telah terjadi. Andaikan saja saat itu Sarah tidak ada,kemungkinan yang ada di pikirannya saat ini ia telah menjadi abu yang menunggu keluarga untuk mengkremasikannya. Dan lagi-lagi Li merenungkan alasan Sarah menolongnya, “ apakah wanita itu pernah bertemu dengan tuhannya? Mengapa ia sangat patuh? Apakah hati seluruh umat muslim semulia hati wanita itu?” memikirkan hal itu membuat kepala Li kembali pusing, Li pun memilih masuk dan beristirahat di kamarnya.
“Assalamualaikum.. Saraah..” Sarah yang sedang memasak mematikan kompornya dan menelusuri asal suara itu. “waalaikumsalam, ayah..” Sarah menyalami ayahnya.” Ya allah.. nak, kamu berubah sekarang ndok. Sing makin ayu tenan anak ayah.” Terlihat jelas kerinduan di wajah Sudarmin yang sudah hampir 4 tahun tidak bertemu anaknya itu. “Sarah ada tugas yah di Indonesia. Sarah tidak akan lama di sini. Kalau nanti Sarah sudah banyak uang Sarah akan ajak Ayah ke Kairo dan bakal sering balik ke Indonesia yah.” Ucap Sarah membuat Sudarmin bangga dengan anak semata wayang nya itu. “ayah aminkan ndok,asal koe masih di jalan gusti allah, ayah ridho. Oh iyaa ini ada pisang ayah bawa dari rumah kakek. Pas ayah dengar kabar mu ada di sini , ayah langsung cepat -cepat pamit pulang.’’ Sarah pun tersenyum dan begitu bahagianya ia melihat ayahnya terlihat gembira.
Li yang baru usai mandi mendengar Sarah sedang berbicara, Li pun penasaran dengan siapa Sarah berbicara dan menghampiri Sarah yang berada di ruang tamu. Li begitu kaget melihat seseorang yang bersama Sarah begitu pula Sudarmin. “ yah kenalin, dia Li, dan Li ini ayah ku.” Ayahnya menatap Sarah heran. “ Saya Li pak teman Sarah.” Li dan Sudarmin pun bersalaman, namun wajah Sudarmin masih heran,karena ini untuk pertama kali nya Sarah membawa teman lawan jenis pula. “ Nanti bakal aku ceritain yah mengapa Li bisa ada di sini. Sekarang ayah siap -siap aja dulu, bentar lagi udah adzan magrib yah.” Sudarmin Pun menuruti perintah anaknya, dan mengerti dengan sifat anaknya itu.
“ ayah sih tidak mempermasalahkan ndok, temen mu itu tinggal di sini bersama ayah. Tapi apa kata tetangga,sedangkan keyakinan kita saja berbeda. Kau yang berpendidikan akan paham itu, apalagi dia bukan mahrom mu.” Percakapan Sudarmin dan Sarah ternyata di dengar Li secara diam-diam. “ Sarah paham yah, tapi saat ini Li sedang sulit. Bukankah ayah sendiri yang bilang kepada Sarah bahwa berdosa bagi orang yang membiarkan mereka dalam kesulitan sedangkan hanya kita yang mampu membantunya.?” Jawab Sarah lembut. “ yang kamu katakan itu benar ndok, tapi ayah harap keberadaan Li dan kamu di sini tidak menjadi fitnah bagi warga sekitar.” Sudarmin memberikan pengertiaan kepada anaknya. Dan Sarah sangat mengerti maksud ayahnya itu. “ Baiklah yah, Sarah akan bicarakan hal ini kepada Li . Insyaallah besok Sarah akan pulang ke Jakarta yah,dan melanjutkan perjalanan ke Kairo.” Mendengarkan hal itu Sudarmin sedih. Namun apa mau di kata ini lah yang di inginkannya, memlihat anaknya sukses.
Setelah mendengar pernyataan Sarah yang terakhir, Li terkejut. Secepat itukah Sarah pergi sedangkan dirinya belum mengenali Sarah begitu dalam. Meskipun terbilang baru, Li merasa Sarah adalah wanita hebat, selain kecerdasannya ia merupakan perempuan yang tekun dalam menggapai apa yang ia inginkan. “akankah wanita seperti Sarah dapat ku temukan lagi?sepertinya tidak.’’ Grutu Li dalam hati.
Keesokan harinya ,Li melihat Sarah bersiap untuk berangkat. Li pun menghampiri Sarah untuk menanyakan kebenaran itu. “Sarah.” Sarah hanya menolah dan tersenyum. “apakah hari ini kau akan ke Jakarta?” Sarah hanya menjawab “ Insyaallah,jika Allah mengizinkan.” Li mengikuti kemana Sarah pergi. “ Secepat itu? Keadaan di Jakarta belum seutuhnya aman. Dan kau sendirian Sarah. Aku tidak bisa membiarkan mu pergi.” Sarah tetap berjalan dan Li mengekorinya. Hingga mereka berdua sampai di ruang tamu. “ tugas ku telah usai Li,aku harus segera menyerahkannya. Dan kau tidak perlu mengkhawatirkanku . aku tidak lah sendirian. Karena ada Allah yang selalu menjaga ku.” Jawab Sarah. “apakah tuhan mu hanya menjaga kau ?” Li kembali mempertanyakan hal yang konyol, membuat Sarah tersenyum. “ allah akan menjaga seluruh umatnya termasuk kau.” Li masih tidak mengerti.” Jikalau tuhan menjaga ku, mengapa ia membiarkan ku di pukuli komplotan itu?” percakapan mereka berdua di dengar oleh Sudarmin, Sudarmin hanya tersenyum dan menggelengkan kepala nya mendengar pertanyaan Li yang bertubi – tubi di berikan ke Sarah.” Itu salah satu rencana tuhan, hanya ia yang tahu. Dan ia menjaga mu melalui ku, ia mendatangkan ku untuk menolong mu. Mungkin jikalau kau tidak di pukuli komplotan itu , sampai sekarang kau tidak mengenali ku. “ mendengar jawaban Sarah seperti itu membuat Li tersenyum , apa yang di katakan Sarah memanglah benar. “ternyata rencana tuhan begitu indah” tanpa sadar Li mengucapkan itu membuat Sarah kaget dan mencoba mencerna apa yang barusan Lim katakan.
Sarah pun pergi menghampiri Ayahnya untuk berpamitan. Dan Sarah juga berpamitan kepada Li.”izinkan aku untuk mengantar mu ke gerbang Desa. Sarah.” Tanya Li. “ tidak Li,aku bisa sendiri.” Jawab Sarah menolak. “ iyaa nak, biarkan nak Li yang mengantarkan mu. “ pernyataan Sudarmin membuat Sarah mengalah. Li mengantar Sarah ke depan gerbang desa sembari menunggu angkutan umum atau ojek yang lewat.
“Kalau aku boleh tahu kau bekerja dan akan melanjutkan S2 di mana?” tanya Li. “ aku bekerja di salah satu Media Cetak di kairo insyaallah aku akan melanjutkan S2 di Alexandria University.” Jawab Sarah yang masih mengamati jalan berharap ada yang lewat. “ apakah kau akan pulang ke Indonesia lagi ?” tanya Li , “ aku tidak tahu.” Sarah menggelengkan kepalanya. “kapan aku bisa berjumpa dengan mu lagi ?” Li menatap Sarah dan di balas Sarah dengan senyuman. “ jika allah mengizinkan ,maka secepatnya.”

KAMU SEDANG MEMBACA
The Plan in Alexandria's
Novela JuvenilNama International Media Network mulai di kenal pada tahun 2011 saat perusahaan ini mampu mengangkat berita mengenai Revolusi Mesir. Dimana Adrian (36th ) alias Li di bantu tim mampu menaklukan rasa takutnya menyusuri konflik antara pendukung Muhamm...