"Diam kalian semua!!Kamu Nandra, baca yang keras!!"
Seketika suasana ruang kelas yang gaduh pun hening, bahkan setiap makhluk hidup yang ada di ruangan itu dapat mendengarkan napasnya masing-masing.
"Kok diam saja?! Ayo baca!!"
"Lho Bu,katanya tadi disuruh diam ya saya diam lah." celetuk Nandra, salah satu murid bandel namun bisa dibilang pintar karena mempunyai prestasi yang membanggakan di bidang akademik maupun non akademi.
Sontak seluruh penghuni kelas itu pun tertawa terbahak-bahak karena ucapan konyol Nandra. Bisa dilihat di sana bahwa mimik wajah guru yang sedang mengajar berwarna merah padam karena menahan amarahnya.
"Arzi!! Cepat baca kalimat selanjutnya yang sudah saya bacakan!!" titah sang guru 'legendaris' yang sedang mengajar di kelas XI-IPA2.
Yang ditunjuk pun cepat-cepat membuka bukunya yang tergeletak cantik di atas meja, dari tadi saja Arzi hanya menyangga dagunya di atas meja dan menguap pertanda iya sedang mengantuk, bahkan sesekali ia juga ikut menertawakan kekonyolan yang Nandra buat bersama teman yang ada di belakang bangkunya.
Sang guru yang melihat Arzi kelabakan bak kebakaran jenggot pun menyimpulkan bahwa dari tadi dua murid yang ada pada bangku yang sama itu tidak memperhatikan pelajaran yang sedang ia terangkan.
"Nandra dan Arzi, keluar dari kelas Ibu sekarang!!"
Nandra yang mendergar Bu Beti berteriak seperti itu, ia pun mengeryit keheranan.
"Lah,emang ini kelas Ibu? Ini kan kelas saya." ucap Nandra sambil menyisir rambutnya dengan tangan kebelakang dan menampakkan kharismanya yang mampu melelehkan hati wanita mana saja,--terkecuali Bu Beti tentunya.
Bahkan teman-teman cewek yang melihat ke arahnya sempat tertegun dan menelan ludah masing-masing.
"Berani kamu ya? Cepat keluar kelas atau saya yang akan keluar kelas?!"
mendengar ancaman dari Bu Beti, Nandra bukannya takut malah ia tersenyum bak Romeo dan dengan sigap ia merangkul bahu Arzi yang berada di sebelahnya untuk keluar kelas.Arzi yang diperlakukan seperti itu pun menurut saja, karena ia sama bandelnya dengan Nandra.
Bahkan mereka sempat menyungingkan senyum kepada Bu Beti yang tetap dengan tatapan menusuknya itu.
Langkah Nanda dan Arzi pun terhenti di depan kelas, terlihat bahwa mereka akan mengatakan sesuatu.
"Kantin yuk, gue pengen beli susu coklat nih." ucap Arzi kepada Nandra yang kini tengah menatap koridor yang lenggang karena proses belajar mengajar sedang berlangsung.
"Lo udah gede minumnya susu. Kayak gue dong, marimas!" celetuk Nandra sambil membusungkan dada dan menepuknya dua kali.
Mendengar ucapan Nandra, Arzi pun mengangguk dan menyamakan langkah kakinya dengan Nandra yang sudah lebih dulu menuju kantin.
Tanpa mereka tahu, seisi kelas yang mendengarkan dialog mereka tertawa terbahak-bahak dan terlebih Bu Beti yang geleng-geleng mendengar tingkah anak muridnya.
♚
Bel istirahat telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Suasana kelas yang tadi ramai pun kini keramaiannya telah berpindah ke kantin, perpustakaan, dan lapangan basket.
Kini pinggir lapangan basket dipadati oleh para murid yang didominasi siswi putri karena tengah asyik menonton pertandingan antara kelas XI-IPA2 dan kelas XI-IPS3.
Pertandingan ini bukan karena masalah apa pun, karena memang anak murid SMA Bangsa Merdeka sering melakukan olah raga basket saat istirahat berlangsung.
"SHOOT NDRA!!!"
Arza berteriak, dan Nadra yang tengah mengiring bola basket menuju ring pun semakin semangat. Nandra mendaratkan bola basket menuju ring dengan mulus. Padahal, sebelumnya posisi Nandra sedang dibayang-bayangi oleh tim lawan.
Terdengar tepuk tangan dari segala arah. Tepuk tangan itu membuat senyum Nandra merekah dan mengusap peluh keringat yang ada di keningnya.
Arzi berlari kecil menepuk pundak Nandra yang masih ngos-ngosan dengan bangga. Bukan hal yang sulit bagi keduanya untuk melempar bola di garis tiga angka.
Nandra dan Arzi yang sudah lelah mencetak angka pun duduk di pinggir lapangan dan meluruskan kakinya yang kebas karena lelah berlari.
Ketika Nandra sedang menali sepatunya yang sedang terlepas, tiba-tiba ada yang menyodorkan minuman isotonik kepadanya.
Nandra mendongak, ingin melihat siapa yang ada di depannya saat ini. Dia mendengus samar, namun dengusan itu segera ia tutupi dengan senyuman kecil di wajahnya. Manusia yang ada di depan nya yang diperlakukan seperti itu pun menunduk malu, bahkan Nandra sempat melihat bahwa pipi manusia yang ada di depannya memerah.
Arsha.
"Ini buat kamu." ucapnya malu-malu sambil sesekali mencuri-curi tatapan mata Nandra.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Arsha menyukai Nandra. Dan sudah terbilang banyak bahwa beberapa siswi menyatakan perasaan kepada Nandra, tapi Nandra selalu menolak dengan lembut.
Alasannya terbilang sangat klise, yaitu saat ada yang menyatakan cinta padanya, ia akan berucap seperti ini;
"Maaf sebelumnya. Tapi gue tipe cowok yang mengejar, bukan yang dikejar."
Dan sudah diketahui, bahwa siswi itu berakhir menangis dan mencoba untuk melupakannya. Dan Nandra tetaplah Nandra yang angkuh dengan sifat dinginnya itu.
Oke, kembali ke benang merah.
Nandra pun menerima minuman isotonik yang ditujukan padanya, tak lupa, ia juga berterimakasih kepada sang pemilik minuman itu tadi.
Arzi yang melihat minuman isotonik itu menelan ludah, ia sedang membayangkan betapa nikmatnya saat minuman itu meluncur melalui tenggorokannya yang kering. Pasti sangat nikmat, oke ini berlebihan.
Nandra yang sudah hapal betul dengan tabiat sahabatnya yang satu ini pun geleng-geleng kepala dan segera melempar botol minuman itu ke arah Arzi.
Arzi pun dengan sigap menangkapnya dan melayangkan tatapan bingung kepada Nandra,Nandra yang paham pun menggangguk dan tersenyum,pertanda bahwa minuman itu ia berikan cuma-cuma kepada Arzi.
Dan tanpa mereka tahu,ada satu hati yang terpatahkan melihat itu semua.
Nyatanya,ia hanyalah sebuah bayang yang tak dianggap. Dan bayangan itu sering menghilang tanpa pengetahuan sang pemilik.
♚
Monday,April 17 2017