Kesialan

32 4 0
                                    


Suara langkah kaki yang menghentak-hentak terdengar di koridor yang lenggang.

Tangannya memegang skateboard dan tas yang tersampir hanya di satu bahu saja.

Rambutnya berkibas-kibas karena diterpa angin, seragam yang keluar dan belum dikancingkan menampakkan kaos putih polos yang membalut dada bidangnya. Oh, jangan lupakan tali sepatu converse buluknya yang tidak terikat.

Alasannya telat pagi ini sama dengan alasan telatnya pagi-pagi sebelumnya.

Napasnya tersenggal-senggal dan dahinya meluncurkan bulir-bulir bening yang sudah bergerumul di sana.

Ia mengecek jam hitam yang melingkar di tangannya sekali lagi, saat matanya menyipit untuk melihat jarum jam menunjukkan di angka berapa, tiba-tiba ada sesuatu yang menghalangi jalannya dan ia pun jatuh dengan manusia yang ada di hadapannya kini.

Brukk

Keduanya mengaduh kesakitan, sang cowok pun segera berdiri dan menepuk-nepuk seragamnya yang kotor terkena debu.

Sedangkan wanita yang ada di hadapannya kini masih dalam posisi yang sama, dan yang berbeda kini adalah, ia memegangi lututnya yang lecet akibat bergesekan dengan lantai.

Sang cowok yang melihat hal itu pun kelimpungan sendiri, ia bingung harus bagaimana. Ia harus memilih salah satu, pergi ke kelas atau bertangunggung jawab atas apa yang telah ia lakukan?

Tunggu, ia harus bertangunggung jawab karena apa? Ia tidak menghamili cewek yang ada di hadapannya ini 'kan?

Ah! Pikiran macam apa itu!

"Maaf, ayo gue bantu berdiri." ucap sang cowok sambil mengulurkan tangannya kapada sang cewek.

Sang cewek pun mengernyit bingung, ia meneliti tubuh cowok yang ada di hadapannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Lo tuh jalan pake mata! Ada orang segede gini main lo sruduk aja. Sakit nih kaki gue!!"

Nandra tertegun, baru kali ini ia mendengar berjalan pake mata, biasanya ia berjalan pakai kaki, bagaimana jika mata yang dibuat berjalan? Bagaimana kalau mata itu menginjak paku? Bagaimana kalau mata itu menginjak tai?

Nandra pun segera menggeleng atas apa yang dipikirkannya.

Ia kini juga memperhatikan cewek yang ada dihadapannya, ia tidak pernah melihat wajahnya sama sekali, dan ia juga tersadar bahwa cewek ini dengan lantang membentaknya. Biasanya setiap perempuan yang melihatnya akan terpana, berkata lemah lembut, dan bersikap malu-malu--kecuali Bu Beti dan guru yang ada di sekolah ini tentunya--, namun beda dengan yang satu ini.

Tanpa menghiraukan kata-kata dari cewek tadi, ia pun memindahkan tas yang ada di punggungnya untuk dialihkan ke depan, ia juga menaruh skateboard nya ke dalam tas, walaupun sedikit menyembul, karena panjang skateboard lebih panjang dari pada panjang tasnya itu.

Setelah melakukan itu, ia pun berjongkok dihadapan cewek tadi. Cewek itu pun binggung apa yang tengah dilakukan Nandra.

"Kenapa nih cowok? Nahan berak?"  batinnya dalam hati.

Nandra yang merasa didiamkan pun kini meraih tangan sang cewek untuk mengalungkan di bahunya.

"Eh ngapain lo? Lo mau macem-macem sama gue? Gue tinju baru tahu rasa lo!" ucap sang cewek menggebu-ngebu saat telah berada di gendongan Nandra, Nandra yang baru menemukan spesies cewek yang seperti ini pun tersenyum samar.

"Gue mau ke UKS. Mau ngobatin luka lo." ucap Nandra dengan tulus, sang cewek yang mendengar hal itu pun terdiam seketika.

Bahkan adik kelas yang sedang pelajaran olah raga di lapangan melihat adegan itu pun hanya berteriak histeris karena melihat idola mereka mengendong cewek, dan mereka lebih penasaran siapa cewek yang menengelamkan kepalanya di bahu Nandra karena malu.

CONFIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang