f i n a l.

336 45 5
                                    

     Sehun mengumpat ketika seseorang menarik selimut tebal yang mendekap tubuhnya. Cahaya matahari yang memantul dari jendela kamarnya yang terbuka langsung menyentuh kulit putihnya dan ia mengerang kesal. Berbanding terbalik dengan orang yang diganggu, Jackson malah dengan berani menarik kaki Sehun dan menjatuhkannya ke lantai karpet yang dingin. Ia tahu betul bahwa hanya dengan cara seperti itulah Sehun akan membuka matanya.

     "Ya Tuhan, Jackson! Ini minggu pagi dan kau sudah mengacaukan tidurku?!" Sehun berteriak dengan suara serak akibat baru bangun tidur dan nadanya terdengar melengking di akhir kalimat. "Kau gila atau apa sih?! Pulang sana dan lanjutkan tidurmu!"

     Jackson memberikan senyuman polosnya pada si sahabat yang sedang moody. Ia duduk di sebelah Sehun dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku butuh bantuanmu, kawan. Jaebum sedang pergi ke luar kota bersama keluarganya dan Namjoon sedang ada kencan. Kumohon temani aku ke perpustakaan, ya? Ayolah, kau 'kan temanku yang paling baik."

     Sehun memicingkan matanya, menatap Jackson dengan tatapan tajam. "Barusan kau seperti menyatakan secara tidak langsung bahwa aku pengangguran?"

     "Eh?" Jackson mengerutkan dahi, tampak binggung dengan tuduhan yang dilontarkan Sehun. Namun sedetik kemudian ia merubah ekspresi wajahnya dengan tatapan memelas. "Kau tahu aku tidak bermaksud menyinggungmu, 'kan? Lagipula kau tidak punya acara hari ini. Tolong antarkan aku ke perpustakaan, ya?"

     Sehun menggigit bibir bawahnya untuk menahan emosi. Ia memejamkan mata sejenak dan membukanya lagi hanya untuk melihat raut wajah ala anak anjing yang sedang ditampilkan oleh Jackson. Ia mendengus kesal sebelum akhirnya menjawab dengan sangat terpaksa, "Baiklah, akan kutemani kau. Sekarang keluar dari kamarku dan tolong jangan ambil apapun dari kulkasku."

     Jackson mengangguk tanpa pikir panjang dan memberi hormat kepada Sehun yang sudah beranjak dari kasurnya terlebih dulu. "Siap, komandan!"

***

     "Kita sudah sampai!" Jackson berseru dengan lantang sesudah memarkirkan mobil miliknya di tempat parkir kosong. Di arah timur, dapat terlihat dengan jelas papan bertuliskan Perpustakaan Nasional Seoul. Ia melepas sabuk pengaman dan bersiap untuk turun dari mobil. Tetapi pergerakannya terhenti ketika melihat ke samping, lebih tepatnya ke arah Sehun. Temannya itu masih menggunakan sabuk pengaman dan lagi, ia mengeluarkan handphone miliknya untuk bermain video game.

     "Hei, kau tidak akan membiarkan aku masuk sendirian kesana kan?"

     Sehun menggidikan bahunya acuh. "Aku rasa aku tidak ada urusan di dalam sana. Cepat kembali atau aku akan pulang sendiri menggunakan Uber."

     Jackson merengut karena jawaban cuek dari sahabatnya. "Kau jahat sekali, sih!? Aku mengajakmu kesini bukan untuk menungguku di mobil, tahu. Ayo turun, nanti kutraktir bubble tea, deh sepulang dari sini."

     Sehun melirik sebentar ke arah Jackson yang memasang tampang super melas sebelum memutar bola matanya malas. "Ih, kau ini benar‒benar menyebalkan!" Ia buru‒buru melepas sabuk pengamannya dengan kasar dan membuka pintu mobil sebelum membantingnya dengan keras.

     Jackson meringis kecil saat mendengar bunyi yang dihasilkan oleh perbuatan Sehun dan menyusul lelaki tersebut yang sudah lebih dulu melangkahkan kaki jenjangnya ke pintu masuk perpustakaan.

     "Jadi, kau mau pinjam buku apa?" Sehun bertanya saat keduanya telah memasuki gedung perpustakaan. Rak‒rak tinggi menjulang berjejeran, menampilkan berbagai macam deretan genre buku yang ada disana.

     Jackson menoleh kearahnya sesaat setelah mendengar pertanyaan dari Sehun dan mendengus pelan. "Ini 2017, Sehun. Siapa yang masih mau repot‒repot meminjam buku jika kau bisa memotretnya dan mencetaknya nanti?"

One in a Million (Versi Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang