BAB 5

31 4 0
                                    

"No matter how strong i am. I always have a limit"

Debar jantung Asyif menggebu-gebu. Seketika darahnya terasa berdesir lebih cepat. Seakan-akan awan mengajak nya terbang tinggi ke langit untuk menggapai bintang. Indah gemerlapan malam ini bagi Asyif.

"Anjir, gue harus ngapain. Astaga, oiya gue harus cerita ke Anggi!!!" Ucap Asyif sambil mencari contact  Anggia di-Line.

Me: ANGGIAAAA MAU CERITAA GII

Satu menit. Dua menit. Tiga menit.

Anggia: Apss cuyungkuu?

Me: Hari rabu nanti. Pas libur. Gua bakal nonton sama Davi. Astaga gua gapercaya.

Anggia: WHOAAA I CAN'T BELIEVE!!!

Anggia: gila gilaaa anjirr. Semoga nanti ga awkward, abis itu lu sama dia jadi makin deket. Amin yatuhan.

Me: Ok, thankschuuu anggiaaa kuu sayangg. Deg-degan iiii

Anggia: calm down aja.

"Oke gue mesti calmdown." Batin Asyif.

Malam ini terasa sangat panjang, mata Asyif tak bisa terpejam. Asyif selalu saja teringat bayang-bayang wajah Davi. Mata binarnya, yang selalu mendamaikan perasaan Asyif. Sebenarnya, Asyif mengidap Insomnia yang tergolong cukup parah. Tiga hari tidak tidur pun rasanya sudah menjadi hal yang menjadi kebiasaan. Padahal, Asyif sering olahraga dan minum susu sebelum tidur. Namun, hal itu tetap saja tidak ada pengaruhnya. Sampai-sampai jika Asyif ingin tertidur, Ia harus meminum obat. Obat itu dianjurkan oleh dokter untuk diminum Asyif setiap sehari sekali sebelum tidur. Agar asyif bisa tertidur dan melewatkan malam yang panjang. Namun, Asyif jarang -sangat jarang- meminum obat itu. Takut candu, pikir asyif. Hingga rasanya, Ia sangat rindu pada mimpi nya. Mimpi yang kadang kala lebih indah daripada kenyataan yang ternyata lebih pahit dua kali lipat. Efek sampingnya, Asyif seringkali merasa kepalanya sangat berat. Hingga rasanya sangat sulit untuk berdiri. Pening rasanya jika terlalu lama berdiri. Apalagi jika harus disuruh berlari setiap kali pelajaran olahraga. Yaa, inilah diri Asyif yang sebenarnya. Yang tidak diketahui orang lain, rasa sakit. Yang selalu Ia sembunyikan dengan senyum dan tawanya yang ceria.

***

"Dek, ayo bangun udah pagi. Kamu harus sekolah. Berangkat nya bareng sama abang yaa. Mama sama papa duluan. Hati-hati yaa sayang" ucap Bunda Asyif sambil mengecup kening Asyif.

Asyif pun yang masih setengah sadar, bangun, lalu salim kepada bundanya. Bunda dan ayah nya pun langsung pergi menuju kantor.

Selesai membereskan tempat tidur dan mandi. Asyif langsung turun kelantai bawah. Dan menuju ke dapur.

"Bang, tumben ga beli bubur?" Ucap Asyif.

"Iya tadi abang-abangnya ga lewat dek. Makan roti aja ya, tadi udah dibuatin susu tuh sama Bunda."

Asyif hanya mengangguk-angguk. Selesai sarapan Asyif mengambil tas.

"Oiya handphone". Asyif pun naik lagi ke lantai dua untuk mengambil hp yang ada di nakas tempat tidurnya.

"Bangg ayo berangkat" teriak asyif dari lantai dua.

More Than You ThinkWhere stories live. Discover now