BAB 4

73 10 3
                                    

"Not about what do you want. But, about what do you need"

Seharian menghabiskan waktu bersama teman-teman bodohnya itu, terasa berlalu dengan cepat. Rasa-rasanya baru tadi pagi Asyif terbangun menatap matahari yang sendu melihat Asyif karena tertutup Awan hitam. Rasa-rasanya baru saja Asyif pergi bersama Davi. Rasanya baru saja tadi dia menatap binar mata Davi. Entah mengapa, tiap kali Asyifa menatap Davi. Asyif selalu merasa tenang, damai. Ia sangat ingin terus menerus menatap dengan dekat binar mata coklat Davi. Namun, apa daya. Asyif bukan siapa-siapa, Asyif hanya bisa menatap matanya dari kejauhan. Rasa-rasanya baru saja Asyif... terjatuh pada hati seorang Aldafi.

***

"Eh Syif, kita beli dimana nih pewarna nya?" Tanya Davi sambil mengangkat alisnya.

"Di depan perumahan ada kok. Duh mendung lagi, lu sih bukannya manggil pawang ujan dulu. Bilang 'mbah tolong jangan ujan kasian asip' gitu kek" sungut Asyif sambil berjalan beriringan bersama Davi.

"Lagian kenapa bukan si Pandji aja sih yang beli? Kan mager gua nya" ujar Davi seperti anak kecil. 'Astaga makin ganteng aja si lu' batin asyif.

"Ya salah lu lah, kenapa ga bawa Pewarna nya? Masih bagus gue temenin biar lu ga nyasar" Ucap Asyif samhil memutar bola matanya itu. Davi hanya melihatnya.

Entah kenapa mata Asyif mengingatkan Davi tentang Mantan-nya itu. Astaga, tidak mungkin seorang Davi menyukai Asyif hanya karena Asyif memiliki mata yang serupa dengan Mantan-nya.

***

"Yah Dav ujan, gimana nii nanti Pewarna nya malah basah" sungut Asyif kebingungan, sambil menutupi kepalanya dengan kantung plastik yang seharusnya digunakan untuk menyimpan pewarna itu

"Sini sini diplastikin aja, itu pala lu gausah pake plastik gitu" ujar Davi. Sambil mengambil Plastik yang ada dikepala Asyif. Mata Davi, yang kecoklatan terlihat sangat Indah sekarang ini. Mereka saling bertatapan selama beberapa detik. Dan awkward moment pun terjadi.

"Eh, uhm. Terus ehm, gimana pulangnya?? Gue gabawa payung Dav" ucap Asyif sambil menutupu rona merah dipipinya itu.

"Ehm, ujan ujanan aja yuk? Mau ga? Ayoo ujan ujanan" tanpa menunggu jawaban dari Asyif, Davi langsung menarik tangan Asyif. Rintik hujan langsung menyerbu mereka. Tetesan demi tetesan berjatuhan. Entah mengapa mereka malah tertawa-tawa dibawah rintik hujan. Layaknya anak kecil yang di bolehkan ibunya bermain hujan.

'Davi suka hujan, dan gue. Suka davi' batin asyif berdebar.

Entah kenapa, siang hari yang hujan kala itu terasa cepat bagi Asyif. Entah mengapa apapun yang Indah selalu berjalan dengan cepat. Kadang, Asyif berpikir Ia sangat ingin menghentikan waktu. Ya, agar dia bisa berlama-lama bahagia dan selalu bahagia. Dan juga karena hal tadi. Karena Asyif ingin berlama-lama bahagia  bersama Davi.

***

"Bangg Laskar, bubur asip kok gaada di meja makan sih??" Ucap asyif kebingungan.

"Gua makan tadi hehe sorry yaa" Ujar Bang Laskar sambil melemparkan senyum pada Adik ter-bawel nya itu.

Asyif hanya memutar bola matanya. Lalu berjalan menuju kamar. Tiba-tiba muncul Pop-up Line di handphone Asyif yang tergeletak dikasur.

More Than You ThinkWhere stories live. Discover now