Kenalkan, aku Jungkai...

203 6 1
                                    

Aku harus memperkenalkan diri dengan banyak pertimbangan dan alasan. Semua orang sekarang punya nama dan dikenal melalui namanya. Koruptor punya nama, artis kanker punya nama, calon gubernur punya nama, ustad mesum juga punya nama. Masa orang biasa sepertiku yang hanya anak petani nggak punya nama. Harus punya juga dong, biar bisa seperti kebanyakan manusia lainnya.
Untuk itulah, semua orang harus tahu namaku. Semakin banyak orang tahu namaku, makin terkenallah aku. Setidaknya begitu rumus sederhananya. Eksistensi harus ada disetiap sudut kehidupan manusia, begitu katanya. Untuk itu, kenalkan aku Jungkai. Setidaknya begitu orang-orang memanggilku dan mengenalku. Sebenarnya nama asli jauh lebih keren dan lebih panjang daripada itu, karna kepanjangan, jadi tidak usah dituliskan karna akan sulit sekali di ingat. Jadi Jungkai juga sudah cukup keren untuk dikenal orang.
Nama Jungkai didapat bukan tanpa alasan dan latarbelakang masalalu. Nama itu pertama kali didapat saat  bersekolah dikampung ayahku. konon kabarnya, nama itu adalah nama seorang jagoan dan legenda kampung yang pernah tinggal disana. Tidak ada orang kampung yang tidak mengenal Jungkai bahkan sampai saat aku mewarisi namanya, nama itu tetap harum dan sedikit asem bagi kebanyakan orang disana. Dan sekarang aku adalah pewaris resmi dari nama jagoan dan legenda tersebut.
Aku mendapatkan namanya bukan hanya cuma-cuma dan tanpa perjuangan. Tidak ada didunia ini yang gratis setidaknya untuk anak petani sepertiku. Berbekal memecahkan batang hidung anak pribumi dan lebih senior dari, aku secara lansung dinamai si Jungkai.
Saat pertama kali ke sekolah itu, aku adalah salah satu dari sedikit siswa sebagai pendatang dan bukan asli anak kampung itu, walaupun sebenarnya ayahku adalah orang asli disana. Tapi tak banyak yang tahu kenyataan itu. Jadilah aku dan beberapa orang lainnya sebagai pendatang dibully dan di olok-olok sebagai anak udik dan kampungan oleh senior-senior disana. Perlakuan Rasis memang tak pernah menyenangkan. Karna alasan itu, aku jadi tak segan mematahkan batang hidungnya dan membuat yang lainnya berhenti mengolok-olok.
Ingatlah namaku, Jungkai....

JUNGKAI SI PETANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang