Bagian 4

51 1 0
                                    

Yang jelas semua terasa aneh saat waktu menemukan aku denganmu
——————————————————
Semenjak kejadian tersebut, Nayena sangat kesal bila bertemu dengan Genahen. Ingin rasanya Nayena menamparnya dan memakinya, tapi dia sadar untuk apa melakukan hal tersebut toh itu terjadi secara tidak sengaja.

"Bagi yang ingin mengikuti lomba kreasi syair dan melodi harap segera menuju ke ruang informasi sekarang. Terimakasih."

Pengumuman tersebut tak disia-siakan oleh mereka—Genahen dan Nayena. Mereka bergegas ke ruang informasi. Sesaat mereka terkejut karena tidak sengaja memegang handle pintu secara bersamaan. Mereka langsung kembali ke alam sadar dan segera Genahen membuka pintu ruang informasi, merekapun masuk dan menemui Pak Made—guru sastra yang mengumumkan pengumuman tadi.

"Bapak yang tadi mengumumkan?" Tanya Genahen.

"Iya, saya sudah menduga kalau kamu akan daftar. Hm, apa kau mau juga daftar Nay?" Tawar Pak Made.

"Tentu Pak, saya senang membuat syair. Maka dari itu saya menuju kemari untuk mendaftarkan diri." Jelas Nayena panjang lebar.

"Baiklah, kebetulan setiap sekolah hanya mengirimkan 2 perwakilan maka Bapak akan mengirimkan kalian berdua untuk lomba." Kata Pak Made. Mereka tersenyum senang.

"Nanti akan Bapak jelaskan prosedur lombanya bagaimana, nanti kalian akan menyiapkannya sendiri." Sambung Pak Made.

"Siap pak!" Seru mereka berdua—Genahen dan Nayena.

Mereka segera berlalu ke kelas masing-masing, Nayena berjalan berada didepan Genahen dan Genahen hanya kikuk dan mengalah agar Nayena berjalan dulu didepannya. Nayena segera masuk kelas dan duduk dibangkunya lalu membuka buku dan pulpen yang menjadi sahabat setianya. Ia mengotak-atik pulpen diatas kertas, untuk pertamakalinya dia benar-benar tidak bisa berkonsentrasi membuat karya sastra.

"Ada apa denganku? Kenapa konsentrasiku pecah? Kenapa tibatiba aku teringat kejadian itu? Ah tidak tidak, aku gaboleh suka sama dia! Dia kan orang yang menyebalkan!" Gumamnya. Dia mengambil nafas dalam-dalam, menghembuskan lewat mulut—diulangi sebanyak 3x dan minum air putih untuk menenangkan dirinya.

Genahen sedari tadi tak bisa berhenti tersenyum, Arnez memperhatikan dengan tatapan aneh dan sulit dimengerti.

"Ngapain kamu senyum-senyum? Udah sinting mas?" Tanya Arnez terkekeh, Genahen mendengus kesal.

"Sinting aku punya sahabat kayak kamu." Jawab Genahen asal.

"Widiw, masa gitu ahh?" Goda Arnez dengan nada yang dibuat-buat seperti wanita yang sedang menggoda lelaki.

"Jijay bet dah, gila suaramu bikin geli hahaha." Genahen tertawa mendengar suara Arnez yang menggelikan.

"Ya abisnya gabiasanya kamu senyam senyum sendiri gaada sebab. Jatuh cinta ya? Tjie tjie, sapa nih yang bikin mister sok ganteng imoetku jatuh hati?" Tanya Arnez dengan nada yang dibuat-buat untuk menggoda Genahen dengan menangkupkan tangannya ke wajahnya sendiri.

"Dih alay, jijik. Kok bisa ya aku sahabatan sama anak mak mak rempong gini. Huhh.." Genahen hanya menghembuskan nafasnya asal. Dia tidak menggubris godaan Arnez. Dia hanya acuh dan memikirkan lagu apa yang dibawakannya.

"Heh! Malah diem, mister sok ganteng gini ya kalo jatuh cinta mendadak diem, mendadak senyum-senyum, emang jatuh cinta itu mendadak mister biasakan dirimu untuk itu." Arnez berkata dengan percaya diri sambil mengangkat alisnya sebelah. Genahen terkejut dan hanya menoleh.

"Ngelanturmu jauh kayak mak mak ke pasar mau beli pindang malah beli bawang goreng." Genahen hanya menggelengkan kepala mendengar kata-kata sahabat ter-sontoloyo ini.

Tak terasa sudah hari H lomba, mereka berdua berangkat dengan Pak Made sebagai official. Mereka berangkat menggunakan mobil sekolah. Mereka diantar oleh panitia menuju basecamp yang sudah disediakan, merekapun bergegas meletakkan barang-barang mereka di basecamp.

"Kalian sudah siap untuk lomba ini?" Tanya Pak Made memastikan.

"Siap pak." Mereka berkata serempak dengan tersenyum yakin.

"Baguslah, Bapak tinggal sebentar. Bapak akan mengurus administrasi dan mencari makan sebentar." Pamit Pak Made.

"Ya Pak." Jawab Genahen dan disertai anggukan Nayena.

Mereka berdua hanya berdiam dan canggung. Genahen sedang menyibukkan dirinya dengan jiwa hidupnya-biola, sedang Nayena memilih mengoreksi ulang karyanya dan menyibukkan diri dengan novel yang dibawanya. Saat Genahen menggesek biolanya, spontan Nayena menoleh kearah Genahan dan melihat wajahnya yang damai saat memainkan biolanya.

"Wajahmu damai saat memainkan biola, seakan kamu terbang ringan tanpa beban." Gumam Nayena pelan. Untungnya Genahen tidak mendengar karena sibuk dengan biolanya.

Setelah Genahen selesai memainkan, Nayena lantas bertepuk tangan dan terkagum.

"Aku suka kalo kamu main biola Gen, wajahmu tenang. Tapi kalo lagi biasa, kayak macan garang hahaha." Nayena terkekeh dan segera membekap mulutnya akibat Genahen melotot kearahnya.

"Dih, canda ding serius banget deh. Kan aku cuman bilang, emang salah apa?" Nayena hanya mendengus kesal dan segera berlalu.

Genahen hanya menggeleng kepala melihat Nayena.

"Dasar gadis aneh." Gumamnya, dan Nayena mendengarnya.

"Apa kamu bilang?! Gadis Aneh?! Kamu tuh cowok sok ganteng, sok cool, sok cuek, kalo emang tersanjung ya tersanjung aja gausa sok-sok jual mahal deh. Gapantes!" Sindir Nayena. Dia benar-benar kesal dengan cowok yang satu ini.

"Mau aku sok jual mahal serah aku dong, emang kamu siapa? Berhak atas apa kamu sama aku hah?!" Balas Genahen sengit.

"Cih, sok jual mahal sampe lari dari tanggung jawab gitu iya?!" Sindir Nayena lagi.

"Bodo amat, yang jelas kamu gadis aneh." Genahen segera berlalu pergi dan tidak ingin melanjutkan perdebatan konyol itu.

"Oh jadi kamu bilang aku gadis aneh? Kita liat aja, awas kalo sampe kamu mengejar gadis yang kamu bilang aneh ini. Pesonamu bisa ku taklukan dengan keanehanku mister sok cool, inget itu!" Ancam Nayena berlalu pergi, mengambil i-pod, camilan, dan novel.

Kata-kata tersebut terngiang dikepala Genahen, ia menjadi gusar dan tenang.

"Gamungkin aku suka sama gadis aneh itu, gaboleh! Dasar gadis aneh!"  Genahen mengambil air putih dan mengambil napas untuk menenangkan diri.

Syair dan Melodi [VAKUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang