Bagian 2

68 4 0
                                    

Ingin rasanya membuat semua berhenti, namun lagi-lagi itu bukan kuasa kita sebagai makhluk berakal budi.
——————————————————
Arnez pun menghampiri Genahen yang sudah sibuk dengan gadgetnya sejak tadi. Arnez membawa 2 porsi pangsit kesukaan mereka.

"Lah tumben kamu beli 2 porsi? Laper mas?" Ledek Genahen.

"Enak aja, udah dibeliin malah ngeledek. Aku abisin semua nih. Aku beliin ini buat kamu tau, kan gamungkin aku makan sendiri kalo sohibku gamakan." Kata Arnez. dengan senyum percaya dirinya.

"Waw, bisa gitu ya. Yasudahlah makasi teman terrrrrrbaik akuu." Ucap Genahen meniru gaya kura-kura pada dongeng 'pada zaman dahulu'.
"Bilang baik pas dibeliin, dasar temen." Genahen hanya terkekeh saja.

Nayena pun melintas didepan mereka, namun dia tidak melihat mereka. Nayena sedang asik mengantri untuk membeli nasi krawu dan terangbulan favoritnya. Arnez kembali menyapa Nayena.

"Hai!" Sapa Arnez.

"Eh kalian, hai!" Balas Nayena.

"Beli apa kamu?" Kaliini Genahen yang bertanya. Nayena sedikit terkejut dengan suara Genahen yang cukup berat dan menandakan orang friendly sebetulnya.

"Hm, aku beli nasi krawu dan terangbulan favoritku hehe. Kamu sendiri pesan apa? Pangsit?" Tanya Nayena sedikit gugup. Karena dia masih belum mengontrol keterkejutannya.

"Iya pangsit, sebenarnya bukan aku yang pesen. Nih tuyul sebelah yang tibatiba baik hati bak malaikat bawain pangsit." Jawab Genahen tertawa kecil sambil matanya melirik ke Arnez. Arnez yang dibilang tuyul hanya mendengus kesal.

Nayena hanya terkekeh melihat mereka, dia tidak menyangka ternyata Genahen mempunyai selera yang unik soal humor.

"Bisa gitu ya hen hahaha." Nayena tertawa dengan candaan Genahen.

"Hm, sepertinya aku harus kembali ke kelas. Okay, dadah." Pamit Nayena dengan melambaikan tangan. Mereka pun membalas lambaian tangan sebelum Nayena pergi dari hadapan mereka.

Sejak Nayena pergi dari hadapan mereka beberapa lalu, diwajah Genahen terbentuk lengkung senyum. Didalam hatinya sangat terkesima dengan rambut panjang lurus berwarna hitam dan tergerai bebas terkena angin. Ingin dia menyentuh sejumput rambut Nayena, namun segera ia tepis bayangan tersebut. Arnez yang memperhatikannya hanya tersenyum samar.

"Sepertinya kamu terkesima sama Nayena, Gen. Ya ku doakan saja yang terbaik." Batin Arnez.

"Rambutnya sangat ringan tergerai lepas tersipu angin. Aku suka saat rambut mengenai wajahnya. Sangat menarik meskipun dia terlihat biasa saja, seperti ada inner-beauty yang disembunyikan." Batin Genahen dalam kekagumannya.

Mereka tersadar dari batin mereka dan segera beranjak menuju ke kelas. Sepanjang perjalanan, Genahen terbayang dengan rambut hitam pekat Nayena yang memikat. Arnez yang mengerti kondisi sahabatnya mendadak terdiam, dia hanya tersenyum penuh arti.

Nayena sendiri tidak menyangka jika ternyata Genahen memiliki selera humor yang unik.
"Tapi sayang dia cuek, hhh.." Batinnya seraya berdesis. Diapun melanjutkan karya sastranya, entah apa yang muncul dari pikirannya hingga secara tak sadar menggambarkan sosok Genahen.

Angin sejuk menerpa,
Alunan melodi membangunkan jiwa
Terhanyut..
Tenggelam..
Dalam angan melodi yang diciptakan.
Senyummu yang angkuh,
Bayangmu seperti angin,
Cepat datang dan pergi tanpa kuingin
Kamu seperti gunung terjal yang harus ku daki.
Kamu seperti ujian, aku yang memperjuangkan dan kamu diam tanpa beban.
Semoga, akan ada keajaiban yang dikirim Tuhan.
-Nay

Sejenak ia tertegun dengan karyanya sendiri, dan tampak berpikir kenapa karyanya bisa keluar begitu saja diluar imajinasinya. Bukan pertamakalinya, tapi karyanya ini merujuk pada seseorang dan dia hanya terdiam melihat karyanya.

"Apa maksudnya ini? Kenapa aku begini?" Gumam Nayena.

Syair dan Melodi [VAKUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang