Semenjak kejadian tersebut, mereka menjadi acuh tak acuh. Mereka hanya saling diam didalam basecamp. Nayena sibuk dengan novelnya dan Genahen sibuk dengan gadgetnya. Panggilan Pak Made cukup mengejutkan kesibukan mereka.
"Nay, Gen!" Mereka kompak menoleh kearah Pak Made.
"Ya Pak?" Saut Genahen, dan hanya disambut senyum tipis oleh Nayena.
"Maaf ya bapak tinggal lama, tadi administrasinya lama mengantri dan sekalian bapak tadi mencari makan." Terang Pak Made, dan hanya dibalas anggukan oleh mereka.
"Lalu prosedurnya nanti gimana?" Tanya Nayena.
"Nanti lomba kalian begini.." Pak Made menjelaskan dengan saksama dan rinci, mereka mendengarkan dengan saksama.
"Gimana? Sudah paham?" Tanya Pak Made memastikan.
"Sudah pak" Jawab mereka serempak.
"Baguslah sekarang kalian bersiap, akan ada pengumuman itu pemanggilan peserta lomba." Pinta Pak Made, dan mereka segera bergegas bersiap-siap.
"Pengumuman bagi peserta lomba harap segera menuju ke ruangan yang ditentukan, terimakasih."
Mereka segera bergegas bersalaman dengan Pak Made dan menuju ke ruangan yang telah ditentukan sebelumnya. Mereka berjalan beriringan dengan aura keheningan, dan hanya sesekali melirik. Ternyata tak terasa mereka sampai di RUANG SYAIR—ruangan yang digunakan untuk perlombaan yang berhubungan dengan syair seperti membuat karya sastra dan lain-lain, dan RUANG MELODI—ruangan yang digunakan untuk perlombaan yang berhubungan dengan melodi seperti memainkan alat musik dan lain-lain. Ruang melodi berjarak 2 ruangan dari ruang syair.
Nayena yang sudah sampai di ruangan yang telah ditentukan segera memasuki ruangan dan meninggalkan Genahen tanpa sekata apapun, Genahen pun hanya melihat dan berlalu saja.
"Huh, kenapa aneh begini? Rasanya ada yang kurang." Batin Nayena gelisah.
"Kok gaasik gini ya rasanya, ah kenapasih ini?" Batin Genahen yang tidak tenang.
Di ruangan melodi, tiba giliran Genahen untuk menunjukkan kebolehannya. Genahen pun memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, nama saya Genahen. Saya berasal dari SMA Negeri 1, saya senang bermain biola. Disini saya akan membawakan instrument yang berjudul Angin melodi." Genahen segera mengambil posisi untuk memainkan biola. Dia memainkan dengan sangat emosional, menggugah kalbu setiap juri bahkan ada yang menitihkan airmata saking indahnya permainan biola Genahen.
"Prok..Prok..Prok.."
Ketiga juri sampai melakukan standing-applause kepada Genahen, Genahen merasa tersanjung dan membalas senyuman.
"Permainanmu cukup menyentuh kalbu, saya suka cara kamu menyampaikan emosi yang kamu rasakan. Kebetulan, saya adalah salah satu leader orchestra terkenal di Indonesia. Jika kamu bersedia, saya ingin merekrut kamu menjadi salah satu anggota saya. Ini kartu nama saya." Terang salah satu juri yang menyerahkan kartu nama. Genahen menerima dengan senang.
"Saya akan memikirkan lagi Nyonya, karna saya sudah kelas XII jadi saya sedikit mengurangi kegiatan diluar sekolah. Biola ini saya gunakan sebagai penyalur hobi saya." Ucap Genahen seraya tersenyum.
"Baik, saya tunggu konfirmasi dari kamu. Semoga sukses." Juri tersebut menjabat tangan Genahen dan setelahnya Genahen langsung bergegas keluar dan memikirkan tawaran tadi.
Genahen merasa kehausan dan segera menuju ke kantin mencari minuman. Setelah menemukan, Genahen membeli 2 botol teh dan membawanya ke basecamp.
Sementara Nayena sedang di ruang syair untuk menunjukkan kebolehannya. Dia membaca puisi dengan syairnya bak air mengalir, sangat sejuk jika didengarkan.
"Wah, membacamu sangat bagus. Saya suka cara kamu mengolah setiap kata dan mengatur nada syair. Saya punya tawaran khusus buat kamu, saya senang membuat karya sastra. Bagaimana kalau kita bekerja sama?" Tawar salah satu juri.
"Hm, akan saya pikir-pikir dulu karena saya sudah kelas XII jadi sedikit mengurangi kegiatan diluar sekolah." Ucap Nayena belum memberi kepastian.
"Baiklah, ini kartu nama saya. Jika sudah siap, maka langsung hubungi saya. Saya akan menunggu." Juri tersebut memberi kartu nama dan Nayena mengucapkan terimakasih lalu keluar.
Nayena benar-benar kelelahan, sehingga memutuskan langsung kembali ke basecamp. Saking lelahnya, dia sampai tidak melihat ada Genahen dan tubrukan tak terelakan.
"Aduh! Jalan liat-liat dong! Cewek aneh emang!" Runtuk Genahen.
"Berisik, aku capek." Nayena pergi dengan langkah gontai. Dia segera mencari tempat untuk beristirahat dan tertidur.
"Cewek aneh." Batin Genahen dan bergegas memasuki basecamp lalu melihat Nayena tertidur dengan lelap.
"Cewek aneh kalo tidur lucu. Polos ternyata, kalo udah bangun kayak nenek sihir." Genahen terkekeh kecil melihat Nayena dan beranjak pergi menuju posisinya sendiri. Dia segera meneguk botol teh yang telah dibelinya sampai habis. Sesaat dia lupa kalau membeli 2 botol, kemudian dia melirik kearah botol satu lagi."Eh iyaya, aku beli satu lagi. Buat siapa ya hm? Oh aku kerjain ah cewek aneh." Gumam Genahen tersenyum miring. Genahen pun menuliskan sebuah memo kecil untuk ditempelkan di botol teh tersebut.
"Hai, aku tau kamu kehausan putri cantik. Selamat minum(:"
Genahen terkekeh melihat isi memo tersebut, segera ia letakkan dimeja Nayena dan tertidur.
——————————————————
Haloo,
Bagian ini adalah up terakhir sebelum unas😂. Maklum, author udah kelas IX jadi udah mau detik2 unas. Yang kangen sama Genahen dan Nayena, nanti bakal up lagi langsung 2 bagian buat para readers yang setia ngikutin syair melodi😋Nanti setelah cerita ini akan ada cerita fiksi yang menanti.
Ok readers, see ya😍
Minta doanya ajalah, semoga author sukses unas😂
Sekian cuap2 saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syair dan Melodi [VAKUM]
Teen FictionHanyut dalam alunan, tenggelam dalam kata hati. Satu yang berarti, hadirnya syair dan melodi menjadi penghantar waktu yang tak pernah berhenti.