Bagian 1

107 4 3
                                    

Satu hal yang pasti, waktu tidak bisa ditandai. Pertemuan yang terjadi, memang menjadi saksi. Alasan apapun tetap menjadi Rahasia Illahi.
——————————————————
Bel istirahat berbunyi, menandakan bahwa mereka diberi luang waktu beristirahat sejenak. Genahen mengisi waktu luang dengan bermain biola kesayangannya. Biola yang telah menjadi separuh jiwanya. Nayena berjalan dan tak sengaja mendengar gesekan biola yang menyihir hatinya untuk menuju kearah suara tersebut. Sejenak dia benar-benar terhanyut oleh permainan Genahen yang istimewa.

"Wah sepertinya dia sangat mahir biola. Seperti separuh jiwanya. Aku tersentuh." Gumamnya sambil tersenyum tipis dan berlalu pergi.

Genahen tak sengaja melihat kearah jendela dan sepintas bayangan Nayena yang sedang lewat. Senyum tipis terpancar diwajahnya hanya sebentar lalu melanjutkan lagi permainan biolanya.
"Eh bro, kamu gaikutan ekskul biola? " Tanya teman karibnya—Arnez. Genahen menghentikan 'permainannya.'

"Hm, emang boleh kelas XII? Kan bentar lagi ujian." Tanya Genahen.

"Iya juga sih, kenapa gak dari dulu aja sih kamu ikutan. Kalo sekarang ya udah telat lah, bentar lagi juga ujian." Ucap Arnez sambil meminum teh yang dibelinya di koperasi. Genahen hanya tersenyum kecil.

Berbeda dengan Nayena yang seolah masih terbawa dengan gesekan biola Genahen.

"Permainannya menyentuh hati sekali, aku suka cara dia memainkannya. Serasa aku terhanyut dalam duniaku sendiri. Pesonanya juga oke. Eh, ngomong apasih aku ini!" Gerutu batin Nayena.

Akhirnya Nayena melanjutkan karya sastranya, ia sangat senang membuat karya sastra apalagi puisi. Sudah ratusan bahkan mencapai ribuan puisi yang terpampang dikamar dan perpustakaan bawah tanah miliknya. Tak jarang, ia juga membeli buku-buku sastrawan terkenal untuk menunjang idenya menulis. Nayena juga sudah membuat 5 karangan novel, namun tak ada satupun yang dikirimkan ke penerbit sebab katanya belum siap untuk diterbitkan.

Nayena pun pergi ke kantin, karena perutnya sedang memberi aba-aba untuk diisi. Nayena bertemu dengan Genahen dan juga Arnez.

"Hai Nay!" Sapa Arnez.

"Ya hai Nez, hai Gen!" Balas Nayena dengan melambaikan tangannya. Genahen hanya melirik saja.

"Kau mau kemana? Kok sendirian?" Tanya Arnez.

"Aku mau ke kantin. Biasalah aku ingin sendiri. Yasudah aku duluan ya." Nayena melenggang pergi meninggalkan mereka.

"Bro, gimana Nayena?" Tanya Arnez sambil berjalan menuju kantin dengan senyum jenakanya.

"Apanya yang gimana? Aku gapaham sama ucapanmu." Genahen hanya menanggapinya dengan malas.

"Dasar sok cool!" Arnez menonyor kepala Genahen.

"Apaansih Nez, sakit tau!" Keluh Genahen.

"Mister sok ganteng, bagaimana pendapat anda dengan Nayena?" Tanya Arnez dengan nada yang dibuat-buat.

"B aja." Jawab Genahen flat.

"Aku berasa ngomong sama alien, flat banget. Tau ah, mau beli pangsit laper." Arnez pergi meninggalkan Genahen.
"Dasar aneh." Genahen hanya menggelengkan kepala dan mencari tempat duduk untuknya dan Arneza.

"Emang ada yang istimewa dengan Nayena sampai Arnez sebegitunya membahas dia." Batin Genahen dengan terkekeh kecil mengingat sobatnya membahas Nayena tadi.

Syair dan Melodi [VAKUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang