Hoam…
"Kenapa sih banyak sekali orang yg datang berkonsultasi,kenapa tak sehari saja sepi."
"Sudah tau jam segini udah tutup dan masih saja universitas bodoh ini menyuruhku melakukan wawancara para mahasiswa baru."
"Aku butuh seorang asisten."
My Diary Khusina Story
Sejak sepuluh tahun aku mengejar pendidikan akhirnya aku menjadi psikolog baru.
Capek ada senang ada.
Oh… aku belum memperkenalkan diri.
Oke, namaku adalah Khusina Kurosaki.
Akulah adalah orang campuran Jepang dan Indonesia. Cukup anehkan?!
Ayahku yang merupakan psikolog terkenal dari Jepang. Dan menikahi ibuku yang merupakan orang Indonesia yg berdarah bangsawan.
Jadi tak heran kalau orang serba mewah.
Setelah aku mengejar pendidikan di Jepang, aku kembali ke Indonesia tempat kelahiran ibuku.
Kenapa aku kesana?!
Untuk mendapat surat izin agar bisa membuka klinikku sendiri.
Sebelum itu aku harus bersusah payah untuk untuk mendapat surat bodoh itu.
Merepotkan.
Kadang aku berpikir bahwa pemerintahan di Indonesia maunya repot aja.
Kalo butuh bantuan, kasih bantuan dululah.
Aku bertugas di salah satu universitas psikologian di Indonesia.
Sebenarnya daripada ngurusin IQ orang, aku lebih suka jadi dosen.
Ngurusin hasil tes IQ ini yg lebih dari 250 dan diselesaikan dalam waktu 2 bulan.
Kan capek.
Yah mau gimana lagi
Dan aku butuh asisten.
Ting…
"Yah… masuk!"
Kemudian masuklah seorang wanita yg kelihatannya masih sangat lugu.
Dan wajahnya aku ingin melihat apa yg dilakukan nya.
"Begini profesor, aku ini…
"Melamar menjadi asistenku…" potongku.
"Kok, profesor tau?"
"Aku inikan seorang psikolog. Eh… ngomong-ngomong kamu juga akan berkuliah disini." Jawabku tanpa menebak-nebak.
"Iyah… profesor, aku ingin belajar dua kali."
"Namamu Shelly Asrani, IQ mu ini bagus juga." Jawabku sambil memegang kertas hasil tes psikotes mahasiswa.
Dan tampaknya dia mengerti darimana aku tau namanya, karena aku melihat nama lengkap tempel di dadanya.
"Mulai hari ini hingga kau diplomat dua, aku ingin kau menjadi asistenku disini. Sambil kau menamatkan diplomat dua mu aku ingin kau belajar bahasa Jepang. Karna kau akan ikut denganku ke Jepang dan aku akan menguliahi kau disana. Kau mengerti!?" Mendengarkan aku mengatakan Jepang matanya berbinar.
"Aku harus pergi, dan sekarang kau akan belajar bahasa Jepang ditempat diriku belajar bahasa Indonesia." "Dan kau sudah aku angkat menjadi asisten pribadiku."
Setelah itu dia pamit keluar dengan hati senang.
Entah kenapa aku mengatakan hal itu padanya.
Mungkin aku ingin dia menjadi Watsonku dan aku menjadi Sherlock Holmesnya
Dari sifatnya yang lugu pasti dia sangat tulus.
Dan dia bukan tipe orang yg licik dibalik wajah polosnya.
Setelah itu aku membereskan ruang kerjaku, aku langsung pergi dan mengunci ruanganku.
Besok akan jadi hari yg sedikit enteng.
Dan Bakaito mungkin dia sudah frustasi karna menungguku.
Memang, sepupu yang banyak kehendak.
Setelah itu aku pergi ke tempat pakiran kampus, dan melihat Bakaito sedang memainkan telepon pintarnya.
Aku langsung masuk ke dalam mobil dan di belakang. Dan menepuk pundaknya.
"Sopir tolong jalan." Kataku sambil tertawa ringan tapi ingin terbahak.
"Neechan duduk di depan dong, aku nggak mau kalo orang ngira aku sopirnya jelek!" Kata kaito kesal.
"Loh, bukannya kau supirku. Ayo baka kita pergi." Jawabku layaknya bos dan anak buahnya.
Sambil cemberut dia menjalankan mobilnya.
Chapter
'Universitas dan Asisten'
SelesaiHuruf miring adalah ketika sang tokoh menggunakan bahasa Jepang.
Huruf miring tebal ketika tokoh berbicara dalam hati.
.Maaf ceritanya jelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary Khusina story
De TodoSeorang psikolog yg jenius dan terkenal di Jepang. Memiliki sebuah kata mutiara yaitu "AKU BISA MENYELESAIKAN MASALAH ORANG LAIN, NAMUN TAK BISA MENYELESAIKAN MASALAHKU TANPA BANTUAN ORANG LAIN". Asisten yg selalu membantu dan juga sebagai muridny...