Jam sudah hampir menunjukkan pukul dua dini hari ketika Dave datang menjemput Candace di rumah Bara. Bara kesal setengah mati. Sementara Dave yang bau rokok dan alkohol hanya cengengesan seperti biasa saat menggendong Candace dan membawa gadis kecil itu ke mobilnya. Bara masih mengamati dari ambang pintu rumahnya saat mobil Dave menghilang di belokan.
Dave mengemudikan mobilnya dengan cepat. Sesekali ia mlirik Candace yang tertidur lelap di jok penumpang. Kalau saja ia tak dititipi Candace, Dave pasti akan pulang setelah ayam jantan berkokok.
Ketika sampai di rumah, Dave langsung membawa Candace ke kamarnya dan menidurkannya di kasur. Gadis kecil itu sama sekali tidak terjaga meski sudah digendong kesana kemari. Untunglah. Soalnya Dave tidak tahu harus bagaimana jika Candace tiba-tiba bangun dan menangis.
Setelah menyelimuti Candace, Dave keluar dan langsung merebahkan diri di sofa. Sepatunya ia lepas sembarangan. Bahkan, tanpa sempat berganti pakaian, Dave sudah jatuh tertidur.
***
Day 2.
“Uncle…” suara sayup-sayup Candace terdengar di ruang tv. Candace mencoba membangunkan Dave dengan menggoyang-goyangkan bahunya.
“Uncle..” panggil Candace lagi.
Dave tetap bergeming. Membuat Candace cemberut sebentar, lalu mengambil bantal sofa yang dipakai Dave dan menimpukkannya keras-keras. Berhasil. Dave langsung tersentak bangun dan menoleh ke penimpuk bantal.“Candyyy.. ngapain sih?! Ganggu orang tidur aja..” kesal Dave. Matanya masih separuh terbuka. Candace makin cemberut mendengar ucapan Dave.
“Uncle dibangunin dari tadi tapi gak bangun-bangun.” sungut Candace.
Dave kembali mencari posisi nyamannya dan mengabaikan Candace. Ia lelah sekali.
“Uncle emangnya ga masuk kantor?” tanya Candace polos.
“Pergi, kok.” jawab Dave malas. “Emang udah jam berapa sekarang?”
“Jam 9 lewat 25.”
Dave langsung terjaga seratus persen dan bangkit dari sofa. Shit!! Dia terlambat lagi. Buru-buru dia masuk ke kamar mandi, mandi ala kadarnya, lalu berpakaian dengan kecepatan kilat.
Sementara Candace duduk di sofa mengamati Dave yang keluar masuk ruangan sambil geleng-geleng kepala. Candace jadi teringat Bianca. Bianca juga persis seperti Dave kalau telat ke kantor.
“Candace, mandi!” teriak Dave kamar. Ia masih sibuk menata rambutnya dengan pomade.
“Udah.” Jawab Candace singkat.
Dave keluar dari kamar dan memperhatikan Candace yang ternyata memang sudah berpakaian rapi. Hanya rambut panjangnya yang masih acak-acakan karena belum disisir.
“Kok kamu gak langsung ngebangunin Uncle sih kalo udah bangun dari tadi?” tanya Dave kesal.
Candace menghela napas panjang. Lagaknya persis orang dewasa. “Candace udah coba bangunin Uncle, tapi Uncle tidurnya kayak batu.” Omelnya.
Mau tidak mau Dave tersenyum mendengar omelan Candace. Caranya menghela napas sebelum mengomel mirip sekali Bianca.
“Ya udah, buruan. Uncle udah telat banget nih.” Dave menyambar sepatu yang tadi malam ia lepas asal-asalan di dekat sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Princess
Teen FictionDave Alvaro Wijayakusumo. Seorang cowok single berusia 24 tahun yang hidup mapan, nyaman, serba teratur dan tipe cowok cassanova. Semuanya selalu terencana dibenaknya. Bahkan jadwal clubbing-nya pun sudah ditentukan jauh-jauh hari. Keadaan seharusny...