Aku duduk di atas sebuah kursi roda. Ayah dan ibuku berdiri di belakang kursi rodaku. Sekarang kami dan ratusan penduduk desa lain tengah berdiri rapi di lapangan balai desa. Kami berdiri rapi mengelilingi sebuah panggung kayu yang di atasnya terikat seekor makhluk aneh pada sebuah tiang besi. Tubuh makhluk itu dipenuhi luka parah.
“Tuan Ookami...” gumamku pelan. Rasanya sangat sakit harus melihatnya diperlakukan seperti itu.
Beberapa warga desa yang lain ada yang melempari tubuhnya dengan batu. Bibir mereka berkali – kali mengucapkan sumpah serapah untuk mengirim makhluk itu ke dalam neraka. Sedangkan si makhluk aneh hanya terdiam menunduk.
Tak lama kemudian pendeta McKelvin naik ke atas panggung sambil membawa obor dan seember kecil minyak tanah. Ia berpidato sebentar lalu mendapatkan sorakan dari para warga desa yang antusias. Dengan kasar, ia membanjiri tubuh si makhluk aneh dengan minyak tanah. Wajahnya menyeringai.
“Tidak!” ujarku lemas.
Kulihat telinga serigala milik makhluk itu bergerak seperti sebuah radar. Kemudian perlahan, kepalanya terdongak ke atas dan matanya langsung tertuju ke arahku. Matanya membelalak sekilas lalu ia mulai tersenyum. Senyuman damai yang sebelumnya pernah ia tunjukkan kepadaku.
Tanpa sadar tanganku bergerak menggerakan kursi rodaku mendekat ke panggung. Mataku tak dapat kualihkan darinya. Sesekali tak sengaja aku menabrak orang yang berdiri di hadapanku. Namun dengan entengnya kuacuhkan protes dari orang itu. Ketika berada cukup dekat dengan garis pembatas, aku mengangkat lengan kananku ke arahnya. Jari – jemari tanganku bergerak ingin meraihnya dengan putus asa.
“Tuan Ookami...” lirihku parau.
Makhluk setengah serigala itu menatapku dengan senyuman damainya. Kemudian tanpa diketahui oleh satu orangpun yang hadir, ia berkata, “Arigatou, Akai – chan...”
DEG!
Aku mohon jangan katakan kata – kata semacam itu kepadaku...
“Suki da.” ucapnya sebelum pada akhirnya tubuhnya hangus terlalap kobaran api.
Tes!
Aku menangis. Air mata dengan derasnya keluar dari kelopak mataku. Sakit, rasanya sakit sekali. Ingin sekali aku berteriak namun tenggorokanku tak mampu mengeluarkan sedikitpun suara. Ia tercekat dalam rasa sakitnya kenyataan.
Lalu sambil menunduk, rasanya tenggorokanku terasa ringan untuk digunakan. Dan kata – kata yang bisa keluar dari dalam sana hanyalah...
“Mo suki da.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ookami
Fantasy[Amazing cover and banner by @ScarlettaMezv] Akai Rose, seorang gadis blonde yang kehilangan sosok neneknya itu kini memulai petualangan mencari neneknya tersebut ke tempat terakhir kali neneknya terlihat. Akai memasuki hutan dengan harapan neneknya...