Chapter 3

8.8K 548 15
                                    

Aku tetap merapat pada Greyson saat kami memasuki gedung sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tetap merapat pada Greyson saat kami memasuki gedung sekolah. Tidak seperti kebanyakan sekolah di Indonesia, sekolah ini tidak memiliki pagar maupun satpam. Sejauh yang kulihat sekolah ini hanya berlantai satu, karena itu memiliki wilayah yang sangat luas.

Selama kami berdua berjalan menyusuri lorong, aku tidak bisa tidak memerhatikan situasi di sekitar. Kukira sekolahku padat, sampai aku di sini. Aku harus menyelip di antara orang-orang yang memadati lorong. Greyson sampai harus memegangi lenganku dan lagi-lagi, menyeretku bak karung beras.

"Ini dia," ia menuntunku masuk ke sebuah kelas. Aku mendadak gugup karena melihat banyak siswa di dalamnya. "Ini homeroom kita. Karena ini awal semester, nanti akan ada guru yang memberi detail jadwal kelas dan posisi lokermu."

"Oke," aku mendehem. Tanganku mendadak berkeringat. Kuharap aku tidak mempermalukan diriku sendiri di hari pertama sekolah.

"Greyson!"

Greyson berteriak kaget. Saat aku menoleh, seorang perempuan telah bergelantung di punggungnya. Rambut cokelat kemerahannya yang sepundak menutup wajahnya dari samping, jadi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Aku merindukanmu, Bung," perempuan itu turun dan menepuk pundak Greyson keras. "Kau berutang padaku."

"Karena ...?" tanya Greyson, sedikit meringis sambil meregangkan lengannya.

"Kau tidak datang ke premiere film-ku? Duh," perempuan itu berkacak pinggang. Ia lalu beralih padaku dan aku bersumpah pernah melihatnya sebelum ini. "Murid baru?"

"Siswa pertukaran pelajar dari Indonesia," Greyson mendorongku mendekat pada temannya. "Agatha, dia Joey. Joey, Agatha."

Aku melongo. "Joey King?" 

Senyumnya mengembang. "Ya!" ia berseru penuh semangat.

"Aku Agatha," ucapku ramah. Kami berjabat tangan. "Senang bertemu denganmu."

"Kau tahu siapa Joey?" tanya Greyson heran.

"Uh, aktor?" aku menanggapinya dengan sarkastik. "Aku menonton filmnya, Ramona & Beezus, juga White House Down. Oh, itu favoritku. Bagaimana rasanya bermain dengan Channing Tatum?"

Joey tampak geli dan girang karena rasa antusiasku. "Jika itu maksudmu kau mempunyai man crush kepadanya, kita akan berteman baik."

"Dude, I know! That man is a total hottie."

Joey tertawa puas. Ia merangkul lenganku dan menuntunku berjalan ke kerumunan siswa lainnya. "Tepat. Tetapi, kau tahu aku tidak mungkin memberitahu itu kepadanya, bukan?" ia berbisik. Saat kami tiba di samping teman-temannya, ia berseru, menarik perhatian mereka, "Hei, morrons!"

Mereka menoleh, obrolan mereka terhenti, begitupun senyum dan tawa mereka. Rasa gugupku menjadi berkali lipat. Aku berusaha tersenyum seramah mungkin tanpa terlihat aneh dan melambaikan tanganku pada mereka.

ACTION!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang