"Arka !!!"
"Arkadaş Stevano Millan !!!"Arghh , aku menggeliat ke kanan dan ke kiri sambil menghindari sinar mentari yang masuk lewat jendela kamarku. Rasanya aku baru tidur 5 menit yang lalu, dan parahnya lagi, aku sama sekali tidak mendengar bunyi alarmku pagi ini. Aku beranjak dari tempat tidur dan melirik jam di depanku. Sekarang pukul 7.
"HAH ? JAM 7 ?! SHIT ! GUA MASUK SETENGAH JAM LAGI !". Oke, gua emang bego. Semaleman gua begadang main ps dan hasilnya gini deh. And well, jarak dari rumah gua ke sekolah itu 15 menit "kalo gak macet". Gua cuma punya waktu 15 menit lagi sebelum bel sekolah bunyi. Pengen minum"ARKAAAA !!!", teriak seorang wanita memanggil namaku. Aku langsung melesat kebawah dengan pakaian yang masih berantakan.
"Ma, Arka pergi dulu ya! Buru-buru nih! Guru piket hari ini killer soalnya", ujarku setengah panik sambil memasukkan sepotong roti ke mulutku.
"Makanya, jangan main ps terus. Minggu ini uang jajan kamu mama potong plus gak boleh main ps", ucap mama tegas. Aku hanya bisa meneguk ludah mendengar ancamannya. Mama memang seorang ibu yang tegas, baginya setiap perbuatan yang kita lakukan harus bisa kita pertanggungjawabkan. Dan terkadang aku kesal memiliki ibu seorang guru.
"Hahaha, rasain lo! Makanya, jangan suka ngejek dihukum mami terus. Kena karma kan lo!", ujar Kak Citra. Kak Citra adalah kakak tertua ku. Dan musuh bebuyutanku. Sebagai anak yang paling kecil, aku sering merasa terusik dengan kehadiran kak Citra yang selalu mengganggu hariku.
"Berisik lo", ujarku sewot padanya sambil menggendong tas ku keluar rumah.
"Arka, kunci mobil nya udah ?", tanya mama. Aku hanya menggangguk lalu pergi memanaskan mobil ku sebentar dan pergi ke sekolah.
Aku bersekolah di salah satu SMA elit di Jakarta, yang dihuni oleh kaum sosialita nan jenius. Papa memaksa ku ke sekolah ini jika aku tidak mau di pindahkan ke singapura sembari mempelajari cara mengurus bisnis. Yap, kesibukan papa diluar negeri membuat keluarga kami jarang berkumpul bersama, mungkin hanya 4 kali setahun.
"Arka !!", teriak seorang lelaki memanggil namaku. Aku menoleh malas ke arahnya yang kini tengah berlari mengejarku.
"Lo kok malah jalan sih gua panggilin dari tadi, berhenti kek. Capek tau", protesnya padaku.
"Apaan?", ujar ku malas padanya. Dia melihatku sebentar lalu tersenyum menyeringai sambil berkata,
"lo jadi calon ketua osis", ujarnya dengan senyum meledek.
"APA ???", teriakku yang membuat beberapa pasang mata yang lewat di depan kami serentak menoleh ke arah kami.
"GUA ULANGI YA . ARKADAŞ STEVANO MILLAN, LO ADALAH CALON KETUA OSIS. PUAS ??", teriaknya dengan kencang di telingaku yang membuatku refleks meninju wajahnya.
"Wah ! Lo mau jadi musuh gua nih ceritanya ?", tanyanya sambil mengelus pipinya yang kutinju tadi.
"Eh, sorry. Gak sengaja. Kaget gua", ucapku sambil menjambak rambut frustasi. Frustasi karena tiba-tiba ditunjuk menjadi ketua OSIS.
"Dan wakil lo itu Maura. Yang cantik plus super seksi itu. Lo tau kan ? Gua gak yakin lo gak kenal sama dia. Secara gua yakin, hampir semua cowok udah pernah suka sama dia",
lanjutnya lagi dengan mata berbinar.Yap, dia Nico, teman sekelas ku sejak TK dan teman semejaku di SMA ini. Ayah kami rekan bisnis dan rumah kami berdekatan, mungkin itu yang membuat kami sangat akrab. But, well, he's playboy. He's have 15 ex-girlfriend already. What a bad boy!.
"Gua pusing. Gua mau ke kelas. Bye", ujarku cuek sqmbil berlalu meninggalkannya.
"Dasar cowok maho! Cari cewek sana gih lo! Malu gua" teriaknya jengkel. Aku hanya tersenyum samar mendengarnya. Well, sampai saat ini aku belum pernah pacaran sekalipun.
"Cieee... Calon ketua OSIS", teriakan teman-temanku menggelegar ketika aku baru saja memijakkan kaki ke kelas. Namun, pandangan ku terpusat pada seorang gadis yang kini tengah duduk di kursi ku sembari memainkan handphonenya. Aku berjalan mendekatinya.
"Ngapain lo ?", tanyaku datar.
"Ehm.. Kenalin, nama gua Maura. Dan gua calo wakil ketua OSIS", ujarnya dengan bangga
"Udah tau. Minggir"
"Sewot banget lo jadi cowok", katanya ketus sambil berlalu meninggalkan ku. Aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Aku menyalakan ipod dan memasang earphone untuk menghapus kejenuhan di kepalaku. Aku tertidur sampai ketika handphoneku bergetar tanda sebuah pesan masuk ke handphoneku,
xxxx95 : Lo tau dia cantik banget. Namanya Agatha Millani. Anak kelas XI IPA 2. Pinter lagi. Tipe cewek gua banget kan ?
Aku membaca pesan itu dengan dahi berkerut. Leala Fiorella Andara, siapa dia ? Kelas XI IPA 2 ? Berarti dia di kelas sebelahku ? Aku pun membalas pesan tersebut.
Revan : Leala Fiorella Andara itu siapa ?
xxxx95 : Dia cewek tercantik versi gua. Imut banget lagi. Body nya kayak artis korea gitu. Ngemesin. Dan dia pinter. Tipe cewek idaman banget kan ?
......
xxxx95 : Sorry bro. Gua salah nomor.
Leala Fiorella Andara ?
"Ka ! Woi ... Arka !", teriak Nico di dekat kupingku. Refleks aku berdiri dan seketika semua pasang mata di kelas memandang ke arahku.
"Apaan ?", tanyaku ketus. Sementara Nico menunjuk ke arah Maura yang kini tengah berbicara dengan Pak Amir, guru matematika ter-killer di sekolah.
"Kek nya lo bentar lagi bakalan jadi orang tersibuk di dunia nih ! Tapi enak kali ya, kalo sibuk nya bareng si Maura", godanya sembari melirik ke arah Maura dengan senyum yang 'dipaksakan' semanis mungkin.
Yap, siapa yang tidak suka dengan Maura ? Tinggi semampai, putih, pintar, tipe gadis dengan body goals jaman sekarang, baju yang sedikit ketat plus rok yang jatuh di atas lutut. Aku yakin, nyaris semua pria menyukainya. But, it's not one of my tipe, exactly.
"Arka, segera menghadap kepada kepala sekolah sekarang bersama Maura", kata Pak Amir dengan nada tegasnya. Aku segera pergi keluar beriringan dengan Maura yang disambut dengan godaan oleh teman-temanku.
"Ka, lo pengen gak sih sebenernya jadi ketua OSIS ?, tanya Maura membuka topik pembicaraan.
"Gak", jawabku singkat.
"Gua sebenernya nggak, tapi ketiia tau pasangan gua itu lo. Gua jadi seneng", lanjutnya dengan wajah berbinar.
"Oh", jawabku singkat.
"Cuek amat sih lo !", ucapnya sambil berlalu meninggalkanku di belakang. Aku hanya menggeleng ke arahnya.
"Kalian sudah siap kan menjadi ketua dan wakil ketua OSIS yang baru ?", tanya kepala sekolah dengan tatapan serius ke arah kami.
"Siap Pak !", jawab Maura dengan mata berbinar sementara aku hanya memandang cuek ke arahnya. Aku kemudian langsung meninggalkan kantor setelah mengannguk sekali kepada kepala sekolah.
"Tumben cepet lo pulang, Van ? Ditolak cewek ? Eh, sorry ya, gua lupa kalo lo itu nggak pernah punya cewek", ejek Kak Citra dengan seringaian lebar di wajahnya.
"Bacot", ucapku singkat sambil berjalan ke atas, tepatnya ke kamarku. Karena hanya kamarku yang ada di atas. Yap, terkadang aku kesal dengan ejekan sekelilingku. Apa salahnya jika tidak mempunyai pacar ? Aku hanya tidak ingin memikirkan hal ribet itu saat ini. Walaupun ku akui, kadang aku iri ketika melihat Kak Citra dan pacarnya sedang bersama.
Aku melempar sembarang tasku ke tempat tudur, lalu ikut melemparkan tubuhku di samping tasku. Memikirkan hari ini akan membuat ku mendadak stress. Aku lalu ke bawah untuk mengambil coklat almond dan satu botol coffee latte dingin di kulkas. Becoz, only that thing will help me when i'm in bad mood.
"Gue pergi ya ! Bilang sama mama gua nanti pulang agak malem. Oh ya, tadi papa telpon. Katanya minggu depan mau balik. Nanti lo aja yang minta oleh-oleh ya", teriak kak Citra dengan suara cemprengnya. Aku hanya mendengus kesal, selalu saja meninggalkan ku sendirian dirumah.
Aku kembali ke kamar dan membaringkan tubuhku di tempat tidur.Leala Fiorella Andara ?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince
RomanceSiapa bilang gua homo ? Gua juga bisa suka sama cewek . Tapi bukan CEWEK kayak dia !! Dan satu lagi , DIA BUKAN CEWEKK !!! - Arkadaş Stevano Millan Dia pikir cewek secantik gua sudi jadi pacar dia ? OGAH ! Mending gua jomblo seumur hidup - Leala Fio...