Aku memegang kepalaku yang terasa pusing. Wajahku terasa sakit dan bengkak. Aku merasakan badanku seperti hancur. Aku kembali mengigat-ingat kejadian semalam yang membuatku seperti ini,
"Cepet balik ya", ucap Leala padaku. Badanku seketika membeku sesaat. Ini pertama kali nya dia bersikap manis. Aku bergegas mengambil minum agar dapat kembali dengan cepat. Gelas yang ku pegang terjatuh dan pecah ketika ku lihat Leala di dekati oleh beberapa cowok. Salah satu dari mereka berniat mencumbunya, aku melihatnya menangis. Aku segera menyerang mereka, aku tak peduli akan bagaimana akhirnya. Entah kenapa aku benci melihatnya menangis. Aku mendengar teriakan minta tolongnya. Aku melihatnya sekilas namun aku tak sadar aku diserang dari belakang. Aku langsung ambruk. Mereka menghajarku, hingga aku mendengar teriakan samar dari beberapa orang, dan aku melihat seseorang kini tengah berada di sampingku dan mengelus pundakku,
"Ka, bangun ka, please", itu kata-kata terakhir yang ku dengar dari nya sebelum semua menjadi gelap."Ergghh ... ", aku mengerang kesakitan. Gadis yang berada di sampingku terbangun. Matanya sembab, make-up nya luntur. Dia melihat ku dengan tatapan sendu.
"Arka, lo udah bangun ?", matanya berbinar saat melihat mataku yang kini menatapnya.
"G.. gua dimana ?", tanyaku heran. Ini tidak terlihat seperti kamarku.
"Lo dikamar gua. Tadi lo dikeroyok, untung temen-temen dateng. Tadinya lo mau dibawa ke rumah sakit, cuma karena kondisi lo keliatan nggak memungkinkan, jadinya ke sini dulu", ucap Leala panjang lebar. Entah kenapa aku merasa senang melihatnya menjaga ku seperti ini. Aku melihat tangannya masih mengenggam erat tanganku.
"Makasih ya", ucapnya singkat, yang ku balas dengan tatapan kenapa ?
"Lo udah nolong gua. Hmm.. untung aja mereka nggak dapet first kiss gua", ucapnya terlihat lelah.
"Jadi gua boleh dong", godaku padanya. Seketika dia langsung memukul lengan ku dengan keras.
"Aduhhh ! Sakit Leaa...", ucapku mengaduh. Leala tiba-tiba langsung panik,
"Aduh ! Gua nggak sengaja Ka. Sorry gua lupa kalo lo lagi sakit", ucapnya khawatir. Aku tersenyum menyeringai, saatnya beraksi.
"Aduh sakit banget, Le. Serius nih ! Pijitin dong", ucapku pura-pura memelas. Dia menganggukkan kepalanya lalu memijit lenganku. Lumayan, kata ku dalam hati. Aku melihat kebawah dan menemukan bahwa tubuhku sekarang shirtless. Aku berteriak dan Leala refleks menutup mulutku,
"Lo ngapain sih teriak-teriak. Berisik tau. Ini masih jam 2, nanti yang lain kebangun", ucapnya pelan sambil melepaskan tangannya.
"Lo... siapa yang buka baju gue ? Jujur lo, pasti lo kan ?", ucapku panik. Dia tersenyum sambil menaikkan satu alisnya.
"Lo liat yang dari tadi disini siapa ?", tanyanya dengan tatapan menantang. Huh, jadi gadis ini ingin bermain ? Kita lihat siapa nanti yang kalah.
"Jadi lo yang buka baju gua", ucapku sambil berusaha duduk walau rasanya sangat sakit. Dia terdiam sesaat berusah untuk mengalihkan wajahnya agar tidak melihat badan sixpack ku.
"Lo kenapa ?", tanya ku sambil mendekatkan diri kepadanya. Dia berdiri dan menjauhkan dirinya dariku hingga menempel ke tembok. Aku mendekat perlahan dengan seringaian tajam,
"Gimana ? Lo gak terpana sama body gua ?", godaku sambil menguncinya dengan kedua tanganku. Aku melihatnya blushing. Aku berusaha keras untuk menahan tawa ku yang saat ini ingin meledak.
"Lo ... Jauh .. dari .. gua .. ", ucapnya tergagap sambil sekilas melihat bodyku. Aku melihatnya mengalihkan pandangan, tak berani menatap mataku.
"Ciee.. blushing", ucapku menggodanya. Tiba-tiba kurasakan sentuhan hangat di lengan ku. Ternyata gadis ini mengelus-elus lenganku dengan mata yang kini menatapku tajam.
"Kadang lo bisa jadi kucing dan macan dalam waktu yang sama ya", ucapku memujinya. Sedetik kemudian, kuperdekat jarak kami. Aku merasakan kini tangannya meremas lenganku.
"Kenapa ? Lo kedinginan ? Sini gue peluk", ucapku makin mendekatkan tubuh kami. Aku merasakan hangat nafasnya di wajahku.
"Anjir lo Ka", ucapnya dengan nafas tertahan. Aku tersenyum samar melihatnya membeku seperti ini. Aku mendekatkan wajahku perlahan dan melihatnya menutup matanya. Aku menjauh perlahan dari tubuhnya sambil menahan tawa,
"Arkaaaaaa ! Gua benci sama lo!", teriaknya yang membuatku langsung membekap mulutnya dan mendudukkan nya di tepi tempat tidur. Aku menempelkan jari telunjukku di bibirnya,
"Lo sendiri tadi yang nyuruh gua diem. Sekarang malah lo yang ribut", ucapku datar padanya.
"Bukan gua tadi yang ngelepas baju lo",
"Jadi ?"
"Si Kevin. Soalnya lo tadi keliatan kepanasan banget",
"Btw makasih", ucapku tulus padanya yang dibalasnya dengan tatapan heran.
"Lo udah jagain gua", lanjutku lagi
"Gapapa kali Ka. Lagian lo babak belur gini juga karena nolong gua", balas nya sambil tersenyum padaku.
"Lo masih benci sama gua ?", tanyaku penasaran padanya.
"As always, Ka", ujarnya sambil tertawa padaku.
"Gua juga bakal selalu benci sama lo", ucapku sambil memalingkan wajah ku darinya. Dia terkekeh pelan.
"Mending lo tidur deh", ucapnya kini berdiri hendak keluar kamar.
"Mending lo buru keluar", ucapku ketus. Tak berapa lama setelah dia keluar, aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince
RomanceSiapa bilang gua homo ? Gua juga bisa suka sama cewek . Tapi bukan CEWEK kayak dia !! Dan satu lagi , DIA BUKAN CEWEKK !!! - Arkadaş Stevano Millan Dia pikir cewek secantik gua sudi jadi pacar dia ? OGAH ! Mending gua jomblo seumur hidup - Leala Fio...