Chapter 6

27 2 0
                                    

Entah kenapa pagi ini Aku ingin berjalan-jalan keliling sekolah. Yap, pagi ini aku bangun cepat dan langsung berangkat ke sekolah mengendarai mobilku. Ternyata, udara pagi sangat menyejukkan. Aku meneruskan perjalanan hingga aku sampai di sebuah ruang di ujung koridor. Dia penasaran dengan ruangan tersebut, dan membuka pintunya. Ruangan ini termasuk lebar untuk ruangan yang terdapat di ujung koridor. Aku menyalakan lampu dan melihat berbagai macam poster, dan ... Hey, It's dance practice room. Aku berjalan ke dalam dan melihat foto-foto artis korea, lalu melihat sebuah poster bergambar wajah Leala ? Tidak, itu bukan hanya Leala, tapi Leala dan temannya. Ini pasti ruang latihan mereka. Aku melanjutkan melihat satu persatu barang-barang yang ada di ruangan itu,
"Ngapain lo disini ?", tanya seseorang padaku. Aku membalikkan badan dan terkejut, itu Leala

"Lo yang ngapain disitu ?", tanya ku balik, berusaha sesantai mungkin.

"Ini ruangan gue. Ya hak gue", ucapnya lagi dengan nada ketus.

"Oke. Gua balik", ucap ku sambil berjalan meninggalkan ruangan.

"Gua nanya, kenapa lo bisa ada disini ?", tanyanya ketus. Aku menghela nafas lalu menjawab,

"Tadi gua keliling. Terus gua ngeliat ini. Gua penasaran. Gua masuk. Puas ?", ucap ku lagi sambil berjalan melewatinya.

"Dasar songong", gumamnya yang masih bisa ia dengar. Namun aku memilih untuk tidak membalasnya. Aku terus berjalan menyusuri satu persatu bagian sekolah ini sampai akhirnya aku menemukan sebuah tangga. Aku menapaki satu persatu tangga itu dan aku terkejut ketika melihat apa yang ada di atas. Rooftop. Ya, ku kira selama ini sekolah tak punya rooftop.
Dari atas aku bisa melihat semua, termasuk Leala. Gadis menyebalkan itu, sekarang terlihat terburu-buru seperti hendak mengejar sesuatu. Aku memicingkan mata untuk melihatnya menangkap se.... SEEKOR KUPU-KUPU. Ia akui untuk ukuran gadis seperti itu, dia terlihat cukup gila. Aku kembali ke kelas. Menyalakan earphone sambil tidur di meja.

"Arka.. Ka, bangun", ucap seseorang membangunkan. Aku memicingkan mata untuk melihat ke arahnya. Aku melihat Maura kini telah sibuk membuka kotak bekal nya.

"Apaan ?", tanya ku sambil melihat Maura.

"Gua bawa bekal buat lo", ucapnya sambil tersenyum girang sambil menyodorkan bekalnya kepadaku. Aku diam-diam tersenyum menatap kearahnya. Ia mengambil bekal tersebut dan menaruhnya di atas meja,

"Thanks ya", ucap ku tersenyum padanya.

"Ehhmm.. maaf ganggu, gua mau ngambil sapu", ucap Leala tiba-tiba muncul di depan kelas sambil mengambil sapu. Arka hanya mengangguk malas, sedangkan Maura memalingkan wajahnya.

"Kata Kevin sama Nico, lo gak suka sama dia ?", tanya Maura sambil mendekatkan wajahnya.

"Muka lo jangan sedeket itu", ucap ku sambil menjauhkan wajahnya dengan telunjuk.

"Iya gua ngga suka sama dia. Dan lo, lo kayak nya perlu beli baju sekolah baru. Udah kekecilan tuh", lanjutku sambil memalingkan wajah. Aku melirik sekilas ke arah Maura yang kini tersenyum bodoh ke arahku .

"Lo mau nemenin gua belanja nanti kan ?", tanyanya padaku.

"Belanja sendiri sono", ucapku.

"Yahh... Arka jahat", ucapnya pura-pura cemberut.

"Apaan sih lo", ujar ku sambil terkekeh.

"Udah. Mending lo sekarang balik aja deh. Nanti diliatin anak-anak susah", lanjutnya lagi.
"Oke. Bye, Arka"

Malam ini Arka diajak Kevin untuk datang ke sebuah acara ulang tahun.
"Ka, lihat deh. Rame banget ya", ucap Kevin sambil memperhatikan satu persatu tamu undangan.

"Lo emang ngeliatin orang satu persatu atau sekalian ngeliat si doi ?", tanyaku sambil menaik-naikkan alisnya.

"Hehe.. Arka ihh.. kalo ngomong suka betul", ucapnya sambil tersenyum bodoh.

"Btw, dia dimana ya ?", tanya nya sambil melihat-lihat sekitar.

"Siapa ? Gebetan lo ?", ucap Nico tiba-tiba.

"Sekali lagi lo ngejutin gua, gua kasih kulkas lo", kata Kevin emosi yang dibalas oleh senyum bodoh ala Nico.

"Itu mereka", ucapku tak berkedip hingga rahangku terjatuh. Leala sangat cantik malam ini. Ekspresi Nico, dan Kevin tak jauh berbeda dengannya.

"Hai ... ", sapa para gadis pada mereka bertiga membuat mereka sibuk berdehem untuk menutupi rasa malu mereka.

"Hai Rose", sapa Nico semanis mungkin dengan senyum terbaiknya.

"Hai Grace", sapa Kevin dengan tampang nya yang dibuat semanis mungkin. Aku hanya diam memandangi kedua temanku ini.

"Lo nyapa si Lea dong", ucap Kevin sambil menyikut lenganku. Aku hanya menggeleng malas padanya.

"Hai", sapa Valen pada kami. Dia adalah pacar Fennie. Kami membalas sapaannya lalu mengobrol ringan.

"Gimana kalo kita dansa ? Cari pasangan masing-masing ya", ucap Kevin yang dibalas oleh anggukan girang semua orang, kecuali aku dan Leala. Aku terpaksa menariknya ke tengah panggung lalu menempelkan tangan ku di pinggangnya dan sebelah tanganku menuntun tangannya menempel di pundakku. Cukup lama kami berdansa hingga akhirnya aku mengakhirinya. Kami duduk di sebuah kursi yang cukup jauh dari panggung.

"Lo haus ? Biar gua ambilin minum", tawarku padanya yang di balas gelengan kepala olehnya.

"Lo laper ?", tanya ku lagi. Dia tetap menggeleng.

"Yaudah, gua ngambil minum dulu", ucapku padanya. Aku hendak berjalan ketika tangan ku ditarik olehnya. Aku menoleh ke belakang,

"Cepet balik ya", ucapnya sambil tersenyum padaku.

My Ice PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang