"Ka, lo kok lama banget sih dateng hari ini ? Tau gak daritadi kepsek udah nyariin kita", ucap Maura dengan nada kesalnya. Sedangkan aku hanya mengangkat bahu lalu berjalan cuek ke arah Nico yang kini menatap ku dengan senyum menggodanya. I know what will happen if he's show that fuckin smile, gerutuku dalam hati
"Ngapain lo kesini ?" Tanyaku pada Nico ketika semua urusanku sudah beres
"Cuma mau liat kejelasan hubungan lo sama Maura aja"
"Apa yang perlu dijelasin ?", tanyaku dengan nada tak bersahabat.
"Susah amat sih lo. Tinggal nembak doang. Lagian kek nya dia juga suka deh sama lo", ujarnya geram. Aku hanya menggeleng melihat kelakuan temanku yang satu ini.
"Lo mau ke kelas nggak ? Biar bareng aja gitu", tanya Maura tiba-tiba mendatangi kami.
"Duluan aja", jawabku singkat. Dia hanya mendengus ketus ke arahku lalu mengamb langmah seribu mendahuluiku. Aku tersenyum samar melihat punggung gadis yang kini mulai menghilang di belokan koridor.
"Eh, kok tumben lo senyum ? Udah mulai suka nih sama dia ?", goda Nico tiba-tiba. Aku berdehem lalu berjalan santai mendahuluinya. Buka berjalan santai maksudku, tapi pura-pura santai.
"Ka, liat tuh cewek lo dateng", teriak anak-anak lelaki sekelasku heboh.
"Gua gak punya cewek", ujarku masih sibuk bermain game.
"Ka, lo gak liat gue daritadi ngeliatin lo di depan kelas ?", tanya Maura tiba-tiba sambil memukul lenganku. Aku sontak terkejut mendapat pukulan mendadak darinya.
"Hah ? Lo gak liat gua daritadi main game ?" , tanyaku balik.
"Nggak ! Pulang sekolah nanti lo tungguin gua. Kita pulang bareng", ucapnya sambil berlalu meninggalka kelas.
"Woii !!! Apaan .. !! ", omongan ku terputus ketika melihatnya telah berjalan keluar kelas diiringi tatapan menggoda teman-teman laki-laki ku. Dan sedetik kemudian, mereka semua berkumpul disekitar ku sambil brrsorak penuh kemenangan.
"Lain kali cewek lo dibawa kesini lagi ya", ucap mereka satu persatu sambil menepuk bahuku. Aku hanya menggeleng melihat kelakuan mereka.
"Wah ! Hebat lo ya ! Sekali dapet cewek langsung si Maura aja ! Maura bakal ilfeel gak ya kalo gua ngasih tau kalo lo itu belum pernah sekalipun ngocok", ujarnya dengan tawa menggelora yang langsung disambut olreh tinjuan keras dariku di bagian punggungnya yang membuatnya meringis kesakitan.
"Yahh ... main pergi-pergi aja!", ucapnya ketika melihat ku yang pergi keluar kelas sambil memegangi punggungnya kesakitan.
Aku berjalan menuju lantai paling atas sekolah ku. Berjalan menuju rooftop. Bukan rooftop sebenarnya, lebih tepatnya sisa pembangunan yang tidak digunakan. Ukuran nya kira-kira 5x6 m dan disampingnya terdapat genteng merah yang mengkilat diterpa hangatnya sinar mentari. Aku duduk di memanjat ke bagian tengah genteng dan membaringkan tubuhku disana. Rasanya hangat. Aku menikmati saat-saat seperti ini. Ya, karena mungkin hanya aku yang berminat kesini. Jika kalian mengatakan aku pendiam. Aku bukan pendiam. Tapi kadang, aku suka memikirkan sesuatu sendiri. Entah itu masalah, atau yang lainnya. Karena aku tak suka orang lain merasa terbebani. Dan karena belum tentu semua orang tau apa yang aku pikirkan. Entah sudah berapa lama aku merasakan kehangatan disini sampai ku dengar suara gadis yang tiba-tiba berteriak di dekatku. Aku refleks membuka mataku.
"Ngg... ngapain lo disini ?", tanyanya ragu-ragu sambil menatapku lekat.
"Lo yang ngapain disini ?", tanyaku balik. Dia hanya menggeleng cepat lalu berlari turun ke bawah. Gadis aneh.
Aku kembali menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah ku sampai akhirnya aku membuka mataku karena handphoneku yang sedari tadi tak berhenti bergetar. Aku melihat ada beberapa pesan masuk ke chat LINE ku.
Maura Olivia added you.
Maura Olivia : Hey, what's up ?
Maura Olivia : Jadi kan nganter gua pulang hari ini ? Jangan bacot. Gua tunggu lo.
Maura Olivia : Tadi gua nyamperin lo ke kelas. Tapi gak ada. Lo ngilang kemana ?
Aku hanya meread semua pesan itu tanpa ada niat untuk membalas. She's kind of annoying girl, ucapku dalam hati.
Aku berjalan kembali ke kelas saat ku liat Maura tengah menatapku dari depan kelasku dengan raut wajah yang tak bisa digambarkan.
"Lo lama banget ! Ayo balik sekarang !", ajaknya sambil menarik tanganku.
"Lo ngapain sih ? Masih ada 2 jam pelajaran lagi bego!" , jawabku acugh sambil berusaha melepas genggaman tanggannya.
"Bodo ! Gua nggak peduli sama sekali. Pokoknya kita pergi sekarang ! Ini tas lo !", ucapnya sambil melemparkan tasku. Aku berjalan malas di belakangnya. Kenapa gadis ini begitu menyebalkan ? Aku semakin ilfeel melihat tingkahnya.
"Brukkk ...", ucapku sambil mengaduh ketika aku terjatuh ke lantai. Aku melihat seorang gadis yang terjatuh tepat di atas tubuhku. Shit ! She's so beautiful.
"Maaf ya !", ucapnya sambil berusaha berdiri.
"Hmm", ucapku sambil melihat ke name tag nya. Leala Fiorella Andara. Kek nya gua pernah denger namanya deh. Tapi kapan ya ? Tanyaku dalam hati."Gua duluan boleh ?", tanyanya sambil melirik ke arah Maura yang kini tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya. Aku hanya berdehem mengiyakan.
"Lo kenal cewek yang tadi ?", tanyaku saat kami dalam perjalanan. Aku melihat nya melirik ku sekilas, namun aku lebih memilih fokus mengemudikan mobil.
"Kenal. Kenapa ?"
"Dia siapa ?"
"Lo sekolah dimana sih ? Dia itu Leala Fiorella Andara. Cewek idaman seantero sekolah. Cantik, pinter,baik,seksi lagi. And she's my best friend. Udah banyak cowok yang nembak dia. Tapi dia nggak ngerespon sama sekali. Sampe detik ini", ucapnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk mengiyakan yang dibalas oleh tatapan menyeramkan darinya.
"Lo tuh ya. Bisa nggak sih ngerespon orang bagus dikit !", ujarnya dengan muka mengarah ke jendela mobil.
"Lo ngomong sama siapa ? Jendela ?", tanyaku datar.
"Gatau. Udah, gua males. Anter gua balik sekarang"
"Bagus deh", ucapku seadanya. Dan seketika suasana mobil sunyi. Aku melirik sekilas kearahnya yang kini masih melihat keluar jendela. Seketika aku merasa bersyukur bahwa aku tidak pernah berpacaran.
Aku melajukan mobil ku setelah mengantarnya pulang. Aku melihat-lihat kompleks perumahannya dari balik kaca mobil. Dan lagi, aku melihatnya. Kali ini dia berjalan dengan seorang laki-laki seusia ku. Namun, mengenakan seragam sekolah yang berbeda. Ntah kenapa, ada sesuatu yang menarikku untuk mengetahui tentang dia lebih jauh. Lea. But, wait. Sejak kapan aku memanggilnya Lea ? Oh, what's goin' on me now ?
Mereka berhenti di sebuah rumah di ujung jalan. Dan beberapa menit kemudian, laki-laki itu meninggalkan dia yang kini telah berjalan ke seberang rumah itu dan memasukinya. Aku sangat yakin jika itu rumahnya. Aku melajukan mobilku kembali ke rumah. Ntah kenapa, sepanjang perjalanan aku selalu memikirkan tentang nya. Mungkin yang mereka katakan benar, dia memang mempesona. Tapi aku tak mungkin tertarik dengan wanita sepertinya. Never.
"Ngapain lo bengong kayak orang gila gitu ? Karena gak punya pacar ? Makanya jangan maho adekku yang tampan", kata kak Citra ketika aku masuk kerumah sambil mengacak-acak rambutku.
"Diem. Berisik", ujarku sambil menjauhkan rambutku dan segera berjalan menuju kamarku diatas. Aku langsung berjalan ke balkon dikamarku sambil memandang taman di depan balkonku. Aku menarik nafas berat sambil memikirkan ulang kejadian beberapa hari belakangan ini. Bagaimana aku bisa menyelesaikan sekolahku dengan tenang jika saat ini aku sudah terpilih menjadi ketua OSIS dengan wakil yang super duper menyebalkan. Aku langsung membaringkan tubuhku sambil berusaha menutup mataku hingga aku benar-benar tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince
RomanceSiapa bilang gua homo ? Gua juga bisa suka sama cewek . Tapi bukan CEWEK kayak dia !! Dan satu lagi , DIA BUKAN CEWEKK !!! - Arkadaş Stevano Millan Dia pikir cewek secantik gua sudi jadi pacar dia ? OGAH ! Mending gua jomblo seumur hidup - Leala Fio...