II. Idola

18 5 3
                                    

RESITA POV

👑👑👑

Dia yang berdiri di hadapanku tidak tahu sedikit pun tentangku.
Dan sepertinya dia tidak sadar kalau aku tahu segala tentangnya.
Hmm.. tidak segalanya tapi hampir segalanya.
Aku terkejut. Seseorang itu sungguh berdiri di hadapanku.

***
(Flashback setahun yang lalu. Waktu itu aku masih koas, di bagian anak)

"Re, nanti malam engkau jaga tidak?"
Sandra menyikut lenganku yang sedang menjalankan tugasnya menjadi bantal, tempat kepalaku tertidur sejenak.

"Aku post (habis) jaga, Sa" jawabku tanpa mengangkat kepala sedikit pun.

"Kasihan engkau Re. Dengar-dengar katanya yang tidak jaga malam ini, harus datang ke acara ulang tahun ke 17 anaknya dokter Andra. Wajib Re. Kalau ketahuan tidak datang datang dapat hukuman tambah jaga 3 kali."
Dengan sangat antusias Sandra menyampaikan berita yang didapatnya.

"Serius?" Kataku seadanya. Biasanya setiap begitu buruk yang Sandra siarkan tidak terbukti kebenarannya.

"Serius. Resita bangun. Residen Aligi sudah ada." Sandra mengguncang tubuhku keras.

Jaga semalam begitu sibuk. Aku tidak punya waktu 5 menit pun untuk tidur.

"Koas koas koas. Sebelum saya absen satu-satu, saya punya berita bahagia untuk yang suka pesta. Nanti malam WAJIB datang untuk yang tidak jaga di ultah anaknya dr. Andra. WAJIB. Yang cewek-cewek tampil cantik yang cowok ganteng."
"Dokter, saya lagi demam. Saya bisa ijin?" Celetuk seorang temanku diujung sana mencoba lari dari kenyataan.

"Ijin? Iya kamu boleh ijin tapi abis itu wajib tambah jaga 1 Minggu. Ha ha ha" Dokter Aligi tertawa menghina.

"Ingat. Wajib datang untuk yang tidak jaga. Yang tidak datang dapat sanksi tambah jaga 3 hari." Lanjutnya.

"Apa aku bilang." Bangga Sandra dari sampingku.

"Engkau jemput aku nanti jam setengah 7 Sa. Kita jalan sama-sama."

"Maaf Re. Aku jaga. Selamat bersenang-senang sendiri" ledeknya.

Seketika ku edarkan pandangan ke seluruh ruangan mencoba mencari seseorang yang bisa menjadi pelarian.
Tak ada. Setelah rotasi, kelompok kami berubah dan kini aku sekelompok dengan anak-anak glamour metropolitan yang cuma mau bergaul dengan sederajatnya.
Huh.
Aku belum pernah ke pesta yang semewah ini.

***
Pukul 18.30
Setengah jam aku sudah ada di depan Cafe Boulevard. Sebelum melangkah masuk , aku sekali lagi memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah.
Aneh tidak ya. Gumamku.
Atau aku pulang saja. Gumamku lagi.
Tapi aku tidak mau jaga 3 malam berturut-turut. Gumamku ketiga kali.
Masuk saja deh. Gumamku memutuskan.
Belum banyak yang datang. Geng metropolitan pun belum tampak. Aku melihat dokter Aligi sedang sibuk mengkoordinir beberapa hal.
Tiba-tiba dia berhenti dan menatapku.
"Dek, saya minta tolong engkau cek ke ruangan DJ di ujung sana. Dia sudah sedia belum. Tolong dipastikan dek. Terus engkau lihat 5 balon di ujung sana? Nanti kamu berdiri di situ pastikan balonnya tidak kemana-mana sebelum pemotongan kue."
"Hmm.. oke Dokter."
Dengan lunglai aku menuju ke ruangan yang dimaksud. Agak diujung dan berada di sudut lorong.
Tok tok.
Tak ada jawaban.
Tok tok.
Dinginnya AC membuat kantukku naik beberapa level.
Tak ada jawaban. Tanpa sadar mataku tertutup. Dan ya. Aku ahli tidur dalam berbagai posisi.

"Hai." Sayup- sayup aku mendengar suara.

"Hello" seperti alunan lagunya Adele.

"Kamu baik-baik saja?" Intonasinya mulai agak keras.

"Nonaaa.. are you okay?" Teriakan di telingaku dan hentakan di bahuku yang seirama membangunkanku dari tidur berdiri.

Tanpa sadar aku tertidur di depan pintu.
Sambil mengedip-edipkan mata, aku mencoba sadar seutuhnya.

"Maaf. Saya ditugaskan untuk memastikan DJ Eds sudah di tempat dan sedang bersiap-siap."

"Oh ya. Perkenalkan saya Eds. Silahkan masuk dulu." Katanya menjulurkan tangan sambil tersenyum.

Saat melihat dia tersenyum. Saat itulah aku sadar seutuhnya.
Dia begitu. Begitu. Begitu mempesona.

"Saya Resita. Terima kasih banyak. Tapi saya harus kembali memastikan beberapa hal." Kataku menolak.
Ya, aku harus kembali memastikan kelima balon itu masih di tempatnya.

"Tunggu. Kamu kelihatan capek. Ini mungkin bisa membantu." Katanya menawarkan sebotol mineral.

"Tidak usah. Terima kasih."

Tapi bukannya membiarkanku pergi dia malah membawa mineral tadi ke tanganku.

"Selamat bertugas." Katanya tersenyum lagi.

Sepertinya. Sepertinya.
Aku mengidolakannya.
Setelah membalas senyumnya, aku bergegas mengerjakan tugas kedua. Menjaga balon-balon. Kelima balon itu dirangkai dan ditiup sedemikian rupa hingga jadi sangat besar dan menakutkan. Sedikit saja terkena benda tajam dia bisa meletus.
Tak terbayang letusannya akan seperti apa.
Dengan kekuatan sisa post jaga malam aku melangkah menaiki tangga tempat balon-balon cantik itu bertengger. Mereka meletakkannya 2 tangga kecil lebih tinggi biar bisa terlihat. Hmm. Justru dari sana aku bisa melihat DJnya tegak lurus. Betapa beruntungnya.

Pukul 19.30.
Orang sudah berdatangan tapi belum ada tanda acara akan segera dimulai.
Aku berusaha keras menahan kantuk.
Kalian harus tahu rasanya menahan kantuk itu sangat menyiksa. Betul-betul bikin sengsara. Menahan lapar masih bisa dikontrol. Buang air kecil pun agak bisa dikontrol.
Tapi kantuk. Uh, semakin ingin di tahan semakin dia lepas kendali.
Satu menit. Tiga menit. Tujuh menit.
Aku mulai terhipnotis oleh diriku sendiri. Syukur ada tiang di samping balon.

Hening.

30 menit berikutnya.
DOOOOOOORRRR !!!
Ledakan besar sanggup membuatku sadar kembali.
Apa itu? Ya ampun balonnya pecah satu. Mati aku. Setelah menatap balon, aku sadar aku telah mengacaukan suasana pesta. Entah kapan mulainya. Tapi sepertinya baru akan mulai.

Tenang Resita. Engkau bisa mengatasi ini.
Tetap tenang. Tersenyum.
Aku berusaha untuk tidak panik.
Tetapi mata yg melotot kepadaku terlalu banyak apalagi mata dokter Aligi. Ingin rasanya ada asap tebal yang tiba-tiba muncul dan membawaku menghilang.

Asap tebal. Asap tebal.

DJ Eds yang baru akan memulai aksinya, juga awalnya kaget. Lalu kemudian dia tersenyum.
Dan..
"Wooowwwwww.. sambutan yang sangat luar biasa. Terima kasih untuk dentuman balon dari belakang sana. Are you ready to party guys? "

Bum bum
Dia mulai memainkan musiknya.
Membawa suasana seakan-akan memang disengaja.
Semua orang tertawa, bertepuk tangan dan mulai berpesta.
Uh..
Hampir saja.
Lega rasanya.
Ku pandangi DJ Eds di atas sana.
Dia sungguh sungguh mempesona.
Dia idolaku.

***

Terima kasih sudah baca 👼
Update 23 April 2017

(Tak) TerbatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang