Syeka POVSenja datang lebih cepat dengan perpaduan pelangi yang menghiasinya. Hujan tadi membuatku pulang terlambat sekaligus membuat aku harus merindukan seseorang yang sudah berada jauh disana.
Author POV
Syeka melangkahkan kaki untuk menuju ke balkon kamarnya, setidaknya disanalah tempat ternyaman selain di pelukan orang tersayang. Syeka menghirup dalam-dalam udara segar sehabis hujan. Ia suka hujan dengan alasan apapun, tak terkecuali kesialan dialaminya.
Baginya hujan salah satu cara Tuhan untuk menjadikan alat sebagai tanda manusia mengerti adanya siklus di kehidupan. Berbagai macam metafora yang terdapat di hujan.Saat Syeka menatap kosong langit yang menghampar indah di alam semesta, lamunannya terpecah dengan benda pipih yang sedang mengalunkan sebuah lagu Shawn Mandes - Imaginition. Lagu itu terus mengalun berulang kali.
"Hallo. Assalamualaikum?"
"Hallo. Asss-.... Hehe"
"Ngapain lu?"
"Terimakasih kek gitu gua telpon" Terdengar gerutuan dari seberang sana.
"Buat?"
"Ya karena udah gua telpon lah, lu kira gak olok pulsa gua? Ck"
"Emang siapa yang perlu?"
"Bener-bener gak pernah berubah ya. Nyesel gua nelpon"
"Hahaha ambekan"
"Bodo"
"Iya iya maaf, kenapa?"
"Ada yang mau gua ceritain..."
Dan saat terdengar helaan nafas di sebrang sana, Syeka tau pasti ada yang membebani pikiran sahabatnya itu.
**
Syeka bergerak tidak menentu di kasur king sizenya, ini sudah keberapa kali dia memutarkan balik arah badannya berusaha mencari posisi enak untuk memejamkan mata. Namun sia-sia, padahal jam di nakas sudah menunjukan Pukul 02.15 WIB. Dia tidak ingin terlambat lagi ke sekolah tapi pembicaraan tadi di telpon dengan sahabatnya sudah menguasai ruang pikirannya saat ini, ia tidak bisa berkonsentrasi untuk ke bawah alam sadar.
Dia ingat betul bahwa sahabatnya berkata bahwa seseorang itu sudah pindah. Tetapi kenapa harus pindah?
Dia pindah kemana?. Batin Syeka.
**
Dan benar, saat pertama kali Syeka mengerjapkan mata, ia pun langsung mengulurkan tangannya untuk mengambil jam di nakas, belum habis ia menguap matanya sudah terbelalak. Ini sudah Pukul 06.35 WIB.
Alamat telat lagi gua. Batin Syeka.
Tanpa babibu ia langsung berlari ke kamar mandi dan bersiap-siap menuju ke Sekolahnya.
Ia tidak sempat untuk merias diri, lagi pula memang sifatnya terlalu tidak peduli, jadi ia pikir itu hanya membuang waktu.
Syeka berjalan keluar dari kamarnya dengan menuruni anak tangga. Rumahnya masih sepi, sama seperti kemarin. Tidak ada kehidupan selama satu tahun belakangan ini. Ia tersenyum kecut saat meratapi dirinya sendiri.
"Non sarapan dulu, tadi Bapak bilang---"
"Gapapa Bi, nanti Syeka sarapan di luar kaya biasa" Potong Syeka karena Bi Jia yang memang pembantu rumahnya yang sudah berada semenjak ia kecil. Tapi Syeka sudah hafal betul apa yang ingin Bi Jia katakan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai Syeka
Teen FictionLelaki itu tidak pernah mengatakan rahasianya padaku, termasuk perasaannya. Dia seakan batu, tidak ingin terkikis oleh air hujan, tetap teguh pada pendiriannya. Walaupun akhirnya, tidak bisa di hindari bahwa cepat atau lambat pasti batu itu sendiri...