Part 1 (Petrichor)

9 1 0
                                    

Syeka POV

Langit berdominasi hitam pekat dipagi ini, menyeruak sudah aroma petrichor dari indra penciuman, namun belum juga hujan menampakkan wujudnya. Hingar-bingar kendaraan berlalu lalang, berpijaknya aku pada bumi yang kokoh di tepi persimpangan jalan, meneliti di setiap wajah yang lewat dengan mata telanjang, menunggu datangnya persilangan.

Aku sedang merutuki tingkat kebodohanku. Ini sudah Pukul 06:50 WIB dan aku masih mematung didepan bengkel yang sudah satu tahun belakangan ini menjadi langgananku.

Akhirnya Pak Burhan-sopir- yang sedari tadi aku tunggu karena disuruh Papah untuk menjemputku datang. Aku menghela nafas sebentar, dan sesegera mungkin menaiki Mobil BMW yang sudah berhenti didepan.


Dan belum sempat aku bernafas lega, bahkan aku bisa melihat dengan jelas pintu gerbang SMA Cenderawasih masih terbuka lebar. Sedetik kemudian tiba-tiba Mobil yang aku tumpangi mengerem mendadak, dan itu membuat aku terlonjak.

Author POV

"Aduh Pak, ada apa?"

"Itu Non, ada yang menyela didepan" Tak lama Pak Burhan berbicara, suara geraman motor terdengar jelas dari pendengaranku.

"Ish apaan sih masih pagi juga" Syeka merutuki perilaku pengendara sepeda motor yang memang tengil dan membuatnya naik tikam.

"Yaudah Pak, Syeka turun sini aja. Gapapa"

Syeka pun lekas membuka pintu Mobil, dan langsung berlari kecil menuju gerbang sekolah yang........

Ingin tertutup rapat.

"Pak..... jangan dulu....." Nafas Syeka terputus-putus. "Pintunya...... jangan Pak"

Setelah tibanya didepan pintu gerbang, Syeka menatapnya dengan meringis karena sekarang pintu itu sudah tertutup rapat.

"Pak... tolong dong bukain pintunya, saya tadi gak telat seharusnya" Syeka memelas karena ia memang seharusnya bisa masuk ke Sekolah setelah ia berusaha setengah mati. Kalau saja tidak ada insiden yang baru beberapa menit ia dapatkan itu.

"Aduh maaf Neng gak bisa, tunggu saja dulu disitu. Nanti ada Bu Nita Guru BK yang membukakan pintu gerbangnya. Maaf ya Neng"

"Gitu ya Pak, makasih ya Pak" Syeka menghela nafas kasar, sepertinya Senin pagi yang ia idamkan berbalik menjadi kesialan.

Seharusnya Syeka berbaris seperti biasa di tempat kelasnya untuk mengikuti upacara pagi ini, bukan malah berdiri didepan para peserta upacara yang melihatnya seperti seorang siswa sering melanggar aturan. Bukan, Bukan Syeka taat sekali dengan aturan, tetapi memang dia tidak ingin dipandang sebagai murid urakan. Itu sama saja menjelekkan nama orang tuanya, itu prinsipnya.

Saat Syeka menyapu penglihatannya pada peserta, matanya menjadi berkunang-kunang. Ia berusaha menyipitkan matanya untuk memperjelas, namun tetap saja. Cepat-cepat ia menepis dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, ia yakin kuat. Belum sempat upacara berakhir untuk mengumumkan siswa dan siswi berprestasi, Syeka tidak lagi baik-baik saja.

'Brukkk'

"Nggggg......"

"G...ua di..mana? Ssh.." Syeka terbangun masih mengerjapkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk dari indera pengliahatan dengan menatap plafon putih yang berada diatasnya.

Rinai SyekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang