BEL istirahat udah mengonggong, Aileen keluar kelas lalu beranjak ke kelas Dessa. Seperti biasa pula ia menebar senyuman ke semua orang yang menyapanya, mau itu siswa cowok, siswa cewek, penjaga sekolah, Bu Guru, Pak Guru, semua dapat senyuman dari Aileen. Mangkanya, Aileen terkenal sebagai siswi paling murah senyum, soalnya sedikit-dikit senyum. Untung dia nggak dibilang sarap.
"Des! DESSAAA!" teriak Aileen di depan kelas Dessa. Dessa tersenyum.
"Leen, nggak bisa lebih keras lagi? Emangnya dikuping gue ada alat buat orang budek?" Dessa risih banget kalau Aileen sudah memanggilnya seperti itu. "Kenapa lo? Jum'at kliwon kan udah lewat."
"Gue laper banget nih, Des." kata Aileen memelas, wajah jeleknya pun semakin terlihat jelek.
"Terus kenapa?" tanya Dessa cuek. Dessa sudah tahu pasti sahabat akrabnya ini akan menghabiskan semua bekal yang ia punya.
"Lo bawa bekel, nggak?"
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Benar saja penuturan pikiran Dessa kali ini.
"Bawa, but this is mine, Aileen! Kantin sana!" usir Dessa, membuat wajah Aileen berubah menjadi singa ganas.
"DASAR LO, YA! SINGKONG KECEBUR SANTEN!" teriak Aileen. Maksud ia adalah kulit putih pucat milik Dessa yang mirip dengan singkong. "Gue ke kelas, bye!"
"Perlu dianter, gak?!" teriak Dessa dan hanya dibalas lambaian tangan Aileen.
Aileen Point of View
Bener-bener deh si Dessa, gue beneran lagi laper banget. Ke kantin? Ah, disana rame abis. Bisa-bisa gue jadi siulan anak cowok.
Tapi, bener deh gue laper banget! Mana abis ini pelajaran olahraga, bisa mati duduk gue. Akhirnya, gue memutuskan untuk ke kantin seorang diri, kasian banget ya gue?!
"Aileen, sini gabung!" teriak salah seorang cewek dari arah pojok manggil gue. Gue mau pura-pura nggak tau, tapi kasian ah.
Akhirnya, gue nyamperin mereka dan naro pantat gue dengan amat sangat hati-hati di kursi kantin. Tapi.....
BUUK
Pantat gue malah mendarat di lantai, sakit. Ada yang ngegeser kursi gue kayaknya. Mata gue mengerjap, gue liat di depan gue ada cowok lagi cekikikan kayak iblis.
"Kalo duduk hati-hati, Al--ien." kata cowok iblis di depan gue. Udah lagi laper, ini orang nyari mati sama gue.
Gue berdiri merapihkan rok kesayangan gue.
Oh, iya gue baru inget. Cowok ini yang duduk di depan gue, yang tadi gue peperin upil ke tangannya, terus dia malah kejet-kejet saking jijiknya sama upil gue.
"Kalveen? Mau upil lagi?" ucap gue lantas jari telunjuk gue mengorek paling dalem idung gue. Mana gue lagi pilek, rasain lo upil basah gue.
Si Kalveen malah ngibrit ke kelas. Sebegitu takutnya sama upil gue.
"Pakde, mie ayam 1 sama es teh, ya!" ucap gue dilanjutin senyuman ke Pakde mie ayam, bukannya ngelayanin malah melt nih si Pakde sambil gigitin sedotan es teh. Haduh, sebegini cantiknya apa gue?
"Lo sekelas sama cowok gue?" tanya cewek berambut indah di samping gue, Pelma.
"Siapa?"
"Kalveen."
"Ooh, yang barusan ngisengin gue?" Gue kenapa jadi malah balik nanya mulu, sih?
"Iya, lo temennya Binka, kan?"
"Iya, dia duduk sama gue. Kenapa?" Tuhkan gue nanya lagi.
"Dia katanya suka sama Kalveen. Gue boleh minta tolong gak sama lo?"