2

1K 68 4
                                    

'Eomma, apa kau baik disana? Entah kenapa aku jadi rindu padamu semenjak bertemu dengannya. Dia mengingatkanku denganmu, Eomma. Padahal aku dengannya baru bertemu hari ini. Dan ada hal aneh juga terjadi padaku. Aku semakin aneh padanya'

———————————

Umji keluar dari rumahnya menuju gazebo dengan membawa bawaannya yang terlihat sangat kewalahan. Untung saja Wooseok melihatnya dan dengan sigap membantunya.

"Sini biar aku bantu" tawar Wooseok setengah berlari menuju Umji.

"Eoh. Makasih. Sini biar aku aja yang bawa bukunya" ucap Umji yang setengah kaget lalu merebut buku yang Wooseok bawakan.

"Udah biar aku aja yang ambil" ucapnya kembali mengambil buku yang tadi ia bawa dari tangan Umji, lalu meninggalkan Umji.

"Aish, menyebalkan!" Ucapnya lalu mengejar Wooseok yang sudah duduk manis di gazebo sambil menaruh bawaannya.

Umji pun duduk di sebelahnya lalu menaruh bawaannya sambil menyalakan laptop.

"Eh kita bagi tugas aja ya. Siapa yang mau ngetik dan siapa yang mau ngerangkum?" ujar Umji.

"Kita rangkum aja dulu, nanti kamu diktein aja" ujar Wooseok.

"Baiklah kalo begitu"

Masing-masing mereka membawa buku dan mulai merangkum.

"Eung kamu..bawa alat tulisnya?" Tanya Wooseok.

"Bawa dong" ucapnya sambil memperlihatkan tempat pensilnya.

Wooseok tidak menanggapinya dan kembali merangkum. Suasana disana menjadi hening karena mereka fokus untuk ngerangkum.

ZZZRRGG.. *anggap aja suara hujan:)*

Hujan yang turun tidak membuat matanya beralih ke yang lain. Mereka fokus walau hujan mengguyur. Di tengah-tengah kegiatan, Wooseok menangkap dari ekor matanya bahwa Umji terlihat menggigil, tapi Wooseok tidak menanggapinya dan kembali fokus.

Beberapa menit kemudian mereka sudah selesai merangkum lalu memindahkannya agar menjadi sebuah presentasi.

Selama mengerjakan, sesekali Wooseok melihat Umji yang sedang menggosok kedua tangannya.

"Wooseok, itu salah penulisannya" ucap Umji melihat hasil ketikan Wooseok.

"Mana?", "Sini" ucap Umji dan Wooseok bersamaan.

"Aduh" erang mereka berdua karena Woosek memutar kepalanya lalu menunduk ke buku yang di pegang Umji sedangkan Umji berniat mengoreksi hasil Wooseok sehingga dahi mereka berbenturan.

"Benturin lagi" pinta Umji sambil mengelus dahinya.

"Buat apa? Entar sakit lagi"

"Kelamaan ah"

Umji menarik kepala Wooseok lalu membenturkan kepada dahinya dan otomatis mata mereka beradu.

'Matanya sangat indah' batin Wooseok.

"Kata Nenek aku biar otak kita gak ke tuker" jelasnya setelah menempelkan dahinya pada dahi Wooseok.

Wooseok menyeritkan dahinya mendengar ucapan Umji.

"Itu mitos, masih percaya sama yang kek gituan" ucapnya dengan nada sedikit meremehkan.

"Sebagai yang muda kan harus nurut sama yang tua. Iya aku nurut aja"

"Terserah deh" ketusnya.

Umji menggelengkan kepalanya lalu mengambil alih laptopnya untuk membenarkan kata yang salah. Wooseok memanfaatkan kesempatan itu. Dia membuka jaket yang sedari tadi dia pakai lalu memakaikannya kepada Umji. Umji kaget dan mengalihkan pandangannya kepada Wooseok.

Penyesalan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang