Hari berjalan normal seperti keinginan Tia. Dia sama sekali tidak mengharapkan ada sesuatu yang istimewa di hari-harinya. Dia masih bernafas hari ini saja, itu sudah cukup.
-
Mutia POVYa, kehidupanku bisa dibilang sangat membosankan. Disaat semua siswa SMA Bakti Nusa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di hari sabtu, aku hanya tidur di rumah. Aku pun tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan seperti itu. Aku hanya ingin tidur dan nonton drama sepanjang weekend.
"Bosen bet dah." Ucapku sambil menyemil Pringles.
Ting. Notification dari LINE. Aku pun langsung meraih handphone-ku.
Safira A: Ti, bosen nih. Main kuy
Mutia Veronica: Boleh, dmn?
Safira A: Rumah lo aja, otw
Dengan malas, aku merapikan kamarku yang benar-benar berantakan dan tidak pantas disebut sebagai kamar seorang perempuan.
Tok..tok..tok.
"Masuk aja." Ucapku
"Hai tiaa!" Sapa Fira.
Aku hanya membalas sapaan Fira dengan sebuah senyuman. Lalu, Fira memulai sebuah percakapan denganku.
"Ti, main apa gitu. Bosen banget."
"Yaudah main UNO Stacko aja gimana? Yang kalah harus melaksanakan dare yang diberi oleh pemenangnya." Balasku.
"Wih hayuk lah!"
Kami memulai permainan UNO Stacko tersebut. Tak kusangka, Fira merupakan pemain UNO yang handal. Akhirnya aku pun kalah dalam permainan tersebut.
"Ah sialan!" Ucapku
Fira tertawa. Ya, tertawa dengan muka yang sangat evil.
"So, hukumannya..."
"Lo harus kirim selfie ke Gio."Shit.
"Ah jahat lo, yang lain aja napa." Balasku.
"Gak ada penolakan, lo sendiri yang ngajak main ini dan yang bikin hukumannya dare."
"Ok.. nih lu yang send sendiri." Ucapku.
Fira pun pulang ke rumahnya saat hari sudah menjelang malam. Aku mengecek handphone-ku dengan takut dan membuka chat room dengan Gio.
"Eh seriusan ini dia cuma read? Seenggaknya bales gitu. Jahat dasar." Ucapku.
Aku pun langsung memulai chat dengan Fira.
Mutia Veronica: Fir, si Gio cuma read doang tuh chat. Besok muka gue mau taruh mana ini
Safira A: Hahaha sukurin lu
Aku pun langsung menutup handphone-ku dengan bete. Kenapa juga aku harus kalah permainan itu yaampun.
-
Author POVHari senin, Tia masuk sekolah dengan memakai masker. Tidak, dia tidak sakit. Tetapi dia memakai masker karena malu dengan Gio, merasa bahwa harga dirinya sudah musnah.
-
Mutia POV"Woy, kenapa lu pake masker?" Tanya Fira.
"Malu, muka gue mau taruh mana coba." Balasku.
Sekarang, pelajaran matematika pun berlangsung. Tak tahu kenapa, belakangan ini aku selalu memperhatikan Gio, mataku selalu mengarah kemana Gio berada. Yaampun, apa yang telah terjadi dengan hatiku.
Sekarang mataku mengarah kemana Gio berada, dan...
Tiba-tiba dia sadar bahwa aku telah memperhatikannya.Deg.
Tak kusangka, bibir ini tersenyum kepadanya. Tidak, aku tidak senyum didalam masker, maskerku sudah kubuka sedari tadi. Bibirku seperti auto-smile saat dia melihat diriku.
Dan yang lebih mengagetkan, Gio membalas senyumanku.
Yaampun, tau gitu udah dari dulu gue senyumin lo, Gi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinite Feelings
Teen FictionApakah ini salahku? Kenapa semua ini menyakitkan? Seharusnya aku tidak menbantah hati ini kalau memang aku sayang dengan dia. Tapi kenapa aku tidak rela? PS: maaf ya kalau tulisannya masih kurang bagus, maklumin masih belajar nulis :')