Adira terbangun dari tidurnya setelah jam menunjukan pukul 15.00.
Gue tidur 1 jam doang. Gumam Adira setengah sadar sambil melihat jam dinding. Dia mencoba untuk kembali tidur tapi gak bisa.Lalu dia bangun dan duduk di meja belajarnya mencoba menggambar atau menulis untuk menghilangkan rasa bosannya.
"Agh bosen gue lama-lama." Ujarnya sambil mencoret-coret gambarnya lalu membuangnya ke tempat sampah.Oh iya mending beli novel aja. Batinnya.
Itulah Adira, padahal isi dari rak bukunya hampir dipenuhi novel. Bisa saja dia membaca salah satu dari novel-novelnya. Tapi dia lebih memilih untuk membeli yang baru.
Novel adalah salah satu moodbosternya.Dia segera mengirim pesan ke sahabatnya, Thala untuk pergi menemaninya ke Gramedia.
Yah terpaksa deh beli sendiri. Tapi gapapa lah daripada gue bosen dirumah. Gumamnya pelan. Lantas dia langsung ganti baju dan membawa tas kecil yang berisi dompet dan handphonenya, lalu dia turun kebawah.
"Eh anak mama udah rapih aja, mau kemana nih?" Tanya Rina yang sedang menonton televisi.
"Aku mau ke gramed ma, boleh kan?" Sahut Adira.
"Boleh kok sayang, sama siapa?" Tanya Rina.
"Tadi aku udah ajak Thala tapi dia lagi ada urusan. Jadi aku pergi sendiri aja." Jawab Adira sambil duduk di sebelah Rina, mama kesayangannya."Mama temenin ya?" Tanya Rina sedikit cemas.
"Gak usah ma, aku naik taxi aja. Janji deh gak pulang malem." Jawab Adira sambil membentuk tanda peace di tangannya.
"Yaudah hati-hati ya." Ucap Rina sambil membelai rambut Adira.
"Dadah ma!" Pamit Adira sambil mencium pipi mamanya.Lalu dia berjalan ke luar kompleks perumahannya untuk mencari taxi. Setelah menunggu kurang lebih 2 menit, dia langsung masuk taxi yang lewat didepannya.
"Ke gramedia terdekat ya." Pintanya kepada supir taxi.Dalam perjalanan, Adira hanya melihat keluar melalui jendela.
Kurang lebih setengah perjalanan, Adira melihat seseorang yang sangat familiar.
Lho itu kan Julian? Gumamnya sambil memastikan bahwa yang dia lihat itu Julian. "Iya itu Julian! Pak saya turun disini aja." Suruh Adira sambil memberi ongkos lalu turun dari taxi.
Di sebrang sana, Julian sedang berkelahi dengan beberapa anak seumurannya yang masih memakai seragam sekolah.
"Julian!" Teriak Adira yang membuat Julian nengok ke arahnya. Sedetik kemudian salah satu dari anak brandal itu menonjok bibir Julian sampai memar dan terjatuh ke jalanan.
Dengan cepat Adira langsung menghampiri Julian dalam keadaannya yang sudah bonyok.
"Wah kayaknya ini cewenya bro. Perlu dihajar juga gak nih?" Ucap salah satu dari mereka. "Udahlah hajar aja."
Ketika salah satu dari mereka ingin memukul Adira, tangan cowok itu ditahan dengan Rino.Rino adalah teman sebangku Julian di kelas. Dia memang cukup jago dalam berkelahi. Dia pernah suka sama Adira dulu dan pernah menyatakan perasaannya tapi di tolak, dengan alasan Adira tidak ingin pacaran.
"Banci lo braninya mukul cewek!" Sahut Rino sambil menonjok muka dan menendang alat kelamin anak brandalan itu. Lalu dia menonjok semua teman-temannya hingga mereka meringis kesakitan dan kabur dari situ.
"Kalian gapapa kan?" Tanya Rino sambil menghampiri Julian dan Adira.
"Gapapa, makasih ya udah nolongin. Maaf jadi ngerepotin." Jawab Adira sambil membantu Julian berdiri.
"Gue juga kebetulan lewat tadi. Yaudah gue cabut dulu ya." Sahut Rino sambil memukul pundak Julian pelan.Setelah Rino pergi, hanya tersisa mereka berdua disana.
"Kok lo bis—" Belum sempat Adira nanya, Julian sudah memotongnya duluan.
"Kalo mau nanya ntar aja." Sahut Julian sambil meraba jidatnya yang berdarah karna dipukul kayu."Yaudah sekarang kita ke rumah lo biar gue yang obatin." Sahut Adira sambil melihat lukanya.
"Lo masih bisa bawa motor kan?" Sambungnya lagi. Julian hanya mengangguk dan mereka segera pergi ke rumah Julian.
Setelah sampai di rumah Julian, mereka langsung masuk dan disambut oleh Bi Ayu.
"Lho den Julian kenapa? Abis berantem ya?" Tanya Bi Ayu khawatir.
"Iya bi. Boleh minta tolong ambilin kotak P3K, es batu sama kain bersih? Biar saya aja yang ngobatin." Tanya Adira sambil duduk di sofa.
"Iya non sebentar ya." Jawab Bi Ayu yang segera mengambil benda yang disuruh Adira tadi.Adira hanya bisa memperhatikan luka di muka Julian. "Sakit ya?" Tanya Adira.
"Pertanyaan lo aneh. Mana ada orang ditonjok ampe bonyok gak sakit." Sahut Julian datar.
"Iya ya. Aduh kok gue pea." Ujar Adira pelan.Tak lama Bi Ayu datang sambil membawa kotak P3K, es batu dan kain bersih yang langsung diletakan di meja.
"Makasih Bi." Ucap Adira. Bi Ayu hanya bisa tersenyum dan kembali ke dapur.Adira langsung membungkus kain dengan es batu dan menempelkannya ke bibir Julian yang memar.
Julian hanya bisa memandang wajah imut Adira yang ada didepannya."Ternyata seorang Adira bisa khawatir juga ya." Ujar Julian sambil tersenyum kecil.
"Yaudah tuh pegang sendiri." Suruh Adira sambil memberi kain ke tangan Julian."Jidat saya gak sekalian diobatin dok?" Sahut Julian manja.
Adira hanya menghela nafas dan membersihkan sisa darah di jidatnya lalu menuangkan betadine di kapas dan menempelkannya di jidat Julian dengan plester.
"Selesai." Ujar Adira.
"Yah kok cepet banget sih bu dokter?" Tanya Julian seolah-olah dia adalah pasien Adira.
"Geli banget deh. Gue bukan dokter, gue Adira."Julian tertawa melihat ekspresi Adira yang sangat menggemaskan. Percayalah kalo kalian lihat mereka berdua kayak gini, kalian bakal mengira kalo mereka pacaran.
"Aw sakit." Ujar Julian sambil memegang bibirnya.
"Jangan di lepas, tempelin terus kainnya ke bibir lo supaya memarnya ilang." Suruh Adira.
"Iya bu dokter." Jawab Julian."Kok lo bisa di tonjokin gini sih?" Tanya Adira penasaran.
"Pas gue lagi dijalan, tiba-tiba anak brengsek tadi nyuruh gue berenti. Trus mereka malakin gue karna udah ngelewatin area jalan mereka. Gue kepancing emosi trus gue tonjokin mereka satu-satu." Jelas Julian panjang lebar.
"Salah lo juga, siapa suruh main nonjok orang. Lo lupa tadi Bu Eli bilang apa? Ubah sikap lo jadi anak yang terpelajar. Kasian ortu lo kalo mereka ngeliat anaknya tukang berantem kayak gini."
"Iya Adira bawel. Gue janji deh bakal berubah, mulai dari penampilan,sikap dll." Jawab Julian.
"Jangan cuma janji, tapi dilakuin juga.""Iya. Kalo lagi bawel kayak gini, jadi kepengen nyium biar diem." Ujar Julian bercanda.
"Najis!" Sahut Adira sambil mengambil tasnya lalu berdiri."Haha. Lo mau pulang? Mau dianterin gak?" Tanya Julian sambil berdiri juga. "Gak usah. Sering-sering kompres pake es batu ya, biar sembuh." Suruh Adira sambil melirik bibir Julian yang memar.
"Iya, thanks." Jawab Julian sambil tersenyum.
Setelah berpamitan kepada Bi Ayu, Adira bergegas pulang naik taxi sebelum malam tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of Love
RomanceAdira Raveena Talitha merupakan murid kelas XII yang menjadi salah satu murid kebanggaan guru-guru. Selain pintar, dia juga bersikap ramah ke setiap orang. Julian Adhlino Gavin merupakan salah satu bad boy di sekolahnya yang selalu menarik perhatian...