Seharian itu Lav jadi merenggut terus. Terrence dan Lucy sudah tidak tahu bagaimana cara membuatnya senang.
"Aduh, ndak usah dipikirin deh Lav. Cuma nilai juga." Terrence membawakan beberapa buku yang diminta Lavinia ke mejanya.
"Thanks Ter. Iya sih cuma nilai, tapi itu matematika Ter. Ndak boleh ada kesalahan di matematika." Sungut Lav.
"Yaudah deh terserah. Tuh, cepet belajar. Habis ini tes Geografi." Terrence menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
********************
"Eh, eh kamu bisa ndak tadi tes Geonya?" Tanya Zika ke Anwar.
"Haiih, ndak mudeng blass Zik." Anwar menggeleng-gelengkan kepalanya.
Semua wajah dari XMIPA2, kelas Lavinia, jadi cemungut semua.
"Lav, kamu bisa?" Lucy bertanya ke Lavinia.
"Lumayan, cuma aku nggak terlalu yakin juga sih." Lavinia memainkan jari-jari tangannya.
"Et et, bu guru datang!" Teriak salah satu murid.
Semua pun kembali ke tempat duduknya masing masing.
Pelajaran setelah ini adalah biologi dan mereka akan belajar tentang anatomi katak.
Bu Karen, guru biologi mengabsen murid-muridnya.
"Ada yang tidak masuk?" Tanya Bu Karen.
"Ndak buk, eh, ndak ding, Lambert ilang buk." Jawab Zika.
"Lah, kemana lagi itu anak?" Tanya Bu Karen.
"Halah, Lambert kok bu, paling juga bolos pelajaran." Jawab Patrick. Patrick adalah sahabat Lambert satu-satunya di kelas.
"Eh, ya kalo bolos ya ndak bisa dibiarkan. Ketua kelas?" Bu Karen geleng-geleng kepala.
"Ya, Bu?" Lavinia berdiri.
"Saya mohon kamu cari Lambert si anak nakal itu dan bawa ke sini." Bu Karen menegaskan. Ia sepertinya sudah mulai tidak sabaran.
"Siap bu." Lavinia pun berjalan keluar dari kelas.
"Aduh, itu anak di mana sih?" Lavinia mengusap-usah wajahnya dengan sapu tangan.
Ia sudah mencari Lambert ke mana-mana.
"Di taman, di kantin, di perpus endak ada. Aduh kemana ya?" Lavinia sudah begitu kelelahan berlari ke sana kemari. Apalagi dengan size gedung yang sangatlah besar.
"Ah, duduk dulu ah." Lavinia berjalan ke arah bangku yang berada di depannya. Baru saja ia mau duduk ternyata ia menemukann seonggok 'sesuatu' disitu.
"BANGUNNNNNN!!!!!!!!!!!!" Lavinia berteriak sekencang-kencangnya di kuping Lambert.
Lambert langsung melomat terbangun. "Ya Tuhan, Mbak! Ndak liat ada orang lagi tidur to disini?"
Eh, Lambert malah kembali ke posisinya tertidur.
"Heh,heh,heh, bangun!" Lav menggoyang-goyangkan badan Lambert.
"Pergi sana ah! Cari orang lain buat diurus!" Kata Lambert dengan ketus.
"Masalahnya, urusanku sekarang kamu. Iiih, sekaranv kamu bangun nggak? Ato mau kubuat menyesal!?" Lavinia sudah mulai kehilangan kesabaran
"Emang Elo bisa apa?" Lambert menggumam.
"Oooo, gitu ya, bentar." Lavinia merenggangkan tangan dan menaikan lengan bajunya.
💢💢💢💢💢💢💢💢💢💢
"Ampun deh Lav. Sakit semua nih badan gua." mohon Lambert.
Setelah dipukuli dan ditendangi oleh Lavinia akhirnya Lambert pun terseok seok di lantai, pasrah.
"Udah minta ampun?"tanya Lav sambil menjewer kuping Lambert.
"Auw,auw,auw, iya deh." mohon Lambert.
"Awas kamu kalo bikin aku susah kayak begini lagi. Tau rasa Elo."ancam Lavinia sambil melepaskan jewerannya dari kuping Lambert.
Lambert langsung berdiri dan mengusap-usap kupingnya. "Ahh, nyeri banget."
**************
Tok! Tok! Tok!
Lavinia mengetuk pintu kelas lalu masuk bersama Lambert.
"Kamu kemana saja Lamb?!" Bu Karen berkacak pinggang sambil memelototi Lambert.
"Maaf Bu, ketiduran tadi." Lambert menggaruk garuk rambutnya yang tidak gatal.
"Tidur, tidur, emangnyaa tadi malam tidurnya enggak cukup? Apa perlu di tambah di ruang kepala sekolah?!" Bentak Bu Karen.
"Ndak makasih Bu."Jawab Lambert.
"Trus, kok badanmu bengkak bengkak gitu? Habis berantem ya?" Tanya Bu Karen.
"Ndak kok Bu, tadi...." Lambert tidak menyelasaikan apa yang ingin dikatakannya karena dipelototi oleh Lav.
"Tadi kenapa?" Bu Karen semakin curiga.
"Kepleset Bu, pas tidur." Lambert akhirnya membuat alasan.
"Ya sudah, sana cepet duduk." suruh Bu Karen.
Lambert pun duduk di bangkunya di samping Patrick.
Bu Karen pun menjelaskan kembali pelajaran tentang anatomi katak.
Teng!Teng!Teng!
"Nah anak anak, waktu pelajaran saya sudah habis. Untuk tambahan kerjakan latihan soal di paket halaman 130." ingatkan Bu Karen.
"Siappp bu." Murid sekelas menjawab serentak.
"Baik, selamat siang anak-anak."
"Terima kasih Bu."
"Wah, Lambert memarmu cantik sekali. Ada yang ungu, biru, item, merah, wah semua warna kesukaanku ada." Komentar Ingrid sambil menelusuri bengkak bengkak di tangan Lambert.
"Makannya Lamb, jangan aneh-aneh kamu sama Lavinia. Tuh, jadi gini kan. Hihihihi...." Patrick berusaha menahan tawa.
"Diem lo Pat, sakit tau ndak rasanya. Ditambah gue diseret kesini tadi dari bangku deket taman sampe depan kelas XA3." Omel Lambert.
"Ckckckck....Lamb,Lamb."
KAMU SEDANG MEMBACA
Does Love Even Make Sense
Teen FictionLavinia Oblesque merupakan orang yang sangatlah perfeksionis. Ia ingin semua yang dilakukan, dikerjakan, dan dibuatnya sempurna. Ia tidak mentolerir kesalahan apapun. Ia merupakan bintang kelas dan favorit para guru. Ia selalu peringkat satu dan jug...