Wow!

13 1 0
                                    

Malam hari, di rumah Winni...

      Winni dan ayahnya terlihat santai dan tenang saat di meja makan, namun tidak ada satu patah katapun terlontar dari mereka berdua. Ayah Winni yang sedari tadi tenang dan asik bermain dengan laptopnya, dan Winni yang santai makan.

Winni melirik Ayahnya, lalu berdeham "Ehem!..."

Berharap mendapat respon, tapi sepertinya dehaman Winni tidak digubris Ayahnya.

"Ehem!Ehem!..." Winni mengulanginya lagi, tapi Ayahnya masih sibuk dengan laptopnya dan terkadang menyuap sedikit demi sedikit makan malam yang disajikan.

Heh, pasti gak bakalan dengarlah, bodoh banget gue... batin Winni. Lalu, ia meletakkan sendok makannya dan berkata " Ayah, Winni loncat kelas..." dengan suara kecil.

"Apa?!, loncat kelas?, maksud kamu Aksel?" sontak Ayahnya.

Winni hanya mengangguk malas, giliran kayak gini aja dia mau dengar.

"Wah, hebat kamu,nak. Bagus itu, bagus" ujar Ayahnya dengan bangga "Apa sebabnya Winni dimasukkan Aksel?" tanyanya.

"Karena nilai" jawab Winni singkat "trus Ayah harus tanda tangan buat surat keputusan orang tua, setuju atau enggaknya"

"Ya Ayah pasti setuju lah, mana surat pernyataannya?"tanya Ayah Winni semangat.

Winni berlalu dari meja makan, "bentar Winni ambil".

Pasti dia setuju! pasti bangeeet!, bathin Winni sambil berjalan dengan menghentakkan kakinya.

***

Ruang Kepala Sekolah...

"Kok gue berasa kayak anak baru ya... dulu gini juga deh rasanya" ujar Winni yang sedang duduk di ruang kepala sekolah. Saat ini ia sedang menunggu wali kelas barunya yang akan mengantarnya ke kelas baru tentunya. Kelas XI A IPA.

      Tapi, setelah menunggu hampir 15 menit dan bel jam pertama sudah berbunyi wali kelas yang ditunggu tidak kunjung datang. Akhirnya Winni pergi dari ruang kepala sekolah dan memilih pergi ke kelas barunya sendiri.

***

     Winni berdiri diam di depan pintu kelas. Ia ragu-ragu harus masuk atau kabur?. Haduh, SMA yang satu nih nyiksa bener,deh, gumamnya pelan. Baru saja ia ingin memegang gagang pintu dan membukanya lalu memberi senyuman kepada kakak atau abang-abang yang akan menjadi teman sebayanya nanti, tiba -tiba pintu kelas terbuka. Seorang gadis berkacamata dengan rambut di gerai terlihat terkejut melihat ada seseorang di balik pintu.

"Eh..." ujar gadis berkaca mata. "Wow, jadi lo beneran masuk sini ya, Bad Girl"

Winni hanya diam menatap gadis itu. Lalu, ia sedikit melirik ke dalam. Suasananya terlihat kacau dan sangat bising, tidak seperti berita-berita yang di beritahukan, kalau kelas ini terkenal hebat.

"Ngapin lo di situ aja, masuk dong" ucapnya lembut.

"Lo siapanya di sini?" tanya Winni berani tapi ragu. Entah ia harus mulai pakai lo-gue atau Kakak-Abang.

"Wakil ketua kelas..." jawab gadis itu dengan tenang.

"Eeeh...! dia udah datang woi!" tiba-tiba seseorang berteriak dari kelas itu, Freddi. Karena hal itu kelas diam dan menatap ke arah Winni. Ada yang berbisik-bisik, ada yang menatap tajam, dan ada yang santai menanggapinya.

     "Lo duduk di bangku belakang pojok sana dekat jendela" ujar si wakil ketua kelas lalu dia pergi keluar. Tinggallah Winni di depan pintu sendiri. Ia menatap ke dalam kelas, lalu mendapati tatapan orang-orang yang biasa Winni anggap norak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

This Little GirlWhere stories live. Discover now