"Alvin, selamat tinggal" ucap seorang wanita yang sedang tersenyum sambil memandangiku.
"Tidak... jangan tinggalkan aku... Tidaak!!!" teriakku yang langsung terbangun dari tidurku.
Aku diam sebentar untuk menenangkan diriku yang baru saja bermimpi buruk.
"Hey, sampai kapan kau akan diam terus begitu" ucap kakekku yang terlihat bersandar di dekat pintu kamarku.
"Kakek, bukankah sudah kubilang untuk mengetuk dulu sebelum masuk" ucapku yang merasa kesal.
"Habisnya kau tadi teriak tidaak!! Jangan tingkan aku!! Begitu, jadi kakek pikir kau butuh hiburan"
"Lalu, kenapa kakek tidak menghiburku dan malah mengejekku??"
"Ya itu hiburan buat kakek, tapi setidaknya kau sudah sedikit melupakannya kan??"
"Kek, aku..."
Belum selesai berbicara tiba-tiba sebuah handuk terbang mengenai wajahku.
"Sudah cepat mandi sana, hari ini kan hari pertamamu. Jangan sampai kau terlambat"
"Baik" ucapku yang langsung berdiri.
Lalu beberapa menit kemudian setelah selesai mandi lalu sarapan, aku kemudian berpamitan dengan kakekku.
"Kalau begitu ayo pergi" ucap kakekku.
"Oke ayo, eh tunggu sebentar!!"
"Kenapa? Apa ada barang yang ketinggalan?" Tanya kakekku.
"Apa maksudnya ayo??"
"Tentu saja kita akan pergi bersama kan" ucap kakekku yang terlihat bersemangat.
"Tidak tidak tidak, aku bisa pergi sendiri. Lagipula kakek kan sudah tua, nanti kalau punggung kakek sakit gimana?"
"Hmm.... Baiklah, kalau begitu"
Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari bawah kami berdua, dan dalam sekejap aku dan kakekku sudah berada di depan sekolahku.
"Baiklah, sudah sampai" ucap kakekku
"Ah, Alvin. Kau membuatku kaget karena tiba-tiba muncul di depanku" ucap seseorang yang langsung menghampiriku.
"Eh, siapa ya?" Tanyaku
"Eeehhh, ini aku loh Zen. Masa kau lupa sih??"
"ma.."
"Apa kau temannya Alvin??" Tanya kakekku yang memotong omonganku.
"Iya, aku temannya" jawab Zen yang terlihat bersemangat.
"Ah begitu ya, tidak kusangka kalau hari itu akan datang juga" ucap kakekku dengan wajah terharu.
"Kakek, jangan menangis disini. Kau membuatku malu" ucapku.
"Alvin, mari kita pulang dulu untuk merayakan ini"
"Kakek hentikan itu, ayo Zen kita masuk" ucapku yang langsung menarik tangan Zen.
"Sampai jumpa kek" ucap Zen yang sambil melambaikan satu tangannya.
"Sampai jumpa... Belajar yang rajin ya kalian berdua!!" Teriak kakekku.
"Inilah kenapa aku tidak ingin mengajaknya" pikirku yang merasa sangat malu.
Namun aku berhenti sebentar dan melepaskan tanganku yang memegang tangan Zen, kemudian aku menghampiri kakekku dan memeluknya.
"Jaga diri kakek baik-baik, jangan sampai sakit"
"Tentu saja"ucap kakekku.
"Kalau begitu aku pergi dulu" ucapku sambil melepaskan pelukan ku.
"Jaga dirimu baik-baik ya, dan dengarkan apa kata gurumu"
Akupun tersenyum lalu berjalan kembali menghampiri Zen, dan kulihat Zen hanya berdiri sambil melihatku dengan mata yang berlinang air mata.
"Kenapa kau menangis?" Tanyaku.
"Ternyata kau lebih baik dari dari yang kukira, aku jadi terharu" jawabnya sambil mengusap air matanya dengan tangannya.
"Memangnya kau pikir aku ini orang jahat?" Ucapku sambil berjalan meninggalkan nya.
"Hey hey ayolah, bukan itu yang ku maksud" jawabnya sambil berjalan mengikutiku.
Kemudian aku dan Zen pun berkeliling sekolah sebentar hingga waktunya disuruh berkumpul di sebuah aula untuk mendengarkan sambutan dari kepala sekolah untuk murid yang baru saja bergabung.
Setelah itu kami disuruh untuk menuju ke kelas masing-masing, satu kelas berisi 25 orang murid. Karena murid yang diterima sangat sedikit jadi tidak ada yang namanya pembagian kelas, jadi semua murid baru saat ini ditempatkan di satu kelas yang sama.
"Oh ya vin, apa kau tadi menggunakan sihir teleportasi? Kau dan kakekmu tadi tiba-tiba saja muncul di depanku" tanya Zen yang duduk tepat disebelahku.
"Yah, begitulah" jawabku.
"Hebat, kau bisa menggunakan teleportasi jarak jauh seperti itu"
"Bukan aku, itu sihir kakekku. Aku hanya bisa sihir teleportasi tingkat rendah yang hanya bisa berpindah ke tempat yang sedang kulihat saja"
"Heee, bukankah berarti kakekmu itu penyihir yang sangat hebat"
"Yah begitulah, aku bahkan tidak pernah menang sekalipun saat berduel dengannya"
"Woaah, kereeeen!!" Ucapnya yang terlihat bersemangat.
Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba guru kami pun masuk ke dalam kelas.
"Ekhem... Baiklah anak-anak, semua harap tenang dan berhenti mengobrol" ucapnya.
"Baik" ucap semua orang.
"Oke, kalau begitu kita langsung mulai saja. Hari ini saya akan menjelaskan tentang..."
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
School Of Wizard
FantasíaAlvin adalah seorang anak yang ingin menjadi penyihir terkuat agar bisa membalaskan kematian kedua orang tuanya. Demi mencapai tujuannya dia masuk ke sekolah yang hanya menerima murid-murid yang kuat. Apakah dia akan berhasil masuk ke sekolah terseb...