02. Ganeta Jatuh Cinta.

57 6 2
                                    

Alasannya tetap sama, aku dan kamu memang sama. Tapi, pilihan hati yang berbeda.

-

Sedari tadi ujung pulpen Ganeta hanya ditekan-tekan saja ke buku tulisnya yang masih kosong, tanpa ada tulisan catatan sedikit pun dari guru di depan yang menerangkan. Tangan kiri Ganeta menopang kepala dengan malas, di samping kanan bangkunya ada Zafa-sahabat Ganeta- yang antusias menikmati pelajaran.

Dasar anak pinter. Batin Ganeta sambil melirik Zafa.

"Margaretha Anela, saya boleh minta tolong?" tanya Bu Ria. Tapi dipikiran Ganeta bukan pertanyaan minta tolong tapi, menegurnya yang melamun dari awal pelajaran hingga tengah pelajaran.

Ganeta segera duduk tegak. "I-iya, Bu."

Ganeta mendorong kursinya sedikit untuk bisa keluar dari bangkunya dan berdiri berjalan meninggalkan kelas. Bu Ria menghembuskan napas lelah dan murid di kelas hanya melongo melihat Ganeta keluar begitu saja, tiba-tiba Ganeta masuk kembali ke dalam kelas dengan wajah bingung dicampur malu.

"Bu, tadi Ibu mau minta tolong apa ya?" Cengiran Ganeta terbit. Dan satu kelas menahan mati-matian agar tak tertawa

Bu Ria menggelengkan kepalanya. "Tolong kamu ambilkan infokus ya?"

Inilah resikonya bila di kelas belum dipasang infokus, kebetulan hanya tinggal beberapa kelas lagi yang belum dipasang Infokus, termasuk kelas Ganeta. Ganeta mengangguk pelan dan permisi menuju ruang guru.

Ganeta melihat dulu isi ruang guru, ternyata kosong. "Mantes kosong, orang gurunya lagi pada ngajar."

Kaki Ganeta melangkah masuk menuju ruang guru dengan celingak-celinguk mencari mesin infokus, ia mencari di meja Bu Ria tapi tak ada di sana.

"Jadi di mana?" gerutu Ganeta, sambil menggaruk kepalanya bingung.

"Kutuan ya?" Eits tunggu, Ganeta sepertinya kenal suara ini. Suara ini berasal dari pintu masuk ruang guru.

Ganeta membalikkan badannya dan melihat sosok Moka sambil membawa mesin infokus di tangannya.

Mama! Kamil pujaan hati Ganeta di sini! Batin Ganeta kelewat senang.

Moka mengerutkan keningnya bingung melihat Ganeta dengan wajah melongo dan tak lupa mulut yang terbuka sedikit. Apa Moka begitu aneh di depannya? Moka segera meletakkan infokus di meja sebelahnya, dan menghampiri Ganeta yang melongo.

Moka menjetikkan jarinya di depan wajah Ganeta, Ganeta segera sadar dan menggeleng-gelengkan kepala linglung.

"Tadi mirip sapi ompong." celetuk Moka sambil menahan tawa.

"Ganteng." gumam Ganeta tanpa sadar, membuat Moka kali ini bergantian melongo.

Apa gadis di hadapan Moka tidak siwer matanya? Apa ini dalam keadaan halu? Apa Mokanya yang salah dengar? Atau yang lainnya? Dalam sejarah hidup Moka baru kali ini ada anak perempuan sebayanya mengatakan 'ganteng' setelah orang tuanya serta Nenek dan Kakeknya.

Apakah ini keajaiban untuk Moka?

"Tadi.. lo bilang apa?" tanya Moka meminta pengulangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moka's LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang