5. Tragedy

8.6K 879 43
                                    

ZACH POV

Sudah hampir dua bulan aku di Indonesia, mengurus perusahaan Papa ternyata bosenin. Enakan di NYC ngurus perusahaan sendiri. Gila, kota ini bikin aku jenuh banget! Banget! Banget!

"Mas Zach, kata ibu makan!" Aku menoleh saat suara lembut itu memanggil namaku.

Sekarang aku hanya melihat satu sudut dalam wajah Yuwan, sudut cantik. Sudut bahaya yang ia miliki sudah kuabaikan.

Hampir dua bulan ini juga aku berusaha tidak menariknya secara paksa ke ranjangku. Yaps, aku ga segila itu. Bisa dikutuk jadi berlian aku sama Mama kalo sampe ngapa-ngapain babysitter kesayangannya ini.

Ya, selama ini aku memerhatikan kalau Mama amat sangat peduli pada Yuwan, meperlakukan Yuwan seperti Mama meperlakukan Mika, adikku. Mama seperti menganggap Yuwan anaknya juga.

"Mas? Ko bengong?!" Tanya Yuwan menyadarkanku dari lamunanku.

"Eh iya, makan ya? Iya iya!" Kataku kikuk, segera saja aku bangkit dan menuju ruang makan.

"Bu, saya pamit pulang ya?" Izin Yuwan saat aku duduk di meja makan.

"Yaudah Yu, bawa juga makanan buat kamu ya?" Kata Ibu.

Terlihat Yuwan hanya mengangguk dan berbalik menuju dapur. Aku berusaha tidak memperdulikannya. Asli, padahal mah pengen banget basa-basi biar bisa nganter dia pulang. Tapi sialnya dia udah jarang banget balik malem karena Nadhira dan Nathan sekarang bisa dibilang lebih jinak.

"Mik! Kamu anter Yuwan gih, kasian malem gini harus jalan ke depan." Terdengar suara Leia dari belakang.

"Kak Zach ajalah, aku banyak tugas ini." Sahut Mika.

"Yaudah sini gue anter." Kataku, yesss!

"Kamu lagi makan Zach!" Seru Mama.

"Nanti di lanjut Ma!" Kataku.

Aku langsung bangkit dan berjalan ke arah dapur. Terlihat Yuwan sedang membereskan tasnya.

"Ayok, Yu!" Kataku.

"Eh, iya Mas." Sahutnya.

Lalu kami sama-sama berjalan keluar lewat pintu samping.

"Maaf ya Mas, saya ngerepotin." Kata Yuwan saat kita masih diseputaran komplek.

"Gue ga kebayang Yu, lo tiap hari jalan dari depan ke rumah, dari rumah ke depan. Ga semaput lo?" Tanyaku.

"Ya cape sih Mas, tapi gapapa lah itung-itung olahraga." Jawabnya lembut.

"Lo ga ada niat buat beli motor aja gitu? Atau apa?" Tanyaku.

"Nope, duitnya mending buat yang lain Mas. Lagian saya gabisa bawanya hehe." Aku melirik ke arahnya, gatau kenapa aku seneng karena obrolan ini jadi terlihat santai.

"Lo ngobrolnya jangan saya-saya-an dong. Kaku banget lo!" Seruku.

"Gapapa Mas, kan emang bagusnya gitu."

"Dan lo selama ini terus manggil gue Mas. Emang gue apaan? Kang parkir?" Tanyaku.

"Lebih enak gitu Mas, lebih sopan." Katanya

Yaelah Yu, lebih enak mah kalo kita diatas ranjang anu-anu-an. Hehhehehe!

"Kalo galangsung pulang gapapa?" Tanyaku, yaps aku punya ide lain haha.

"Eh kemana Mas?" Tanyanya, suara dan raut mukanya terlihat sedikit panik.

"Temenin gue makan, kan gegara lo gue jadi ga beresin makan malem gue." Kataku.

MY GRAVITY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang