ZACH POV
"Ma, itu syarat aku. Aku di Jakarta tapi aku ga tinggal di rumah. Aku udah beli apartment." Kataku.
"Zach, masa gamau tinggal sama keluarga sendiri? Apa bedanya kamu di Jakarta kalo kamu ga tinggal disini?" Tanya Mama.
"I need privacy, that's it!" Kataku.
"Ga ada yang ganggu lo Zach, lo aja yang selalu merasa risih sama keluarga lo." Sahut Leia.
"Ma, Kak, aku setuju urus perusahaan ini. Aku tinggalin usahaku sendiri di New York. Aku penuhin permintaan Papa. But please, please Ma, hargain keputusan aku ini." Pintaku.
"Ini hari pertama lo di Indonesia, de. Udah berantem aja kita. Emang ya, lo tuh kayanya orang yang gabutuh keluarga!" Seru Leia, ia meninggalkan ruang keluarga. Menuju dapur.
"Kak, please!" Pinta Mika, adikku.
"I can't dear. Aku butuh tempat untukku sendiri." Kataku.
Aku melirik Mama, ia hanya diam. Bersender pada sofa yang ia dudukki. Aku menarik nafas, mencoba mencari solusi.
"Ma, tiap hari aku balik kesini, tiap pulang kerja. Tapi malemnya aku balik ke apartmentku, aku cuma numpang tidur disana. Gimana?" Tanyaku.
"Apa susahnya sih Zach tidur disini juga? Lo mau bawa cewe ke tempat lo? Bawa aja sana, malemnya balik kesini, tidur disini." Sahut Leia, ia sudah kembali.
Ya ga diperjelas juga kali kak! Makiku dalam hati.
Lagian bukan itu kok, aku terbiasa sendiri. Dan urusan cewe mah gampang. Tinggal basa-basi dikit cewe-cewe di club pasti mau aku ajak ke kasur.
"Kenapa? Gabisa jawab lo!?" Tanya Leia.
"Ga gitu kak." Hanya itu yang keluar dari mulutku.
"Terus apa?" Tuntut Leia.
"Aku ngurus perusahaan pasti cape, mumet. Nah aku butuh sendiri buat detox." Kataku.
"Alesan aja!" Serunya.
Ia kembali ke dapur, suasana ruang keluarga hening lagi. Tak ada satupun yang buka suara.
"Zach, tolong anter Yuwan balik bisa? Pa Mahdi lagi jemput Julian." Kata Leia, Julian itu suaminya Leia, fyi.
Aku melirik cewe dua muka ini, ya aku memanggilnya cewe dua muka. Abis mukanya begitu, manis dan bahaya.
"Gausah mbak, saya bisa naik bus." Katanya lembut. Suaranya, cocok banget sama sisi mukanya yang manis.
"Udah malem banget ini, bahaya. Mending dianter. Kalo di bawah jam 9 sih saya kasih kamu pulang sendiri. Ini udah jam 10 malem, Yu!" Kata Leia.
"Udah ayok! Gue anter!" Kataku, mending nganter dia keluar dah daripada debat sama Leia.
Aku bangkit dari kursiku, mengambil kunci mobil secara asal dari laci khusus kunci.
"Ayok!" Seruku pada Yuwan sambil berjalan keluar, menuju lahan parkir mobil.
Aku memencet tombol unlock, ternyata kunci yang kuambil adalah kunci mobil lamaku, Aston Martin Vanquish S yang kubeli 6 tahun lalu. Masih ganteng aja ini mobil.
Aku langsung masuk di jok kemudi, kangen-kangenan sama mobil kesayangan zaman muda dulu. Eh sekarang juga masih muda sih.
"Ngapain lo diem melongo disitu!" Seruku pada Yuwan, ia berdiri di samping mobilku.
Aku menurunkan kaca seluruhnya, melihat ia yang berdiri kikuk.
"Masuk, mau jadi patung?" Tanyaku. Ia menganguk dan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GRAVITY ✔
Ficción GeneralGila, ini cewe nano-nano banget jadi manusia. Eh? Lebih deng, dia gacuma manis-asam-asin-pedes. Dia berjuta-juta rasanya. - Zach. Hidup lo berantakan banget dah, ehhh... sama deng! - Yuwan. A story by: kadallilah Published start 1 may 2017 Finish at...