Dua

20 4 0
                                    

Hari-hari ku lalui dengan malasnya. Aku banyak bertemu dengan muka-muka asing, tapi ada juga beberapa yang sudah ku kenal.

Hingga aku bertemu dengan Rafael. Rafael Situmorang. Ya. Dia yang telah merubah sudut pandangku.

Kedekatanku semakin terasa semenjak hari ulang tahunnya.

Aku mengiriminya semua pesan singkat.

Happy birthday.

Satu menit kemudian, aku merasakan ponselku bergetar. Dan aku hampir saja berteriak begitu melihat dari siapa dan apa pesan tersebut.

Iya makasih ya.

Oke. Mungkin tak ada yang spesial dari pesan itu. Tapi ketika pesan di balas oleh doi, itu seperti terbang ke awan.

Keesokkan harinya, winda mendatangi aku dengan buru-buru.

"Ud..ah tau bel..um, Rafa..el ulang tah..un kema..rin?", tanyanya dengan suara tersengal-sengal.

"Udah", sahutku cuek.

Winda menarik napasnya panjang kemudian bertanya lagi, "jadi mau dikasih kado apa?",

Pertanyaan Winda berhasil membuatku berpikir sejenak. Apa yang mau ku kasih ke Rafael ya, batinku.

"Kasih jam tangan aja", celetuk Lia santai.

"Iya itu juga boleh", sahut Winda menanggapi. Dan aku hanya terdiam memikirkan kado apa yang akan ku kasih ke Rafael.

Hari ini tanggal 17 Agustus 2016. Seluruh siswa akan mengikuti upacara bendera, untuk memperingati kemerdekaan Indonesia.

Dan pasti, banyak siswa yang ogah-ogahan ketika upacara dengan keadaan panas terik dan baju seragam mulai basah karena keringat.

Tak berbeda jauh dengan aku. Aku pun merasakan risih ketika bajuku basah karena keringat dan membuatku jadi tidak bersemangat mengikuti upacara.

Tapi tiba-tiba, aku merasa mendapat suntikan semangat ketika proses pengibaran bendera akan dilaksanakan.

Aku melihat Rafael dengan gagahnya berdiri di barisan pengibar bendera. Seketika kewibawaannya muncul, membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh hati.

"Cieeee cieeee", seru teman-temanku hampir serentak.

Sial. Aku ketahuan memperhatikan Rafael. Aku merasakan pipiku memerah karena malu.

Sejauh kedekatanku dengan Rafael, aku merasa nyaman. Aku merasa sekolah menjadi 'rumah kedua' untukku.

Dan tak ingin munafik. Aku mengakui bahwa aku jatuh hati dengannya. Dengan sosok dingin dan juteknya.

Mungkin beberapa temanku mengira aku sudah hilang akal, bisa menjatuhkan hatiku kepada Rafael.

Tapi bagiku, Rafael adalah seseorang yang telah merubah sudut pandangku. Yang telah menyuntikkan suntikan semangat kepadaku secara tidak langsung.

Dan aku berfikir bahwa, Allah selalu mendengar doaku. Ia telah mengabulkan apapun yang aku pintakan. Dan Ia telah menghadirkan seseorang yang ku minta, Ia menghadirkan Rafael kedalam hidupku.

Dan aku bersyukur atas itu.

*untuk Rafael. Aku patut berterima kasih kepadamu karena kamu telah memberikan efek positif kepadaku. Dan aku telah menaruh harapan kepadamu.

Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang