1. bencana

53 13 14
                                    

Celakalah seseorang yang tidak tahu dirinya.

♥♥♡♥♥


Masuk angkot, dan mulai menduduki bangku disamping pintu sepertinya akan menjadi kebiasaan siswi berseragam batik biru untuk tiga tahun kedepan.

"Ck"seseorang masuk dan menjatuhkan notes biru dari genggaman siswi berransel itu.

"Sorry mbak." ucap seorang pria sambil duduk disamping gadis berbatik biru dan menyodorkan benda biru milik gadis itu.

Tidak lupa Bina, gadis pemilik benda biru, ucapkan terimakasih pada pemuda yang duduk di sampingnya setelah mengambil buku kecil warna biru dari genggaman pria itu.

Bina terbelak, gang sekolah telah terlewat "Kiri pak!"

Terpenjat saat melihat jam yang menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas di tangan kanannya. Sepertinya berlari menuju gerbang sekolah juga akan menjadi kebiasaan barunya.

**

Suasana kelas tampak ramai dengan kosongnya jam pelajaran diminggu pertama masuk sekolah. Seluruh siswa kelas Xipa3 terlihat akrab walau beberapa hari lalu baru saling mengenal.

Terlihat aneh saat sudah menduduki bangku sma tapi masih berbatik smp. Ya, begnilah nasib sebagian besar siswa kelas sepuluh yang belum mendapat kepastian dari tukang jahit yang dipercaya untuk merampungkan seragam mereka.

Melani, siswi dengan seragam batik yang serupa dengan Bina itu meninggikan alisnya sambil tetap bernanyi bersama earphone di telingannya sesaat setelah Bina menyenggolnya.

"Minta drakor dums." kerutan didahinya bertambah. Bina tampak kesal dan mulai melepas earphone ditelinganya dengan kasar.

Bina menodongkkan kedua tangan "Minta drakor dums, lo bawa flashdisknya kan."

"Emang mau yang judulnya apa?" tanyanya.

Bina mulai mencari sesuatu didalam tas punggung biru miliknya. Mulai memasukkan tangan dan melihat ke dalam tas. Merasa kurang puas ia mulai mengeluarkan isinya.

"Oh my God, aku kehilangan notesku. Hidupku dan matiku,"

"Huft." helaan nafas keluar dari bibir gadis ceroboh itu. Perasaan haru terlihat dari wajah sedihnya.

"Eh emang mau yang judulnya apa?"
Ucap melani sambil memukul meja teman sebangkunya.

Bina menatapnya dengan muka memelas.

"Huft, kali ini apalagi yang hilang?" tanyanya seolah bosan dengan kebiasaan buruk sahabat baiknya.

"Notesku mel. Lo tau kan buku kecil itu yang bantu gue buat inget banyak hal."

"Nih..."ia menyodorkan benda biru kepada Bina, "Tadikan lo yang titip kegue waktu ninggalin gue dikantin. Right?"

"Thank you."

"Eits..."ia kembali menarik benda milik teman semejanya saat Bina akan merampasnya. "pikun ya? Mana uang bakso sama es teh, enak aja maen kabur kagak bayar bisa jual rumah entar emak gue."

"Ya kagak jual rumah juga kalik, bakso doang sih." ucap bina sambil menyodorkan beberapa uang dua ribuan.

***

Bel sekolah mulai terdengar nyaring disetiap sudut sekolah. Bina, gadis berbatik biru itu memilih untuk segera bangkit dan berjalan menuju ruang musik.

Setelah menerima daftar ekskul dan mengisinya kemarin Bina resmi bergabung dengan ekskul musik dan ini adalah latihan perdananya.

"Assalamualaikum..." salamnya setelah mumbuka knop pintu ruang musik.

Senyum manis menghiasi wajah bina sesaat setelah seorang mempersilahkannya masuk. Tak berselang lama seorang berseragam dinas masuk.

"Baik perkenalkan saya pak dandi pembimbing ekskul musik disini. Untuk pertemuan pertama dapat dimulai dengan perkenalan. Nama, kelas dan alat musik yang dapat dimainkan. Mengerti?"

Setelah mendapat respon anggukan kepala dari para anggota ia mulai menujuk bagian kiri. "Baik dimulai dari ujung kiri!"

Ya, setelah sesi perkenalan para anggota yang baru bergabung mulai dites dengan kemampuan masing masing untuk di bagi menjadi beberapa kelompok.

Bina mulai tersenyum bangga.
"Dan ini saatnya aku menunjukkan bakatku." ujar batinnya.

Bina mulai membuka notes biru kesayangannya.tampak mencari sesuatu diselipan buku kecil itu. Merasa tidak menemukan sesuatu ia mulai menggeledah tas dan mengeluarkan semua yang ada di dalamnya.

"Demi apa pick gitar tercintakuh tak dapat kutemukan." batinnya berkata.

"Hei tunggu apa lagi? Segera mainkan alat musik yang kau bisa!" pak dandi mulai meminta Bina untuk maju dan memulai.

"Maaf pak tapi saya ga bisa main gitar tanpa pick" ucap Bina sambil memasukkan buku buku dan alat tulis yang berserakkan di sekitarnya ke dalam ransel.

"Kamu bisa main tidak? Kalau tidak kenapa gabung?"

"Bisa dong pak saya lagi berduka atas hilangnya pick gitar kesayangan saya. Dan saya ga bisa tanpanya"

"Bisa atau tidak?" amarah mulai tampak dari raut wajahnya. "Kalau tidak keluar!"

"Huft." helaan nafas keluar dari mungilnya. Melangkah keluar dari ruangan berac itu dengan wajah muram.

Sore mulai menjelang, Bina melangkahkan kakinya munuju taman sekolah. Mendudukkan diri di bangku taman sekolah

Pickku" gumaman itu terus kuluar dari bibirnya sambil tetap menggeledah tas punggungnya berharab banda yang dicarinya dapat kembali padanya.

Keningnya mulai berkerut sesaat setelah hidungnya mengendus bau asap rokok. tersadar, ia mulai bangkit dan berniat pulang.

Mata Bina membulat saat seorang siswa berpenampilan acak-acakkan mendarat didepannya. Jari-jari bina mengusap dagunya menelaah. Pria itu tampak menjatuhkan rokok di tangan kirinya lalu menginjaknya.

"Hai..." ujar seorang pria sambil menyodorkan sesuatu kearah Bina.

Bina menerimannya dengan banyak pertanyaan yang berkelana dalam pikirannya. Pria itu menariknya untuk kembali duduk di bangku taman.

"Gue Zakky" pria bernama Zakky itu menyodorkan tangan kanannya yang disambut Bina bersama ucapan terimakasih.

"Gue Bina, Sabina berlyana firdaus. By the way, kok bisa sama lo sih?" Bina mulai melontarkan pertanyaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang