Part 7

3.2K 305 18
                                    

Kicauan burung dari belakang rumah membuat pagi itu lebih terasa "aneh" menurut Aleni.

Setelah berada di luar rumah, kakinya melangkah acuh di atas genangan-genangan bekas air hujan tadi malam.

Bibirnya tersenyum manis saat beberapa tetangga menyapa dirinya. Namun senyum itu tidak bertahan lama saat dia sudah sendirian.

Sejak tadi malam. Perasaan Aleni gelisah, di tambah hujan deras yang membuat berisik atap rumahnya.

"Aku tidak suka ini" bibirnya berucap pelan.

Aleni mengabaikan mobil hitam yang setia mengikutinya dari belakang. Bibirnya mencebik cemas karena Devin tidak menghubunginya.

"Perasaan apa ini" bisiknya sesaat setelah menaiki Bus menuju sekolah.

Kakinya langsung melangkah menuju kursi paling belakang. Beberapa saat termangu, matanya menangkap mobil hitam yang mengikuti Bus. Aleni kembali mengingat dengan jelas kejadian itu.

Aleni melangkah dengan suasana hati riang. Bibirnya bersenandung kecil. Matanya menyipit curiga saat sebuah mobil hitam berhenti mendadak di depannnya.

Penculik!

Karena kepalanya membunyikan alarm bahaya. Gadis itu langsung berlari meninggalkan mobil itu sebelum si pemilik ke luar.

Wanita berseragam serba hitam yang baru saja keluar dari mobil mengernyit heran melihat Aleni yang berlari dengan segenap tenaganya.

"Nona. Tunggu..."

Karena tidak ada respon dari Aleni. Wanita itu kembali memasuki mobil dan mengejar Aleni ke tempat pemberhentian Bus.

Napas Aleni memburu, jantungnya berdetak cepat "penguntit..."

Ponsel di dalam saku jaketnya membuat senyum Aleni terbit "Devil... ada penguntit. Memakai mobil hitam. Dan dia mencoba untuk menculik ku"

Suara tawa terdengar di ujung sana. Devin tidak bisa menghentikan tawanya.

"Kau gila" desis Aleni.

Suara tawa masih terdengar bahkan lebih kencang. Aleni semakin kesal langsung menutup sambungan dan menolak semua panggilan dari Devin.

Kaki Aleni menghentak saat Bus yang dia tunggu masih belum ada. Kekehan dari arah samping membuat gadis itu bergumam kesal.

"Huh.." mata Aleni menangkap sebuah sosok yang menghampirinya "apa yang kau lakukan di sini"

Devin menahan seringaiannya "menemui mu, sayang" mata si tampan mengerling nakal.

"Ck.." Aleni berjalan menaiki Bus yang sudah datang.

Devin masih setia mengikuti langkah kaki gadisnya. Saat si cantik itu sudah menemukan tempat duduknya. Devin segera duduk disamping Aleni.

"marah ?"

"Tidak"

Mata Aleni melihat ke luar jendela. Hidungnya menghirup rakus bau yang menguar dari tubuh Devin. Dia merindukannya.

"Maaf.." ucap Devin singkat "tapi aku tidak akan meminta maaf karena merindukanmu"

Bibir Aleni secara spontan tertarik ke atas.

Devin menatap Aleni dengan terang-terangan "hari ku pasti akan sangat bahagia karena sudah melihat senyum manis mu itu"

Wajah Aleni berubah menjadi merah. Bibirnya tidak bisa berhenti mengeluarkan senyum bodoh itu.

AlevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang