Part 4

7.4K 453 22
                                    

Aleni masih sibuk mengerjakan tugas Kimia di perpustakaan. Di sampingnya, si tampan Devin duduk sambil bermain ponsel. Sesekali wajah tampan itu melirik gadisnya.

"Dev.." celetuk Aleni yang ketiga kalinya, Aleni masih terfokus pada buku di hadapannya.

"mm.."

"duluan saja"

"mm.."

Aleni mencibir dalam hati. Dasar pacar. Untung ganteng. Setelah 30 menit berlalu Aleni dan Devin keluar dari perpustakaan umum.

"pulang ?"

Aleni menggeleng "jalan sebentar ya"

Devin hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki gadisnya menuju mobil. Aleni membawa Devin ke taman kota. Menarik Devin untuk ber-selfie dan membeli makanan yang berjejer. Sesekali Aleni menggoda Devin saat beberapa anak SMP mulai memperhatikan Devin.

"Ciee.. yang selalu jadi idola" goda Aleni lagi.

"Siapa ?" Sahut Devin cuek.

"Kau.. siapa lagi"

"Masa sih"

Aleni gemas sendiri melihat cowok yang berjalan di sisinya itu "untung ganteng" gumam Aleni.

"Apa ?"

"Apa ?" ulang Aleni.

"Apa" balas Devin lagi.

"Ihh.. Devil. Kau yang duluan" sikap manja Aleni mulai keluar tanpa dia sadari.

Sedangkan Devin menyukainya, Devin selalu suka jika Aleni manja pada dirinya padahal dari dulu Devin selalu risih jika kakaknya seperti itu.

"Aku ganteng"

"Eh.." gugup Aleni matanya meliar kemana-mana "Ngaku ganteng nggak malu nih" canda Aleni masih melihat kearah lain.

Devin menahan kekehannya melihat gerak-gerik gelisah Aleni "barusan kau yang mengatakannya"

Aleni mengacak rambutnya gemas "jangan terlalu jujur"

"Jujur sama pacar tidak masalah" kekeh Devin.

Aleni menggembungkan pipinya tanda dia sedang kesal dan Devin langsung mencium pipinya. Wajah Aleni merah padam sedangkan Devin tertawa senang.

"Cantik.." puji Devin.

Aleni semakin bungkam matanya melirik ke arah lain sampai sesuatu menarik perhatiannya.

Aleni berlari kecil ketika pandangan matanya melihat seorang gadis yang sibuk melukis, ada beberapa orang yang juga memperhatikan gadis pelukis itu. Devin tersenyum melihat tingkah gadisnya.

Aleni suka pelukis meskipun dia tidak bisa melukis. Dia selalu mengagumi orang hebat yang membubuhkan sebuah warna menjadi suatu objek. Mata Aleni selalu berbinar setiap kali melihat hasil akhir sebuah seni itu.

Senyum Aleni mengembang saat lukisan itu selesai "luar biasa" gumamnya.

Lukisan yang di dalamnya terdapat pemandangan taman sore ini.

Aleni menyadari sesuatu yang kurang, di sampingnya sudah tidak ada Devin "Devil..."

Aleni mencari sosok tampan itu sebelum kakinya melangkah, suhu dingin menyentuh tengkuknya "Dev, dari mana ?"

Devin mengusap kepala Aleni "beli minuman. Kangen ?"

Aleni mencibir dan langsung meminum minuman kaleng yang di berikan Devin.

Aleni kembali melangkah menuju bangku taman yang kosong "ah.. segar"

Aleni pura-pura melihat kesana kemari karena jantungnya sudah mulai maraton. Aleni tahu betul jika saat ini Devin memandanginya tanpa jeda.

AlevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang