Part 1

30.3K 1.1K 10
                                    

Nobody want me
My parent didn't want me exist
My Bestfriend stab my back
Women didn't want to be mine
It's not my fault anyway
The Evil like me being jerk
I didn't wanna give satisfaction
to someone who care about me
This is me
I'm not you


Matahari pagi menyelinapkan terangnya kedalam gorden kamar. Nampak seorang pria muda menggeliat sesaat sambil menurunkan kaki kirinya kearah lantai.

Dengan gontai ia menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya di wastafel. Ia melihat seraut wajah kusam, kedua mata memerah dan kulit bibir yang kering.

Inilah aku. Useless person.

Efek hang over semalam meneguk Jack Daniel setengah botol nampak berpengaruh pada dirinya dan otak sialannya.

Di raihnya sikat dan pasta. Menggosok giginya perlahan sambil menatap kedua mata merahnya. Lalu ia mengambil Aftersave-nya dan memulai mencukur. Kemudian pemuda itu mandi kilat dan berpakaian.

Ia membuka kulkas-nya yang bobrok, freon-nya sering berbunyi kala malam hari, ia bahkan tak perduli. Jika ia pulang pukul 2.30am setelah bekerja sebagai Bartender di sebuah Club mewah di tengah kota, ia akan mampir ke sebuah mini mart untuk membeli roti untuk esok paginya tapi semalam ia tak membelinya. Ia mabuk dan tak tahu siapa yang mengantarnya ke dalam apartemen kecilnya yang suram ini.

Dengan kasar ia menutup pintu kulkas, suara freon-nya mendesing keras. Ia kelaparan. Ia meraih dompet dan ponsel yang tergeletak rapi di meja ruang tamunya dan bergegas turun tanpa perduli mengunci pintu.
Tak ada barang berharga yang patut dicuri di dalam. Pikirnya.

Menekan tombol turun pada lift dengan tak sabar. Di tekan-tekan terus tanpa henti hingga ia mendengar suara terkekeh. Anehnya suara terkekeh itu terdengar seksi.

Ia menoleh. Mendapatkan Eliza, tetangga sebelah apartemennya.

"Just press once it's never get enough for you," gumamnya lembut sambil melingkarkan kedua tangannya ke dada.

Evil smirk terbit di wajah datar pemuda itu.

"Owh yeah! maybe i could press you're shape of body to get you turn on," bisiknya ditelinga Eliza.

Wajah manisnya bersemu lembut, diselipkan helai rambut ke telinganya tanda gugup.

"Kau mau pergi kemana sepagi ini, Jam's," ucapnya sambil berdeham tak nyaman dengan kedekatan mereka.

"Aku mau beli sarapan di mini mart," jawabnya sambil menatap Eliza lekat.

Dengan gugup Eliza menganggguk mengalihkan pandangan kearah lain kecuali kearah James Andrews. Handsome man as sin, tall with big body, the muscles in his body too hard and smooth, brown hair and eyes makes you're melted on the floor when his lookin' straight to you.

Eliza mendesah pelan. Fikirannya melantur kemana-mana. James meraih pinggangnya, meremasnya lembut. Terdengar pintu lift berbunyi dan terbuka pelan.

"Kau mau ikut?"

Eliza menggeleng.

"I have a slice of sandwich if you want it," sambil menunduk ia menawarkan sisa sandwich yang dibuatnya pagi ini.

Dengan wajah datar, James menekan tombol menutup pada lift. Dia tersenyum penuh rahasia kepada gadis pemalu rekan kerjanya di Club.

"Let's go! I'm starving," ujarnya sambil menggandeng tangan eliza yang hangat. Saat di tempat kerja, James tak pernah impulsif. Ia selalu memikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Tindakannya pada Eliza saat ini adalah yang pertama kali-nya.

My Possessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang