Stay with me, darling
I wanna hold you in my arms
And always beside youBeberapa menit kemudian, James tersadar. Ia mengerang dan meregangkan tubuh dengan pelan. Sekujur tubuhnya sakit dan nyeri di sekitar rahang dan tulang iganya.
Dengan sigap Eliza menghampirinya dan meletakkan secangkir kopi di meja. Memberikan bantal sofa pada James untuk menopang punggung lebarnya. James kembali mengerang menahan nyeri.
Mata James meredup menatap kekasihnya. Eliza memberikannya secangkir kopi. James menyesapnya dengan penuh syukur.
"Thanks, Liz," kata James sambil memberikan cangkir yang kosong setengah.
"Kau ingin makan sesuatu?"
James memeluk tubuhnya, menyamankan posisi duduk yang sedikit berbaring.
"Aku suka sandwich yang kau buat untuk sarapan." Eliza tersenyum seraya bangkit menuju dapur kecilnya.
Eliza membuat beef sandwich dengan cepat, ia membuat dua potong sandwich dan mengambil es untuk mengompres memar James.
James melahap habis bagiannya sambil mengompres memar di bagian rahang-nya.
"Does it feel better?" tanya gadis itu sambil mengigit sandwich-nya.
"Hmm. Siapa yang membantumu membawaku kemari, Liz?" tanya James dengan mulut penuh isi.
Eliza merapihkan meja dan membawa piring-piring dan cangkir ke dapur. "Saat kau dipukuli oleh pria asing itu, ada dua orang pria yang membantu kita. Mereka memukuli pria itu sampai terkapar dan mereka juga yang mengangkatmu ke sini."
James nampak melamun sejenak. "Apa kau mengenal mereka, Liz?"
"Tidak. Tapi penampilan mereka seperti bodyguard atau mungkin seorang agent?" Eliza tak yakin itu benar namun ia berasumsi bahwa pria-pria itu nampak seperti agent keamanan.
"Saat kutanya siapa mereka, mereka hanya tersenyum dan langsung pergi dari sini," lanjut Eliza dengan pandangan menerawang.
Gadis itu beranjak ke dalam kamar sambil membawa selimut tebal dan terduduk di sisi James, menyelimuti mereka berdua.
James memeluknya dari samping, mengecup kening Eliza lembut.
"Sorry, Liz. I can't protect you," ucap James lirih.
"Nope. You are not ready when that guy hit you, please don't say sorry." Tatapan Eliza melembut, ia merapatkan diri pada sisi James ketika kantuk menyelimuti mereka berdua.
***
Esok paginya, meja makan sudah terisi beberapa sarapan. Omelet, sandwich dan beacon. Nampak James menghampiri Eliza ketika ia selesai dari kamar mandi.
Memar-nya masih nampak namun James merasakan tubuhnya berangsur pulih ketika ia mandi air hangat di kamar mandi Eliza.
James memeluk kekasihnya dari belakang. Eliza menolehkan wajahnya untuk dikecup oleh James.
"Let's grab some food, I'm starving," kata James seraya menelusupkan wajah di lekukan leher Eliza.
Eliza menyelesaikan merapihkan dapur dan langsung menggandeng James ke meja makan. James makan dengan tenang meski kadang sesekali mengerang kesakitan karena rahangnya yang terasa nyeri.
Usai sarapan, James mengantar Eliza ke kampus. Hari ini gadis itu hanya setengah hari di kampus karena ia harus mengumpulkan hasil riset mengenai manajemen keuangan di perpustakaan tengah kota. James berjanji akan mengantarkan kekasihnya setelah ia usai kuliah.
***
Eliza menelfon James ketika pemuda itu tengah menyambungkan kabel karburator ke mesin. Dengan cepat James mengambil lap untuk membersihkan oli dan gemuk yang menempel di jari-jarinya.
"Yup, Babe."
"Setengah jam lagi aku selesai,"
"Okay, I'm on the way," jawab James seraya mengambil jaket kulit yang ia gantung di samping perkakas.
Setelah James pamit pada Mr. Johnson, kepala mekanik sekaligus pemilik Harleys Shop & Drive, ia mengendarai mobilnya dengan cepat hingga dua puluh menit kemudian James telah sampai di kampus Eliza.
James menunggu Eliza di pelataran parkir kampus ketika ia mendapat telfon dari nomor tak dikenal.
"Yup?" sapa James basa-basi.
"James?" tanya seorang pria diseberang sana.
"What's up?"
"Kau ada waktu siang ini?"
James mengenali suara si Pak Tua.
"Aku harus kembali bekerja sekembalinya dari kampus, Sir," jawab James tegas.
"Kapan kau ada waktu mengunjungiku, James? Apakah kau membuang kartu namaku?" tanya Mr. Philips.
"Nope, I'm still keep it. I'm going to call you if i'm not busy."
Terdengar desahan Mr. Philip Andrews mengalah.
"Okay, I'm waiting for you next week. If you don't mind," katanya dengan nada kecewa sambil memutuskan sambungan telfon setelah mendengar cucunya itu berjanji akan menemuinya.
James hanya menghela nafas berat. Nampak dari jauh Eliza menghampiri mobilnya, ketika sudah berada di dalam, James menarik tubuh kekasihnya sambil mengecup bibir Eliza dengan mesra.
Dengan sekuat tenaga, James mengendalikan nafsu-nya yang menggelora ketika membelai tubuh Eliza yang menggiurkan. Tatapannya berubah berkabut saat melepaskan pagutannya pada bibir gadis itu.
"I want you, baby." Suara James sarat dengan gairah, wajah Eliza nampak merah merona.
James tahu bahwa kekasihnya itu menginginkannya juga, dengan cepat James menyalakan mesin dan menarik tuas kopling. Ia berkendara dengan cepat dan tiba-tiba memutar kemudi memasuki blok di samping ruko yang kosong dan sepi.
Ia menarik tuas bangku pengemudi kearah belakang dan meraih Eliza untuk duduk di pangkuannya. Gairah menyelubungi keduanya hingga James harus memukul dashboard untuk mengambil pengaman yang memang sudah ia siapkan.
Seketika keduanya terseret arus gairah yang memuncak dengan tiba-tiba. Hingga beberapa menit kemudian hanya terdengar suara desahan nafas yang berangsur-angsur mereda.
James mengecup bibir Eliza lembut seraya menyalakan mesin mobil dan mengendarainya dengan cepat menuju apartment-nya.
***
Tbc
December 9, 2017.