Part 2

15.4K 830 5
                                    

I've been told you that i'm not good enough for you
But you never listen to me


Music beat dan Tecno menghentak dengan keras. Pengunjung mulai memadati dance floor. Tarian erotis terlihat di peragakan oleh sebagian pasangan.

Area Bar telah dipadati oleh beberapa pemuda pemudi. Di central Bar nampak James tengah melakukan Juggling dengan tiga buah botol. Terdengar riuh rendah sorakan dan pekikan dari pengunjung wanita yang melihat atraksi James.

James berusaha fokus namun kedua matanya mengawasi Eliza dari kejauhan. Gadis itu tengah terlibat obrolan tak penting dengan Tony, salah satu Bodyguard  Stardust Pub & Bar.

Dengan sedikit kesal, ia meletakkan botol-botol itu di pojokan Bar dan menghampiri pengunjung wanita yang menarik perhatiannya sedari tadi.

Tubuh sintalnya menggugah selera kaum pria tapi ia memastikan kalau itu adalah hasil dari suntikan silicon.

"Hi Jamie," sapanya sambil membelai sepanjang lengan James.

James hanya tersenyum tipis, mendekatkan dirinya kepada wanita make up tebal itu.

"Mau minum apa, Miss,"

Sang wanita mendesah pelan, hembusan alkohol tercium dari bibir merahnya. Ia sudah setengah mabuk, fikir James.

"Grey goose, please," desahnya di telinga James, meski music yang semakin menggila, James masih dapat mendengar suara seksinya.

"Wait then." James berlalu dari wanita seksi tersebut lalu meracik minuman permintaannya.

James segera memberikan minumannya dan si wanita menyesapnya dengan pelan. Kemudian ia menggeser gelasnya untuk James cicipi. Sebelah alis mata James terangkat menggoda lalu ia mengambil alih minuman itu. Mencobanya sedikit dan wanita itu menandaskan minuman tersebut.

"What's your name, Miss," tanya James lembut di telinga si wanita.

Wanita itu mendesah kembali sambil mengelus dadanya naik turun.

"You can call me Clara, honey," gumamnya lembut. James mengangguk pelan sambil sesekali melirik keberadaan Eliza.

Eliza menatap ke arah Bar. Hatinya meradang. James tampak meladeni rayuan si Jalang Clara. Tony menarik perhatiannya dengan obrolan ajakan kencan akhir minggu yang ditolaknya dengan halus, ia beralasan akan menjenguk orangtuanya yang kini bermukim di pinggiran kota South Carolina.

Dengan gelisah, Eliza menuju dapur membawakan pesanan untuk pengunjung di VIP Lounge di lantai 2. Usai mengantar pesanan itu, Eliza kembali ke posisi stand by di sekitar area Bar, matanya sibuk mencari keberadaan James tapi tak menemukan keberadaan pemuda itu.

Untuk menghindari Tony, Eliza bergegas menuju Rest Room untuk mengecek make up-nya. Ekor matanya menangkap 2 sosok di ujung pintu Rest Room tengah bercumbu dengan panas. Eliza memicingkan matanya menyesuaikan pandangan karena lampu sekitar di setting redup.

Gadis itu mendesah pelan, sosok itu tak lain adalah  James dan si Jalang Clara. Ia berdeham agak keras menginterupsi mereka. Clara mengerang protes saat James melepaskan bibirnya. Mata James berkabut menatap ke arah Eliza, seringai nakalnya muncul. Eliza memutar kedua bola matanya tampak jengah.

"Mr. Harold mencarimu Jam's," ucap Eliza sambil memasuki Rest Room. James tahu Eliza berbohong. Mr. Harold tak pernah menyuruh Eliza untuk memanggil James, ia akan menugaskan Tony atau Arthur jika akan memanggil James.

"I got to go, sweety," gumam James sambil mengelus pipi Clara lembut sebelum beranjak pergi tapi Clara menarik lengannya.

"Kau akan menginap ditempatku kan?" Rayunya.

James berfikir sejenak lalu menggeleng.

"Maybe next time," jawabnya singkat sambil melangkah menuju area Bar.

Malam tengah merangkak lamban. Jam menunjukkan pukul 01.40. Usai bekerja, Eliza menuju loker untuk mengganti uniform-nya. Setelah selesai, ia bergegas menuju parkiran. Saat ia hendak membuka pintu tiba-tiba seseorang meraih pergelangan tangannya. Ia terlonjak kaget. Lalu mundur sedikit dari si orang asing yang ternyata adalah James.

"May i going home with you?" Tanya James lirih, aroma vodca menguar dari bibir seksinya. Tubuh kekarnya menyender di sebelah Eliza.

Tanpa curiga, Eliza mengangguk. Karena ia tahu James tidak akan melukainya meski ia mabuk berat.

Di sepanjang perjalanan menuju apartment, Eliza terus melirik ke arah James yang terpejam. Mengagumi bulu mata pemuda itu yang lebat,  berwarna hitam legam dan lentik. Bibir yang di ciptakan dengan sempurna meliuk indah, bibir bawahnya yang menebal menjanjikan ciuman dahsyat yang pernah dirasakannya. Lamunan mesum takkan membawamu kemana-mana, Eliza. Tegur dewi bathinnya.

Eliza membangunkan James saat mereka telah sampai di parkir lot apartment. James mengerang sambil membuka matanya perlahan. Dengan gontai ia membuka pintu dan menutupnya dengan pelan.

Tanpa disuruh, Eliza memapah James dengan sigap berada disamping kanan James. Menekan tombol lift menuju apartment mereka.

Tiba di depan pintu apartment James, pemuda itu membukakan pintunya dan keduanya pun masuk kedalam dengan pelan. Langkah James yang gontai membuat Eliza kesulitan memapahnya hingga ke sofa.

Saat Eliza hendak bangkit dari sofa, James menarik lengannya. Eliza menatapnya dengan pandangan lembut. Apa yang kau inginkan James? Let me go, please.

Eliza kembali terduduk di sofa. James meraih pinggangnya sambil menarik tubuh Eliza lebih merapat kepadanya.

James meraih tengkuknya perlahan dan mencium bibir merah Eliza yang ranum. Desahan, cecapan dan erangan lolos dari bibir gadis itu. Pemuda itu semakin gencar menciumnya dengan nafsu yang tak tertahankan.

Dengan cepat James membopong Eliza menuju kamar. James meletakkan tubuh gadis itu dengan lembut di kasur kemudian beranjak menuju pintu kamar lalu dengan cepat menendangkan kaki panjangnya menutup pintu. Kedua matanya gelap oleh nafsu yang mengaum. 

"I want you scream my name all night long, baby," gumam James seraya melepaskan kemeja dan Jeans, melemparnya sembarangan.

"It's my pleasure," jawab Eliza lirih.

Eliza menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Gadis itu mengulurkan tangan kirinya dan pemuda itu menyambutnya.

***

TBC

June 2, 2017

My Possessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang