Chapter 1 : Kamar Mandiku Adalah Rawa - Rawa

34 2 0
                                    



I knew who I was this morning

But I've changed a few times since then.

-Alice in Wonderland-



30 DETIK DI KAMAR MANDI ADALAH MIMPI BURUK BAGIKU. Bayangkan saja jika kau bangun pagi – pagi, pergi ke kemar mandi untuk mencuci mukamu, dan tiba – tiba dasar wastafelmu yang sejauh sepuluh senti tidak terlihat lagi. Hei, sepuluh senti tidak sejauh itu kan ? Padahal, jelas – jelas kesadaranku sudah berada di atas permukaan dan mataku terbuka lebar – lebar. Aku tidak sedang bermimpi. Aku –sangat – yakin akan hal itu. Dan aku tidak menderita penyakit mata apapun.

Pagi itu, aku terbangun karena cahaya matahari menembus celah – celah ventilasiku. Udara hangat khas musim panas benar – benar membuatku ingin mencelupkan diri ke Sungai Thames yang terlihat di kejauhan sana. Mataku langsung terpaku menuju jam dinding berwarna hitam putih di atas nakas. Jam tujuh pagi. Ah, musim panas memang membuatku bangun lebih pagi. Menyebalkan.

Aku berjalan menuju kamar mandi masih dengan setelan piyamaku. Dress putih selutut dengan lengan hingga siku. Surai dark brown sepunggungku masih acak – acakan dan mataku belum sepenuhnya terbuka dengan baik dan benar. Menghabiskan liburan musim panasku dengan bangun pukul tujuh pagi memang tak pernah menyenangkan.

Aku segera menghidupan keran dan memenuhi wastafelku. Mukaku yang tengah berada pada fase paling kusut langsung aku celupkan ke sana. Aku membuka mataku. Dasar wastafelku masih putih bersih seperti biasanya. Tiga puluh detik berlalu, sampai suatu perubahan mulai aku sadari.

Hei, sejak kapan dasar wastafelku sedalam itu ? Dan apa – apaan dengan air yang semakin menggelap dan berwarna biru kehitaman. Ah, sepertinya aku mulai melantur lagi. Aku pun mengerjapkan mata beberapa kali. Pemandangan di depanku tidak berubah sama sekali. Bahkan, lebih parah.

Kakiku yang tadinya menapaki keramik dingin yang padat tiba – tiba saja terasa tenggelam ke dalam sesuatu yang lembut, basah, dan berair. Terasa seperti tenggelam ke dalam lumpur. Ha ! tidak mungkin. Mustahil ada lumpur yang mampu menenggelamkan kakiku hingga sebatas mata kaki di dalam kamar ini.

Aku yakin seratus persen kalau aku telah bangkit dari tempat tidurku yang memiliki gaya gravitasi melebihi 10 m/s2 itu. Dan, sungguh, aku benar – benar sadar sekarang. Ini bukan mimpi. Aku bahkan benar – benar merasakan dinginnya air yang membasahi wajahku dan pinggiran wastafel yang –tanpa sadar – aku cengkram sejak tadi.

Aku menghela nafas di dalam air. Sungguh awal yang gila untuk memulai hariku. Gelembung – gelembung nafasku naik ke permukaan secara perlahan. Aku sendiri entah kenapa sempat – sempatnya memperhatikan hal ini. Dan yang tidak kalah anehnya adalah gelembung – gelembung itu menembus air dan menghilang ke udara tanpa meledak sedikit pun.

Oke. Aku pasti sudah gila ! bisakah seseorang menyadarkanku dari kegilaan ini ?

Sebelum kegilaan ini berlanjut, aku segera mengangkat mukaku dari wastafel yang entah kenapa rasanya begitu berat. Seperti menembus puluhan lapisan air ketika kau sedang menyelam dan naik ke permukaan. Kakiku terbenam semakin jauh ke dalam benda aneh yang tidak aku ketahui.

"Hah !" Seruku sambil mengangkat wajah. Bersamaan dengan hal itu, terdengar suara 'blup' seperti sebuah gelembung yang pecah. Tanganku sudah berada di sisi pinggangku. Dan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan akan terjadi di hidupku pun terjadi.

7 Things That I Called Nonsense!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang