Sejak bang Az menikah dua tahun lalu, Chiko juga menyusul satu bulan yang lalu. Ini sungguh diluar prediksi, Bian yang dikira akan lebih dulu menikah malah mendapat langkahan dari adiknya Chiko yang sangat amat jarang bicara padanya. Ck!
Sungguh Bian pun ingin segera mendapatkan pasangan, tak perlulah yang cantik luarbiasa macam kakak iparnya Dinda. Tak perlu pula yang manisnya kelewatan seperti istrinya Chiko. Yang biasa saja, asal bisa membuat Bian nyaman dan merasakan debaran berlebihan dijantungnya.
Fyi Bian ini laku keras, walau tampak seperti pria tak laku karena kelamaan sendiri. Para pasiennya pasti berebut dan berubah profesi menjadi wartawan dan sales. Wartawan karena banyak tanya alias kepo tentang Bian yang masih sendiri atau sudah menikah? Umur berapa? Target menikah di umur berapa? Sudah punya calom atau belum?
Juga menjadi sales karena mempromosikan diri sendiri, sepupu, adik, kakak, anak, keponakan bahkan tetangga untuk dijadikan pasangan. Menjadi dokter tampan itu memang sulit, Bian sangat tahu hal itu. Berkat otak cemerlangnya, selama sekolah ia mengikuti program ekselerasi yang juga diikuti Azka, Chiko dan Devano adiknya yang kampoengan itu. Bian menjadi mahasiswa termuda di kampusnya waktu itu, oleh karena itu diumur yang terbilang muda Bian bisa mendapatkan gelar dokter ahli jantung.
Dan karena wajah tampannya lah para wanita suka rela mengejar dirinya. Jika Rara bilang, adik bungsunya wajah Bian itu seperti prince charming. Sifat dan sikap Bian yang ramah dan murah senyum juga menambah nilai plus. Tipe idaman para wanita.
"Daripada kamu bengong begitu, mending bantuin Mommy." Bian mengangkat wajahnya dari meja kearah sang ibu. Dilihatnya Mommy sedang sibuk memasukkan kue-kue kedalam toples.
"Mau ada acara apa Mom? Kok buat kue sebanyak ini?" Tak urung Bian membantu menata kue didalam toples dengan sesekali menyicipi.
"Arisan besok kan dirumah kita."
"Catering kan bisa Mom."
"Lagi pengen buat kue sendiri." Ify menghela nafasnya, "Enaknya buat kue dibantu menantu. Tapi gak bisa, Dinda lagi hamil muda dan Azka lagi protektif banget dengan istrinya. Sedangkan Chiko sedang honeymoon enggak pulang pulang."
Bian berdecak pelan. Ia juga tidak bisa menyalahkan keadaan dimana ia belum bisa memberi sang mama menantu. "Nanti Bian kasih menantu satu lagi ya Mom, sabar."
Gelengan kepala malah didapati Bian, "Mommy gak pernah maksa kamu Bi, karena Mommy yakin kamu tidak mengkhawatirkan seperti Azka dan Chiko." Tentu saja ucapan sang Mommy membuat Bian terkikik geli, dua saudaranya itu memang sedikit mengkhawatirkan karena terlalu serius. Tapi beruntungnya mereka sudah memiliki pasangan yang umurnya lumayan jauh dibawah mereka, pasti menyenangkan menikah dengan perempuan yang lebih muda.
"Oh iya, nanti pas hari arisan kamu pulang nya malam aja ya." Bian mengingat-ingat tak ada kegiatan dihari yang dimaksud.
"Bian malah rencananya mau dirumah seharian Mom."
"Jangan. Lebih baik kamu main kemana gitu, gak aman dirumah. Nanti kamu juga ngerasa risih." Bian tahu yang dimaksud mamanya mengangguk mengerti.
"Nanti Bian main ke rumah Danu aja deh."
"Nah iya begitu lebih baik."
Setelah Azka resmi punya pasangan, Teman-teman sosialita Ify juga para pelanggan di butik menjadi lebih beringas. Terus memberondongi Ify supaya menjodohkan putera-putera tampannya kepada anak mereka atau lainnya agar tidak kecolongan lagi. Nyatanya pernikahan Chiko kembali memberi efek yang sama. Disisi lain Devano dan Elang akan dengan senang hati menerima gadis-gadis itu, tapi Bian bukanlah seorang player. Ia merasa risi dengan itu.
"Kamu belum pernah pacaran ya Bi?" Bian tersedak saat sang ibu bertanya demikian, dengan perhatian sang ibu menyodorkan air minum untuk putranya. "Kalo makan itu pelan-pelan dong Bi."
Setelah dirasa lega, Bian menatap Mommy nya agak sebal. "Bian kaget Mommy tanya kayak tadi."
"Loh kenapa? Mommy kan cuma tanya." Sekarang ibunya tak mau disalahkan.
"Ya mana sempat pacaran Mom, Bian kan sibuk belajar. Sibuk kerja." Ify mengangguk paham.
"Artinya belumkan?"
Meski merasa sedikit terhina, Bian menjawab dengan ogah-ogahan. "Iya, belum."
"Besok jangan kemana-mana dirumah aja." Bian menatap Mommy nya tak mengerti.
"Kok gitu? Tadi katanya-" "Batal."
"Mommy kira kamu gak menghkawatirkan seperti Azka dan Chiko. Ternyata sama aja."
Belum juga membalas, ibunya kembali berbicara. "Jadi Mommy putuskan kamu harus ada dirumah untuk kenalan dengan anak-anak teman Mommy."
Bian bangkit dari duduknya dengan wajah penuh protes, "Gak bisa gitu dong Mom. Tadi Mommy bilang sendiri kalo gak maksa Bian menikah secepatnya."
Tapi ibunya malah santai saja dam terus melanjutkan pekerjaannya, "Itu kan tadi, sebelum Mommy tahu kalo kamu belum pernah pacaran." Lalu lirikan singkat yang membuat Bian agak merinding dilayangkan. "Mommy pikir kamu bisa CLBK sama mantan gitu, ternyata gak punya. Yasudah cari kenalan dulu dong kalo begitu."
"Bian punya banyak teman kok Mom, gak perlu kenalan sama anak-anak teman Mommy."
Kini tatapan penuh cemooh didapatinya, "Salah satunya ada yang kamu suka?" Bian ingin menangis sekarang karena ia dengan jujur menggeleng. Banyak dokter cantik, perawat cantik, pasien cantik tapi tak ada yang menarik perhatiannya.
"Nah, karena itu. Siapa tau kamu suka dengan salah satu anaknya teman-teman Mommy."
"Bian masih bisa cari sendiri Mom. Bian juga masih mau sendiri dulu, masih mau menikmati hidup." Bela Bian dengan alasan yang masuk akal menurutnya.
"Ya kalo bisa cari sendiri ya silahkan, tetapikan Mommy cuma ingin buka jalan untuk kamu. Lagian sudah umur dua tujuh menikmati hidup bersama pasangan terdengar lebih baik. Kamu juga mau sendiri sampai kapan? Kemarin Ano pulang kerumah nangis-nagis bahagia galau gitu karena perempuan sampe peluk-peluk Mommy, bisa jadi Ano sudah punya calon."
"Memangnya kamu mau sama dengan Elang yang skripsinya gak selesai-selesai? Rara aja sudah ada yang booking."
Bian menghela nafas pasrah, kembali mendudukkan diri dan melanjutkan membantu sang Mommy. Bian baru tahu info itu, maksudnya Devano. Adik playboy nya itu menangis karena wanita? Apa itu tanda-tanda taubat?
"Mommy sih gak terlalu paksa kamu, tapi seenggaknya dicoba dulu kenalan. Kalo memang gak ada yang cocok yasudah, jodoh juga gak akan kemana. Tapi inget Bi, jodoh datang karena usaha."
Bian kembali diam dan terus menata kue, tak ada niat membalas ucapan sang Mommy. Mau bagaimana lagi, dirinya memang belum punya calon. Baik itu calon gebetan, calon pacar bahkan calon istri.
Ify menghela nafas, melihat Bian jadi murung seperti ini karenanya membuat Ify agak menyesal. "Besok kalo mau kerumah Danu pergi aja, sekalian konsultasi sama dia. Siapa tahu punya solusi, kan dia sudah menikah. Kamu juga kalo dirumah sakit jangan lupa lihat-lihat siapa tahu ada yang terlewat."
"Iya Mom, thanks."
Vote and Comment guys!!!
Dirgantara Haling💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Commitment
Short Story[COMPLETE] (MOVE TO DREAME *tergabung di Protective Brothers) Sekuel IV Love At First Sight: Tampan, ramah, mapan adalah gambaran yang tepat untuk seorang Bian Dirgantara Haling putra kedua dari Rio dan Ify yang berprofesi sebagai dokter spesialis j...