"Mbak!" Suara Evan membuatku seketika terjaga, kepalaku sudah tidak berdenyut lagi. Rasanya tidurku sangat nyenyak, kurentangkan kedua tanganku dan mulai terduduk di atas kasur. Panas sinar matahari sudah menyelinap masuk melalui kisi-kisi ventilasi kamarku.Kutatap Evan yang memperhatikanku dengan seksama. Berdiri mematung di depanku. Tapi seketika aku terlonjak saat menatap jarum jam yang berada di atas pintu kamarku tepat di belakang Evan.
"Jam 2? Van, ini benar jam 2 siang?" Evan menutup telinganya saat aku berteriak tepat di depannya.
Aku seketika beranjak dari atas kasur, menatap sekeliling kamar, kuedarkan pandanganku ke segala penjuru."Vian mana?" Tanyaku panik ke arah Evan. Dan kulihat Evan berjalan ke arah sofa di depan ranjangku dan duduk di sana.
"Ya sudah terbanglah mbak," jawabnya santai.
"Hah?" pekikku seketika dan menghampiri Evan, Kulihat dia mengambil sesuatu dari saku celananya dan mengulurkannya kepadaku.
"Vian menitipkan ini, untuk istri tercintanya," celetuk Evan dan segera beranjak dari sofa dan melenggang pergi.
Aku terduduk di atas sofa, menatap kertas yang dilipat rapi ini. Hatiku tiba-tiba mencelus saat menyadari Vian tidak di sini dan pergi tanpa berpamitan kepadaku. Apakah dia marah kepadaku, karena aku masih tidak mau bersikap selayaknya istri kepadanya pagi tadi?
Kubuka kertas itu dan membacanya secara perlahan tulisan tangan Vian yang tertulis dengan begitu rapi.Dear istriku tercinta,
Maaf aku pergi tanpa berpamitan kepadamu. Habisnya kamu tampak sangat lelap dalam tidurmu, dan aku tidak mau mengganggu. Aku tahu kejadian kemarin, membuat Mbak Mawar merasa dipaksa olehku. Dan aku sadar, aku terlalu egois kepada Mbak Mawar, menikah dengan tiba-tiba dan tanpa persiapan apapun, bahkan pernikahan ini jauh dari impian setiap wanita.
Aku tahu mbak, aku memang egois,tapi semua ini kulakukan karena aku tidak mau kehilangan Mbak Mawar. Aku memang egois, bahkan aku lebih egois dan pecundang daripada Masku Ryan mbak. Maaf keluarga Atmawijaya telah melukaimu. Sebenarnya melihat Mbak Mawar tidur tadi ingin rasanya memeluk dan mendekap erat, tapi aku tahu aku lancang kalau berbuat seperti itu.
Mbak, istriku, cintaku, sayangku, mungkin saat membaca ini aku sudah terlelap di dalam pesawat. karena jujur saja sejak semalam aku memang belum tidur sedetik pun. Terlalu rugi jika kulewatkan detik demi detik waktu yang sedikit semalam untuk melepaskan kebersamaan kita. Meski hanya menatap wajahmu semalaman, melihatmu tertidur pulas, itu sudah membuatku cukup, untuk kusimpan di memory otakku selama 2 tahun aku disini.
Kuhela nafasku, berhenti membaca untaian kata-kata yang membuat dadaku tiba-tiba terasa sesak ini. Vian semalaman tidak tidur dan hanya menatapku. Oh aku sungguh merasa tersanjung dengan cintanya. Hatiku tiba-tiba menghangat.
Air mata jatuh menetes membasahi surat yang sedang kubaca.Sayang, aku pamit ya? suamimu pamit, aku berjanji akan menjaga hati ini dan tubuh ini hanya untukmu. Cinta, tidak perlu khawatir ya aku tidak mungkin berselingkuh, bagiku tak ada yang lebih cantik dari istriku ini.
Aku tersenyum geli membaca tulisannya kali ini.Dasar anak kecil perayu.
Jaga hatimu juga untukku hanya itu yang aku minta. Aku beri waktu untuk-mu berpikir dan mungkin kalau aku tidak menganggu cinta, mungkin cinta akan merindukanku ....heheheh maunya..
Sudah ya ,,,cium peluk mesra dari suami berondongmu cinta, sampai jumpa 2 tahun lagi.
love you.Kutatap kosong kertas di depanku. Benarkah ini?Aku telah menjadi istri seseorang, tapi saat ini juga aku merasa seperti seorang janda. Vian kanu benar-benar kejam terhadapku.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Popcorn
RomanceAku masih menunggu selama 10 tahun ini cinta yang sia-sia. Karena cinta itu tidak pernah terucap dariku. Cinta pertamaku yang telah membelengguku selama ini. Membuatku sesak dan tidak bisa bernafas. Dan penantian itu berakhir dengan. Sepucuk undanga...